Semua Bab KALIMAYA (Mencari Cinta Sejati): Bab 21 - Bab 30
61 Bab
Bab 20 - Bertemu Mila
“TIDAK, pak,” jawab Heru. Dia tidak ingin terlibat lebih jauh lagi, biarlah Maira tenang di alam barunya. Polisi itu menatap Heru seakan-akan ingin menyelami kebenaran jawabannya, kemudian menghela napas. Saat ini, tidak ada alasan untuk tidak mempercayai kata-kata Heru. Ketika polisi itu pamit dan mengakhiri pertanyaannya, Heru tidak dapat menahan diri untuk berkata, “Pak, bolehkah saya melihat jenazah ibu Maira? Saya kasihan tidak menolongnya semalam.” Kata-kata itu sebenarnya tulus murni karena perasaan kasihan, apalagi Heru sudah pernah berhubungan mesra dengan Maira. Tetapi, mata polisi penyidik itu justru kembali memperhatikannya. ‘Sebenarnya, sejauh apa hubungan anak muda ini dengan korban? Kenapa korban dalam kekalutannya meminta tolong kepada anak ini? Kenapa dia minta menginap di apartemen anak muda ini?’ Tetapi polisi itu tidak mengajukan pertanyaan apa-apa. Dia hanya menjawab, “Oke, kamu ikut saya.” Heru dibawa masuk ke apartemen M
Baca selengkapnya
Bab 21 - Bertemu Laksmi
MILA mengangkat wajahnya dan memandang Heru, berusaha meyakinkan hatinya setelah mendengar kata ‘sayang’ yang tulus dari Heru. ‘Benarkah Heru sayang sama aku? Apakah ini bukan sebuah rayuan gombal semata?’ Tetapi dilihatnya Heru tidak sedang bercanda, atau mempermainkannya. ‘Apakah Heru benar kalau dia hanya salah paham? Apakah dia hanya cemburu buta, dan mengira Heru sudah memiliki wanita lain dalam hatinya? Jangan-jangan, memang dia hanya salah sangka!’ “Mas Heru tidak salah, kok…” kata Mila kemudian. Dia mencoba tersenyum, dan mulai tampak keceriaan di wajahnya. Kini, giliran Heru yang menjadi waspada. Jangan-jangan, Mila salah paham lagi karena dia memanggil sayang… Itulah repotnya! Bagaimana membujuk seorang wanita tanpa mengatakan sayang?? Dan jika itu dilakukan, wanita akan menganggap laki-laki hanya sayang kepadanya semata, menjadi miliknya. Sikap posesif itu pun muncul! Padahal Heru memang galau, sayang kepada semua perempuan… (hahaha!)
Baca selengkapnya
Bab 22 - Prahara Anyelir
HERU tidak tahu harus menjawab apa. Dia tetap ingin tampak sopan, karena memang sifatnya seperti itu, jaim, tetapi dalam hati dia dongkol juga. Walaupun Laksmi sangat cantik dan tentu orang kaya dilihat dari penampilannya, tetapi dia tidak berhak membuat rusak suasana dia dengan Mila! Sambil menunggu kasir membuatkan pembayarannya, Heru berdiri berdampingan dengan Laksmi. Entah ngapain Laksmi berdiri di situ, sehingga Heru merasa perlu memberitahunya bahwa dia telah merusak suasana mereka. “Mbak tadi menyebut-nyebut anyelir di depan Mila,” kata Heru berharap Laksmi menyadari kesalahan yang dibuatnya. “Ya. Kok jadi masalah?” tanya Laksmi tidak mengerti. Heru mendekatkan diri ke arah Laksmi, lalu berkata pelan, “bunga itu bukan buat dia!” Aha! Teriak Laksmi dalam hati. Dia mengerti sekarang, sehingga dia malah tersenyum nakal menggoda. “Jadi, ada yang lain lagi?” bisik Laksmi kepada Heru. Cara dia berbisik dan berdiri dekat Heru menunjuk
Baca selengkapnya
Bab 23 - Penculikan
SABTU, hari masih pagi sehingga kompleks Kalimaya belum ramai. Biasanya Sabtu pagi adalah hari molor sekompleks (atau sedunia?), karena merupakan hari libur dan orang-orang masih melepaskan kepenatan kerja dari Senin hingga Jum’at. Hari Minggu pagi justru lebih ramai karena merupakan hari olah raga atau rekreasi sekompleks (bisa jadi sedunia). Tetapi Heru sudah janji mau jalan-jalan dengan Bunga ke daerah Puncak, Bogor. Kata Bunga, kalau mau ke Puncak, mending pagi-pagi, jadi belum begitu macet. Di tempat parkir basement di mana biasanya Heru menaruh mobil, juga masih sepi. Sepertinya tidak ada orang lain selain dia. Namun ketika dia hendak masuk ke mobil, tiba-tiba ada dua orang laki-laki mendatanginya. Salah seorang yang mendekati Heru, mengeluarkan sebilah pisau yang mengkilap dan menodong Heru. “Kamu ikut kami!” perintahnya sambil mendorong Heru. Temannya segera merangkul Heru dan menggandengnya menuju ke sebuah mobil. Tidak lama mobil van yang me
Baca selengkapnya
Bab 24 - Dianiaya Bule
TIBA-TIBA, ponsel Heru berdering. Heru mencoba mengambil ponsel itu dari celananya, namun segera dirampas oleh si penculik.Heru tahu, itu pasti telepon dari Bunga. Gadis itu pasti sudah mulai marah karena dia tidak kunjung sampai ke rumahnya. Tetapi, telepon itu direjek dan ponselnya di-power off.Si bule mendekati Heru, lalu berkata dengan pelan dan penuh ancaman. “Sebaiknya kamu ceritakan semuanya. Apa saja yang dikatakan pelacur itu?”Heru meringis kesakitan, tetapi rasa sakit justru membangkitkan nyalinya. Dengan menahan rasa sakit di paha kirinya, Heru bangkit, dan bicara dengan nada yang sama kepada si bule, “Aku sudah bilang, dia tidak mengatakan apa-apa lagi! Aku suruh dia kembali ke tempatnya karena aku tidak mau terlibat urusan orang. Kamu paham??”Si bule kaget juga dengan sikap berani mati yang ditampakkan Heru. Tiba-tiba dia tertawa kegelian, lalu mendadak dia meninju muka Heru keras sekali sampai badan pemuda itu ter
Baca selengkapnya
Bab 25 - Astrid Mengajak Ke Puncak
BUNGA tentu saja kesal bukan main! Dia pagi-pagi sudah siap dan sudah minta izin kepada orang tuanya untuk pergi jalan-jalan. Nah, hari sudah semakin siang, Heru belum datang-datang juga. Ditelepon tidak diangkat, sekarang tidak bisa ditelepon lagi! “Mungkin temanmu itu lupa, Bunga…” celetuk maminya menggoda. Maminya itu tahu Bunga sudah kesal dari tadi. Selain itu, maminya penasaran juga ingin tahu siapa ‘teman’ yang mampu mengajak Bunga untuk jalan-jalan seharian! Selama ini teman-teman Bunga akan berkumpul dulu di rumahnya itu jika ingin mengajak Bunga, dan biasanya teman-teman Bunga itu serombongan cewek teman sekolah. Papinya juga tiba-tiba ikut duduk di sofa ruang tamu, mendekati Bunga. Walaupun terlihat asyik main ponsel, membaca atau apa, namun sang ayah marasakan juga suasana yang ada di hati putri semata wayangnya itu. Kehadiran papinya membuat Bunga semakin resah. Kayaknya papi ini mau menggoda juga, tetapi dengan cara duduk diam di dekatnya!
Baca selengkapnya
Bab 26 - Heru Tidak Ada di Apartemen
KETIKA lift sudah sampai di lantai apartemennya, Mila hendak keluar, tetapi dicegah Astrid. “Eh, Mil… kita mau ke apartemen Heru, teman Rudi yang ketemu kita waktu itu. Yuk, temenin…” Sejenak Mila ragu, tapi merasa tidak enak dengan Astrid. Masak dia meninggalkan Astrid begitu saja padahal mereka bertemu di gedung tempat tinggalnya? Karena lift akan segera menutup, dia pun masuk kembali. Menuju ke tempat Heru, degup jantung Mila menjadi kencang, darahnya berdesir. Dia akan ketemu Heru! Tetapi, Heru tidak ada di apartemennya! Berkali-kali mereka mengetok pintu dan memanggil, tidak ada jawaban. Firasat hati ketiganya pun langsung tidak enak. Ketika terlihat seorang mbak cleaning service di koridor, mereka memanggilnya. Kebetulan si mbak itu yang tadi membersihkan apartemen Heru. “Pak Heru tidak ada,” katanya. “Tadi pagi WA saya, menyuruh saya membersihkan. Tadi sudah saya bersihkan.” Jadi, Heru ke mana? Rudi dan Astrid berpandang
Baca selengkapnya
Bab 27 - Heru Ditemukan
SETELAH mengumpulkan keterangan dan fakta tentang Heru yang bisa mereka dapatkan, Rudi menghubungi seseorang. “Ewi, apa khabar, brother,” sapa Rudi akrab. Dengan gaya bicaranya yang khas, Rudi menyuruh orang yang dipanggil Ewi itu untuk melacak keberadaan ponsel Heru. Menurut keterangan Rudi, Ewi adalah seorang hacker yang bisa menerobos sistem database operator telepon, sehingga bisa memperoleh posisi terakhir ponsel Heru berhubungan dengan BTS mana. Tidak lama, informasi dari Ewi muncul. Ponsel Heru terakhir konek dengan BTS di daerah Cisarua, Bogor. Artinya, Heru berada di Puncak! Bunga jadi ragu. Heru ke Puncak? Sendiri? Tidak mungkin sendiri, karena Heru sudah rencana jalan dengannya. Lalu, sama siapa? Mila? Tetapi, mobil Heru ada di apartemennya. Lalu, pakai mobil siapa? “Ayo kita ke Puncak,” ajak Astrid tidak ingin membuang waktu. Feelingnya, mereka bisa menemukan Heru kalau ke Puncak. Karena dilihatnya Bunga masih ragu,
Baca selengkapnya
Bab 28 - Bunga Marah
ASTRID menjadi galau. Berbagai pikiran berkecamuk dalam benaknya. Sekarang dia yang menghadapi dilema. Dia tahu Bunga sudah jadian dengan Heru, dan ternyata Mila juga mempunyai hubungan dengan Heru. Entah Mila saja yang menaruh harapan pada Heru, atau Heru memang bermain api dengan sahabatnya itu. Dia, Astrid, malah berjanji memberi khabar tentang Heru ke Mila. Jika Astrid memberitahu Mila tentang Heru yang sudah ditemukan dan sekarang ada di rumah sakit karena dianiaya orang, Mila tentu akan datang mengunjungi Heru. Bagaimana dengan Bunga yang sampai saat ini tidak mau pulang dan menunggui Heru? Mereka tentu akan ketemu, dan apa yang akan terjadi? Astrid bahkan tidak ingin membayangkannya! Tetapi Astrid tadi bilang ke Mila kalau dia akan memberi khabar tentang Heru. Apa yang harus dilakukannya? Apakah dia akan diam saja dan melanggar janjinya? Apakah Bunga tahu Heru mempunyai hubungan dengan Mila? Tentunya… tidak. Kalau Bunga tahu, mana mungkin dia mau jalan
Baca selengkapnya
Bab 29 - Heru Pulang
KARENA usia yang muda dan badan yang sehat, hanya beberapa hari Heru sudah pulih kembali. Tetapi, dia tidak mau menceritakan apapun yang dialaminya! Sia-sia Rudi membujuknya untuk memberi sedikit keterangan atau petunjuk agar dia bisa melacak siapa yang menculik dan menganiayanya. Astrid juga sudah berusaha merayu dengan caranya sebagai perempuan, tetapi Heru tetap bungkam. Heru sama sekali tidak menjawab jika ada pertanyaan yang terkait dengan penculikannya. Problem yang lain adalah Bunga! Gadis itu tidak pernah mengunjungi Heru lagi, bahkan jika Astrid meneleponnya untuk menceritakan keadaan Heru, Bunga akan diam atau mengalihkan pembicaraan. Astrid juga tidak jadi memberitahu Mila tentang keadaan atau peristiwa yang dialami Heru. Dia tidak mau disalahkan oleh Bunga, atau tidak ingin mencampuri urusan Heru dan Mila. Jadinya, hanya Astrid dan Rudi lah yang mengunjungi dan menemani Heru di rumah sakit. “Jadi kamu mau kembali ke apartemen saja?
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status