Semua Bab KALIMAYA (Mencari Cinta Sejati): Bab 41 - Bab 50
61 Bab
Bab 41 - Asti dan Heru
SETELAH mengantar Mila, Heru lalu turun ke lobby. Dia ingin mengorek keterangan dari satpam yang dikenalnya, mudah-mudahan ada cerita tentang apartemennya. Tetapi si satpam tidak ada, sehingga dia menuju ke Tower A. Mungkin pak Sriyono, satpam Tower A, juga mempunyai cerita-cerita seputar apartemen Kalimaya. Hari sudah sore dan acara music show di Tower A sudah usai. Heru melihat orang-orang yang sibuk memberesi barang-barang di seputar pentas, dan dalam hati dia berharap-harap bisa melihat Asti. Ternyata harapan Heru tidak sia-sia, Asti tiba-tiba muncul dari ruang artis dan berjalan ke arahnya! “Hai…” sapa Heru mengagetkan Asti. “Eh… Heru! Mana Mila?” “Mila sudah kembali ke apartemennya,” jawab Heru. Dia senang bisa berjumpa Asti lagi, dan mencoba menahan gadis itu. “Kamu… nggak terburu-buru, kan?” Asti memandang Heru, dan dia juga masih ingin berbicara dengan pemuda itu. “Hmm… nggak sih, sudah mau pulang saja,” jawabnya. Sepe
Baca selengkapnya
Bab 42 - Heru Mengantar Asti
TERDENGAR suara Mila, terasa sinis banget. “Hebat kamu, mas!” lalu telepon itu ditutup. Heru masygul, tidak tahu harus ngomong apa atau bersikap bagaimana. Dikembalikannya ponsel Asti tanpa berkata apa-apa. Cukup lama mereka terdiam, sampai akhirnya Asti bisa menguasai dirinya kembali. “Mila marah lagi, ya? Dia pencemburu banget,” cetus Asti. Heru mencoba mengatasi situasi tidak enak itu dengan tersenyum. Dia tidak bisa berkata apa-apa, jadi hanya menyeruput minumannya saja. “Oke, Her. Sebaiknya aku pulang dulu,” kata Asti seraya bangkit. Heru tidak bisa menahannya lagi. “Ok, aku antar…” “Tidak usah, ntar Mila tambah marah,” kata Asti. Dia tidak ingin terlibat lebih jauh dalam urusan asmara sahabatnya itu. Tetapi Heru bersikeras. Perasaan terpojok dan malu yang dideritanya membuat dia menjadi keras kepala. “No, biarkan aku memenuhi janjiku untuk mengantarmu. Ayo,” kata Heru sambil bangkit lalu menggandeng Asti menuju meja kasir
Baca selengkapnya
Bab 43 - Rudi Minta Tolong
HARI Selasa, sudah sore, Heru berniat keluar kantor untuk melihat shooting iklan yang dibintangi Rara. Rasanya, Heru kangen dengan kehangatan dan keibuan Rara. ‘Sudahlah, daripada berpolemik terus dengan Mila, aku pilih Rara saja.’ Kayaknya Rara paling pengertian kepadanya, lebih maklum kepadanya sebagai laki-laki. Toh, Rara juga sudah menyerahkan diri seutuhnya kepadanya! Tetapi baru saja dia mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Rara, telepon dari Rudi malah masuk. “Bro, lu di kantor? Aku mampir ya, udah dekat nih…” Heru terpaksa membatalkan niatnya mau keluar. Tidak lama Rudi sudah muncul di kantor Heru. Sudah beberapa kali Rudi datang ke situ sehingga sudah terbiasa, bahkan rekan-rekan Heru sudah pada kenal dengan Rudi. Rudi memang ceria dan mudah bergaul. “Hallo Cynthia, kamu makin cantik aja,” sapa Rudi kepada sekretaris kantor Heru. Gadis yang disapa langsung tersenyum dan merona merah mukanya. Heru mengajak Rudi ngobrol di ruan
Baca selengkapnya
Bab 44 - Direktur Baru
“TUNGGU, Rud! Bagaimana dengan pekerjaanku yang sekarang?” tanya Heru bingung. Rudi tidak ingin melecehkan sahabatnya itu. Tentu saja pekerjaan yang dia tawarkan jauh lebih baik atau lebih besar dari pekerjaan Heru sekarang, namun dia tetap harus menunjukkan respeknya. “Apa boleh buat, Her, kamu perlu membicarakannya dengan kawan-kawanmu. Aku yakin mereka akan mengerti…” “Iya, tentu mereka akan mengerti. Cuman aku jadi nggak enak juga, karena usaha ini kami rintis bersama-sama.” “Atau…” Rudi memikirkan sesuatu, namun ragu-ragu, takut menyinggung Heru. “Atau apa?” tanya Heru penasaran. “Hmm… ini hanya pikiran aku selintas saja. Tapi tidak usahlah, nanti teman-teman kamu tersinggung…” Sebenarnya Rudi ingin mengambil jalan simpel juga, yaitu membeli perusahaan Heru itu dan melikuidasinya. Walaupun Heru dan kawan-kawannya akan mendapat uang cukup banyak dari penjualan perusahaan, namun mungkin mereka akan tersinggung karena cara se
Baca selengkapnya
Bab 45 - Dikira Pelamar Kerja
HARI Jum'at pagi, terpaksa Heru hadir dalam rapat departemen pemasaran, departemen yang dia pimpin. Keperluannya agar dia mengenal siapa saja manager di departemen itu. Untung juga dia hadir dalam rapat, karenanya dia menjadi tahu proyek apa saja yang sekarang aktif, event apa yang sedang mereka adakan atau ikuti, serta kendala apa yang mereka hadapi. Kepada para manager dia berterus terang masih belum tahu bisa berkontribusi apa. Hanya saja pesannya, kalau ada sesuatu yang urgent, jangan segan langsung menghubungi dia, atau melalui mbak Lia. Sebuah hal baru yang dia usulkan adalah agar segera diadakan program outbound untuk seluruh team pemasaran. Dia minta agar Lia mengaturnya dengan departemen HRD. Seusai rapat, Lia memberitahu bahwa direktur utama, pak Kusuma Ardhana, ingin bertemu dengannya. “Baik, aku akan ke ruangannya,” kata Heru. Ruang direktur utama berada di lantai 11. Di lantai itu terdapat juga ruang direktur HRD serta hampir semu
Baca selengkapnya
Bab 46 - Wawancara
KUSUMA Ardhana mempersilahkan Heru duduk di sofa dalam ruang kerjanya, dan dia pun duduk di dekat Heru. Mbak Retno, sekretarisnya, segera menyediakan Cold Drip Coffee yang dicampur dengan sedikit susu. Minuman ini selalu disiapkan untuk pak dirut, dan hampir selalu dihidangkan jika ada tamu tanpa perlu menanyakannya lagi. “Pak Heru, maafkan kejadian tadi,” kata pak Kusuma mengawali obrolan mereka. Bagi Heru sih kejadian itu bisa dimaklumi dan tidak perlu dibahas lagi. “Tidak apa-apa, pak,” sahut Heru. “Oh, ya, panggil saya Heru saja,” sambungnya merasa risih dengan panggilan ‘pak’. Orang di hadapannya itu sudah sangat senior, mungkin umurnya sudah lebih dari 50 tahun, atau bahkan sudah 60? Penampilannya perlente, memakai jas dan dasi, pantas sebagai seorang direktur utama perusahaan besar. Sementara dirinya, tetap berpakaian ‘biasa’, kemeja polos warna khaki dengan celana ankle warna hitam, sesuai dengan jiwanya yang masih muda. Untung saja dia term
Baca selengkapnya
Bab 47 - Pasola Room
HARI Sabtu sudah menjelang siang ketika Heru selesai mandi dan berpakaian. Seperti biasa, hari Sabtu adalah hari molor sekompleks, dan baru mulai terihat ada kesibukan setelah jam 10. Dia akan keluar untuk mencari makan --sarapan sekaligus makan siang-- lalu akan mengunjungi teman atau melakukan kegiatan lain, tergantung pada apa yang dipikirkannya sambil makan. Saat itulah dia menerima telepon dari pak Kusuma. “Mas Heru, saya ada di Kalimaya, restoran Le Palais, Tower B. Ke sini ya…” Le Palais? Bukankah itu restoran milik Laksmi? Ngapain pula pak dirut itu memanggilnya ke situ? Menginterogasinya lagi seperti kemarin? Tetapi dia tidak mempunyai pilihan jawaban, selain “Iya, pak.” Dengan perasaan malas, atau lebih tepatnya bete (bad mood), dia melangkah menuju Le Palais di Tower B. Bete sebenarnya singkatan, yaitu BT alias Bored Totally atau Boring Total, tetapi bagi Heru bete itu ‘males’, nggak mood! Di Le Palais, Heru sudah
Baca selengkapnya
Bab 48 - Heru Bertemu Mila
KEMBALI dari Tower B setelah bertemu pak Kusuma dan Laksmi, Heru berniat keluar, jadi dia ke Tower C untuk turun ke parkiran mengambil mobilnya. Di lobby, dia berpapasan dengan Mila! Seperti sebelumnya, Mila ingin menghindar, namun Heru tidak mau menunjukkan sikap yang sama --layaknya perempuan-- berpura-pura tidak melihat. “Mila!” panggil Heru. Mila berdiri menunggu kedatangannya. Kali ini tampak lebih tegar dibandingkan dulu. “Kamu dari Tower B, kan?” sambutnya. Heru menyeringai ditembak seperti itu. “Habis bertemu Laksmi?” Mila masih belum puas jika belum menegaskan maksudnya. Heru tidak bisa berkata lain, apalagi akan berbohong. “Iya, tapi tidak seperti yang kamu pikirkan…” Mila tersenyum sinis. “Oh, ya? Memang seperti apa yang aku pikirkan?” Bagi Heru, pertanyaan-pertanyaan Mila itu adalah isyarat untuk mengajak berantem, jadi dia tidak ingin meladeninya. “Mila, aku ingin ke luar. Ikut, yuk…” Mila menjebika
Baca selengkapnya
Bab 49 - Kejutan Rudi
BUNGA dan Astrid tidak tahu bahwa banyak hal bisa diselesaikan lebih baik jika tidak dibicarakan! Justru kalau dibicarakan, persoalan menjadi tambah rumit, karena akan ada salah pengertian, ada yang merasa tidak fair, ada yang merasa dituduh, ada yang malu, dan sebagainya. Untunglah sebelum Bunga atau Astrid memulai, tiba-tiba terdengar ponsel Astrid berdering. Ternyata Rudi menelepon. “Aku lagi di rumah Bunga, say…” kata Astrid. “Nah, itu kebetulan yang sangat bagus!” sahut Rudi. “Aku lagi menyiapkan sedikit acara kejutan untuk Heru, malam ini. Bunga harus ikut. Nanti aku yang akan jemput kalian di rumah masing-masing. Jam 7-an ya!” Astrid menyampaikan berita itu kepada Bunga, lalu pamit agar bisa bersiap-siap. … Sesuai dengan janjinya, Rudi menjemput Astrid jam 7 malam. “Ada kejutan apa sih, say?” tanya Astrid penasaran. Rudi tertawa. “Kalau aku ceritakan, nanti tidak jadi kejutan, dong…” “Ih, kamu. Kejutannya
Baca selengkapnya
Bab 50 - Laksmi Cemburu
LAKSMI mendekati Heru dan memegang tangannya. Baru saja tadi siang mereka bertemu, namun setelah papinya menjodohkannya dengan Heru, perasaan Laksmi sekarang menjadi berbeda. Ada rasa indah di dalam hatinya, penuh warna, penuh cahaya, penuh harapan. “Kok, ke sini?” tanya Laksmi. Heru mencoba tersenyum, namun kurang berhasil. Terlihat hambar. Laksmi memandangnya tidak mengerti. “Aku disuruh Rudi, eh… pak Rudi, ke sini…” Heru mencoba menjelaskan. Mendengar itu, Laksmi langsung paham. “Oh, oke. Mari, saya antar,” ujar Laksmi berubah profesional. Sekarang Heru adalah tamunya, atau teman tamu restorannya. Laksmi mengantar Heru dan rombongannya ke ruang Pasola. Melihat mereka datang, Rudi lalu mengacungkan jempolnya ke arah orang yang bersama Heru, sebagai isyarat bahwa orang itu boleh pergi. “Welcome, brother…” sambut Rudi riang kepada Heru. Rudi menoleh dan tersenyum kepada Laksmi. “Terima kasih, ya…” Itu adalah isy
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status