All Chapters of If I Could Not Have You No One Could: Chapter 31 - Chapter 40
72 Chapters
Gossip
 “Kamu seminggu enggak masuk kemana Nur? Sekalinya masuk pakai kacamata hitam. Sudah gitu jarang sekarang sarapan disini.” tanya Gun meledek.“Sakit.” Jawab Nur singkat sambil duduk di kursi favoritnya di warung Mak Nem. Nur melihat Gun sudah selesai makan. Gun sedang minum kopinya dan menghisap sebatang rokok. Nur juga melihat tadi Gun tersenyum ketika melihat Nur memakirkan motornya di tempat biasanya dan berjalan ke arahnya.Nur melihat pandangan Gun yang heran. Pantas saja Gun melihat dengan heran, untuk pertama kalinya Nur tidak masuk untuk jangka waktu yang lama.“Apa kamu kena virus itu?” tanya Gun.“Enggak Gun. Aku enggak kena virus.” Kata Nur sambil melepas kacamata hitamnya.Gun kaget ketika Nur melepas kacamatanya. Mata kanannya yang kena tinju Celo masih membekas sedikit. Dibawah mata kanannya sekarang berwarna hitam sedangkan matanya masih merah seperti iritasi. Mata Nur sudah bisa m
Read more
Ada Apa Dengan Celo?
Nur masuk ke ruangannya, ruangan lamanya, ruangan SDM. Seminggu tidak dimasuki, ruangan ini tetap bersih. Para cleaning service tampaknya selalu membersihkan ruangan ini setiap hari.Tubuhnya dilemparkannya ke kursi kerja itu. Nur mengambil nafas panjang dan menghembuskannya kuat-kuat. Dipandanginya langit-langit ruangannya itu. Pikirannya melayang ke percakapan dengan Gun di warung Mak Nem tadi.Sebenarnya dia kasihan melihat Gun menggigil ketakutan ketika Nur memberitahukan bahwa uang yang digelapkan itu menggelembung besar. Tapi, di sisi hati yang lain, Nur seolah puas. Puas karena berhasil memberikan efek jera pada Gun.Nur juga tidak memberi tahu Gun soal Celo yang telah mengetahui tentang laporan tersebut. Nur sudah terikat janji pada Celo. Nur harus memegang janji tersebut. Mengingat segalanya sekarang bergantung pada Celo. Hampir seluruh aspek hidupnya sekarang bergantung pada Celo, termasuk pengobatan Wahid. Nur harus menjaga kepercayaan Celo a
Read more
Tekad dan Niat Nur
Nur bangun pagi hari itu dengan lesu. Dia tidak siap menghadapi hari itu. Selesai sholat subuh, dia langsung mencuci pakaian. Namun, kali ini tidak ada rasa menggerutu sedikitpun di dalam hatinya. Dia ikhlas menjalani semuanya. Semua pikiran tentang Bu Celo dia curahkan untuk mnegrjakan pekerjaan rumah tangga. Tetapi, dia tinggalkan piring-piring kotor itu menumpuk.“Biar Dara saja nanti yang mengerjakan.” batin Nur.Nur juga tidak mempermasalahkan Dara yang bangun setelah dia. Bahkan, dia juga tidak merasa sebal ketika kemarin dia menemukan laptop istrinya dalam keadaan menyala dan semua pekerjaan rumah terbengkalai. Nur mencoba menerima semuanya dengan lapang dada.Pikirannya juga masih sedikit banyak terbebani oleh Bu Celo. Bu Celo, yang selama seminggu ini menjadi pokok pikirannya, masih bercokol di pirkirannya, susah untuk dilupakannya. Bu Celo masih berlari-lari kecil di pikirannya dan masih ada kupu-kupu kecil menggelitiki perutnya, meskipun t
Read more
The Lost Assets
Nur mengendarai motor bututnya dengan kecepatan tinggi. Jalanan masih sepi pagi itu. Dia ingat betul jam berapa dia berangkat, jam enam kurang lima belas. Dia sudah tidak sabar ingin segera bertemu Celo, selain itu, dia juga penasaran ada apa Celo memintanya untuk segera ke bengkel.Nur telah sampai di bengkel. Baru ada Aston Martin punya Celo dan motornya sendiri. Setelah memarkir motor, Nur dengan setengah berlari menuju ruangan Celo. Belum ada yang datang. Bengkel masih sepi. Pintu ruangan Celo sudah terbuka lebar.Dari pintu, Nur melihat Celo sedang duduk di kursi kerjanya. Nur mengetuk pintu tersebut sambil berkata, “Ada apa?”Dengan sudut matanya, Nur melihat jam dinding di ruangan itu, jam enam lebih lima belas menit.“Masuklah dan tutup pintunya.”Nur tidak percaya atas apa yang dia dengar. Dia tidak paham kenapa Celo memintanya menutup pintu ruangannya. Nur pun menuruti perintah Celo. Setelah Nur menutup pintu, Nur
Read more
Bom Waktu
Nur pulang sore hari itu. Pikirannya kacau dan kalut. Apa yang terjadi pagi tadi mengguncang dunianya, mengguncang tatanan kehidupan yang sudah berjalan baik sejak dia menjadi wakil ketua.Nur melepas helm dari kepalanya, rambutnya kusut sekusut pikirannya. Dia pandangi motor butut itu. Satu pernyataan timbul dalam pikirannya, “Sepertinya kamu akan menemaniku lebih lama?” Dia lalu menepuk-nepuk jok motor itu.Nur menggaruk dahinya. Dia ambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya kuat-kuat pula. Sore itu dia merasa capek secapek-capeknya. Nur merasa bahwa dia seperti habis bekerja menaikkan batu-batu besar dari sungai dan mengangkatnya ke atas bukit hanya bermodalkan tangan dan kakinya saja.Semua hal yang terjadi hari ini diluar perkiraanya. Nur merasa menang atas Pak Anwar kemarin. Dia pikir Pak Anwar sudah tidak bisa mengganggunya. Apa lacur, hari ini dia belajar bahwa Pak Anwar benar-benar orang yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa
Read more
Kaboom
Setelah makan malam, Nur kembali meletakkan punggungnya di sofa tamu. Dia pikir, hari ini sudah selesai. Dia tidak sempat memikirkan jalan keluar untuk permasalahan yang sedang dihadapinya. Setelah melakukan semuanya sore ini di rumah, dia sudah tidak berdaya lagi untuk berpikir jernih.Nur sendirian di ruang tamu itu. Dara sedang menemani Wahid di dalam kamar depan. Sekilas tadi Nur melihat Dara sedang sibuk dengan ponselnya dan tidur-tiduran di kasur. Dia merasa kesepian dan ditinggalkan. Nur ingin menyusul mereka berdua ke dalam kamar. Tapi niat itu diurungkannya. Kasur itu terlalu sempit untuk ditiduri bertiga. Oleh sebab itu, Nur tetap bertahan di ruang tamu.“Alangkah enaknya jika Dara mendaatangiku dan menemaniku di sini. Alangkah indahnya jika aku bisa berbagi beban semuanya dengan Dara. Paling tidak kalau Dara tidak bisa memberikan solusi, dia mau mendengarkan dan tidak menyalahkan.” pikir Nur.  Pikiran Nur melayang lagi, “Itu ta
Read more
Tembang Cinta UKM Mapala (Part I)
Dara masih terduduk di sofa ruang tamu. Dirinya terguncang hebat. Air matanya masih mengalir dengan deras membasahi pipinya. Dirinya sesenggukan. Hidungnya penuh dengan cairan yang membuatnya susah bernafas.Dara tidak pernah menyangka kejadian ini. Lelaki yang dicintainya mengatakan hal-hal yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Lelaki itu, untuk pertama kalinya, berkata-kata kasar kepadanya. Untuk pertama kalinya pula, lelaki yang dicintainya itu membuat dirinya menangis.Dara pun bangkit menuju kamar mandi. Dia tidak ingin Wahid mengetahui hal tersebut. Wahid tidak boleh tahu kalau dirinya sedang menangis. Dia tidak ingin Wahid mengetahui bahwa papanya telah menyakiti mamanya. Dara membasuh mukanya dengan air, mneghilangkan semua jejak tangisan dari wajahnya. Hal itu akan menyakiti hati Wahid dan berdampak pada dirinya nanti disaat Wahid sudah dewasa.Setelah Dara dari kamar mandi, dia mengintip Wahid. Syukurlah, Wahid masih tertidur pulas. Wahid tidak m
Read more
Tembang Cinta UKM Mapala (Part II)
Dara merasa aman dari Mas Nur. Meskipun Mas Nur bisa membombardirnya dengan pesan singkat sehari tiga kali, tapi Mas Nur tidak bisa menemuinya. Hanyalah Mapala yang bisa membuat mas Nur dan dirinya bertemu. Oleh karena itu, niat Dara untuk segera keluar dari Mapala semakin besar. Dara ingin segera jauh dari Mas Nur. Dara tidak ingin dekat dan mengenal Mas Nur lebih jauh. Toh, jika pesan singkat itu selalu tak diacuhkannya, Mas Nur lama-lama akan menyerah juga.Kenyataan tidak seindah harapan. Sekitar dua bulan setelah malam pengenalan, entah bagaimana caranya Mas Nur mengetahui tempat Dara dan Dila biasa makan. Padahal mereka berbeda jurusan dan fakultas, Mas Nur jurusan Mesin, sedangkan dirinya jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Bahkan jarak gedung kuliah mereka jauh. Dara biasa makan di warung belakang kampus yang dekat dengan gedung kuliahnya. Sedangkan, gedung mesin berada di depan kampus.Saat itu Mas Nur datang dengan teman-teman sekelasnya datang ke warung terse
Read more
Tembang Cinta UKM Mapala (Part III)
Kegiatan lintas alam sudah harus dilaksanakan kembali. Kali ini Dara bukan lagi menjadi peserta, namun menjadi panitia. Lintas alam ini dilaksanakan dengan mendaki Gunung Lawu yang berada di Kabupaten Magetan dan direncanakan selama tiga hari. Seluruh peserta dibagi menjadi beberapa kelompok, satu kelompok berisi lima orang, dua senior dan tiga junior, dan akan mendaki dan menuruni gunung tersebut.Karena menjadi panitia inilah dia jarang berinteraksi selama kegiatan dengan Mas Nur selama kegiatan, karena Dara dan Mas Nur berbeda kelompok. Dara tidak bisa bertemu Mas Nur pada siang hari, namun pada malam hari Dara melepaskan rindunya dengan melihat Mas Nur sepanjang sore sebelum berangkat tidur. Tentu saja, Dara memperhatikan Mas Nur dengan sembunyi-sembunyi, jangan sampai Mas Nur tahu.Tapi, selama sore dan malam di titik temu, Dara dibuat tambah muak lagi dengan Mas Nur. Bukan muak sebenarnya, tapi lebih ke rasa cemburu. Meski, Dara menyangkal dengan keras apa yang d
Read more
Manuskrip Cinta
Mas Nur sudah menyatakan perasaannya tidak kurang dari 3 kali dalam waktu setahun sejak peristiwa kaki keseleo. Namun, disetiap pernyataan perasaan tersebut, Dara selalu menyatakan bahwa dia tidak ingin menjalin hubungan asmara. Dara selalu beralasan bahwa dia ingin fokus terhadap kuliahnya dahulu.Dalam setiap pernyataan cinta tersebut, Dara selalu berbunga-bunga. Perasaannya terbang membubung tinggi. Tetapi, rasa gengsi masih membebani hatinya. Dara sudah malu terlebih dahulu karena membenci Mas Nur. Dara tidak bisa menerima kenyataan karena dia jatuh cinta pada orang yang dia benci.Dalam tempo waktu tersebut, Dara juga menyadari satu kualitas dari Mas Nur. Mas Nur bukan orng yang gampang menyerah. Misalkan, Mas Nur mengajak Dara untuk makan malam bersama, satu kesempatan Dara menolak. Dan Mas Nur masih terus berusaha untuk mengajak Dara keluar makan bersama. Mas Nur juga masih setiap hari mengirimi Dara pesan singkat, meski biaya untuk mengirim satu pesan singkat m
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status