Share

Bab 2. Curiga

Author: Ade Esriani
last update Last Updated: 2021-08-12 19:36:02

Bab 2

Tunggu dulu, apa aku tidak salah lihat? Kontak yang bernama Andi mengirim pesan seperti ini pada suamiku? 

Aku terdiam sejenak, berusaha mencerna maksud dari semua ini.

Apa ini ada hubungannya dengan foto bayi itu? Apa mungkin itu anaknya Mas Bayu dengan wanita lain? 

Tidak mungkin Mas Bayu mengkhianatiku, apalagi sampai memiliki anak dengan wanita itu. Aku tahu, Mas Bayu tidak mungkin tega melakukan itu padaku. Suamiku sangat mencintaiku.

Akhirnya pertahananku runtuh juga, kaca-kaca bening mengalir begitu saja dari sudut netra. Aku tidak yakin jika orang yang sangat kucintai, ternyata tega mengkhianatiku. 

Kupandangi wajah lelaki yang sudah enam tahun ini mendampingiku, ia sudah

terlelap dalam damai. Hanya dengkuran halus yang terdengar.

Apa benar kamu telah mengkhianatiku, Mas? 

Apa benar kamu telah mengkhianati janji suci pernikahan kita, yang berjanji sehidup semati sampai maut memisahkan?

Apa benar kalau kamu telah memiliki anak dengan wanita lain?

Sayangnya semua pertanyaan itu hanya tercekat di tenggorokan, tidak mampu untuk kuucapkan.

Hatiku tidak percaya, tapi bukti berkata lain. 

Mungkin lebih baik aku mencari tahu sendiri. Karena jika ditanyakan langsung, pasti Mas Bayu akan menyangkal. Apalagi sampai di dengar oleh ibu mertua. Bisa-bisa aku lagi yang disalahkan.

***

"Mbak, minta uang dong! Hari ini aku ulang tahun. Aku ingin mentraktir teman-temanku. Yah, dirayain kecil-kecilan gitu!"

Hana menengadahkan tangannya, seperti biasa, ia selalu saja minta uang padaku. Membuat selera makanku mendadak hilang. Padahal Mas Bayu sudah memberikan uang jajan untuknya. Tapi tetap saja ia merasa kurang dan minta lagi padaku.

"Mbak lagi enggak punya uang," jawabku cuek.

Aku masih ingat, tempo hari Mas Bayu sudah memberikan uang jajan untuk jatah satu bulan. Masa sudah habis! 

"Pelit bangat sih, Mbak! Enggak banyak kok, satu juta cukup lah buat mentraktir teman-teman makan di cafe," ucapnya dengan santai, seolah aku ini pabrik uang yang bisa memberi uang berapapun yang ia minta.

"Enggak ada," ucapku lagi.

"Hey, Mona. Pelit bangat sih sama adik ipar sendiri. Hana ini bukan orang lain loh! Apa susahnya sih, mengabulkan permintaannya? Uang satu juta itu kan enggak banyak. Pasti kamu punya simpanan. Apalagi kamu kan baru gajian?" 

Wajah Ibu terlihat memerah, ia marah padaku karena tidak menuruti permintaan anak kesayangannya itu.

Aku memang baru gajian, tapi aku tidak lagi sepolos yang dulu. Kini uang gajiku sengaja kusimpan di Bank. Diam-diam aku menabung tanpa sepengetahuan suami dan ibu mertuaku. Jika tidak, semua uang milikku akan diambil, sehingga aku tidak dapat apa-apa.

"Iya, Mona memang sudag gajian, Bu. Tapi uangnya kan udah habis buat bayar air, listrik, buat beli kebutuhan sehari-hari dan lain-lain, Bu!"

"Memang dasar pelit! Terus gaji Mas Bayu mana, Mbak? Masa sudah habis, sih? Mbak simpan di mana?" Gadis berambut panjang sebahu itu menatapku dengan tatapan tajam, sungguh ia tidak mempunyai rasa hormat padaku. Padahal, aku ini adalah kakak iparnya, istri dari abangnya sendiri.

"Hana, kamu kan tahu sendiri kalau belakangan ini tokonya Mas Bayu sedang sepi. Jadi otomatis jatah bulanan yang diberikan pada Mbak juga berkurang. Jadi Mbak harus bisa mengelolanya dengan baik. Belum lagi harus bayar cicilan mobil Mas Bayu dan motor kamu setiap bulannya." Aku masih berusaha sabar menghadapi sikap adik iparku yang tidak punya sopan santun ini.

Ya, mobil yang dipakai Mas Bayu dan juga motor yang dipakai Hana masih nyicil alias  belum lunas. Untungnya rumah ini dibeli cash. Jadi hanya perlu memikirkan uang untuk membayar cicilan mobil dan motor saja.

"Ya udah, gini aja. Kamu ambil dulu duit yang buat bayar cicilan motor Hana, nanti kamu ganti," ucap Ibu dengan entengnya, seolah tanpa beban. Enak saja, darimana aku mendapatkan uang untuk menggantinya? 

Ibu sama anak sama saja, tidak memikirkan hari esok. 

"Yasudah, Mona bisa kasih uang buat Hana. Tapi siap-siap saja motornya bakalan ditarik oleh pihak leasing, karena Mona sendiri enggak tahu harus cari uang ke mana lagi!"

"Dasar kakak ipar pelit!" Hana menghentakkan kakinya ke lantai, kemudian berlalu meninggalkan aku dan Ibu yang masih berada di ruang makan.

"Lihat tuh, gara-gara kamu, Hana jadi ngambek begitu!" 

Tuh kan, ibu mertua malah menyalahkanku.

Secepatnya kusudahi sarapanku, setelah itu aku masuk ke kamar, bersiap-siap hendak berangkat kerja.

"Dek, semalam kamu buka-buka ponsel Mas ya, setelah Mas tidur?" tanya Mas Bayu begitu aku masuk ke kamar kami. Wajahnya terlihat gusar, mungkin ia takut jika aku mengetahui rahasianya. 

"Enggak!"

Aku terpaksa berbohong, semoga Allah tidak mencatat satu dosa dalam kebohonganku kali ini. 

Astaghfirullah … semoga Allah mengampuni dosaku.

"Memangnya ada apa di ponselmu, Mas? Apa di dalamnya ada rahasia?" Aku sengaja menanyakan hal itu, ingin melihat bagaimana reaksinya.

"Enggak, kok," sangkalnya, padahal aku tahu kalau suamiku telah berbohong. 

"Mas buru-buru. Pagi ini ada pelanggan yang pesan bahan bangunan dan harus secepatnya diantar. Mas duluan, ya!" Mas Bayu kemudian mendekapku ke dalam pelukannya, lalu mengecup keningku. 

"Dadah, Sayang!" Mas Bayu melambaikan tangannya.

Jika saja pagi ini aku tidak sedang terburu-buru, maka akan ku ikuti kemana Mas Bayu pergi. Aku curiga, jangan-jangan Mas Bayu akan menemui orang yang mengirimkan pesan ke ponselnya semalam. Tapi karena tuntutan pekerjaan, aku harus bersabar untuk sementara waktu.

Saat sedang memoles bedak di wajahku, tiba-tiba terdengar bunyi ponsel. Ternyata ponsel Mas Bayu ketinggian.

Aku pun langsung mengambil ponsel yang terletak di atas kasur tersebut.

Sebuah pesan masuk dari BR*-NOTIF

Trx Rek.17070xxxxxxxxxxx :  PENARIKAN TUNAI ATM Rp. 2.000.000 19/06/21 07:35:26

Apa? Mas Bayu baru saja menarik uang di ATM? Bukannya ia bilang sedang buru-buru karena mau mengantar barang pesanan pelanggan? 

Ya Allah … apa lagi ini?

Untuk apa ia menarik uang sebanyak itu? Apa Mas Bayu akan memberikan uang itu untuk Hana? Tidak mungkin, pasti Hana tidak akan berani memintanya kepada Mas Bayu karena seminggu yang lalu Mas Bayu telah memberikan uang jajan untuk jatah sebulan buat Hana. Lantas, untuk siapa? Apa jangan-jangan, Mas Bayu akan memberikan uang itu untuk kontak bernama Andi yang mengirimkan pesan semalam? 

Aku penasaran, siapa sebenarnya orang yang bernama Andi itu.

Jika kecurigaanku terbukti benar, maka aku tidak akan tinggal diam.

Bersambung ….

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
edmapa Michael
siapa bayi itu? apakah dari selingkuhan suami brengsek itu?????
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • FOTO BAYI DI PONSEL SUAMIKU   Bab 40. Ending

    Bab 40Enambulan sudah aku menjadi istri dari Mas Galang. Aku sangat bahagia karena memiliki suami dan mertua yang baik. Mas Galang sangat perhatian, ia sangat sayang padaku. Begitu juga dengan mama mertua, beliau juga sangat baik.Saat ini, aku sedang mengandung, usia kehamilanku sudah memasuki lima bulan. Perutku pun sudah mulai terlihat buncit.Dari dulu aku selalu meminta kepada Allah agar menitipkan janin di dalam rahimku. Di pernikahan pertama tidak kudapatkan.Alhamdulillah di pernikahan kedua, Allah mengabulkan doaku. Aku tidak seperti yang dituduhkan mantan mertuaku. Buktinya, sekarang aku bisa hamil. Aku benar-benar bersyukur atas semua nikmat dan karunia yang telah diberikan Allah.

  • FOTO BAYI DI PONSEL SUAMIKU   Bab 39

    Bab 39Mamanya Galang menepati janjinya. Beliau datang ke rumah bersama Mas Galang. Wajah Mas Galang terlihat bingung, mungkin ia bingung karena tidak dikasih tahu sebelumnya.Mamanya Mas Galang mengutarakan niatnya di depan keluargaku bahwa beliau ingin meminangku. Beliau juga kembali meminta maaf karena telah menghinaku waktu itu.Seketika wajah Mas Galang langsung berseri-seri saat mendengar kalimat yang diucapkan oleh mamanya. Mungkin ia tidak menyangka jika mamanya telah merestui hubungan kami."Mama, Mama serius? Mana melamar Mona? Itu artinya Mama sudah merestui hubunganku dengan Mona?" tanya Mas Galang pada mamanya, seperti tidak percaya."Iya, Mama

  • FOTO BAYI DI PONSEL SUAMIKU   Bab 38

    Bab 38"Jadi sekarang kamu buka butik? Gimana, rame?" Matanya memindai sekitar, apa mungkin beliau mau merendahkanku lagi? Padahal aku sudah tidak berhubungan dengan anaknya."Alhamdulillah, Tante. Rame atau enggaknya tetap Mona syukuri. Yang paling penting, Mona bisa mandiri tanpa menyusahkan orang tua.""Bagus itu! Oh ya, Tante ada perlu denganmu. Bisa kita bicara berdua?"Ngajakin aku bicara? Ada apa ya?"Bisa, Tante. Kita bisa bicara di dalam, mumpung belum ada pelanggan. Mari!" Aku mengajak mamanya Mas Galang ke dalam."Bagaimana hubunganmu dengan Galang?" tanya beliau sesaat setelah kami duduk di kursi yang saling berhadapan.

  • FOTO BAYI DI PONSEL SUAMIKU   Bab 37

    Bab 37"Terimakasih sudah mengantarku. Mulai sekarang jangan pernah menghubungiku lagi. Lebih baik Mas langsung pulang saja, ya! Aku capek, mau istirahat," ucapku pada Mas Galang setelah kami tiba di Belanda rumah."Tunggu, Mona!" Mas Galang tampaknya masih tidak terima dengan keputusanku."Tolong jangan ganggu aku lagi, Mas. Permisi!"Aku segera masuk ke dalam dan meninggalkannya sendirian di luar. Aku yakin, benaknya sedang dipenuhi oleh berbagai pertanyaan saat ini."Loh, datang-datang kok' gak ngucapin salam? Galang mana? Sudah pulang? Kok' gak diajak masuk dulu?" Kak Mila langsung menyambutku dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuat kepala

  • FOTO BAYI DI PONSEL SUAMIKU   Bab 36. Terhalang Restu

    Bab 36Hati ini bagai disayat-sayat mendengar ucapannya. Luka di hati yang masih dalam proses penyembuhan, kini menganga kembali.Serendah itukah diriku di matanya?"Aku sarankan lebih baik kamu menjauh dari kehidupan Galang karena sampai kapanpun aku tidak akan pernah sudi menerimamu sebagai menantuku," ucapnya dengan santai tanpa memikirkan bagaimana perasaanku.Bulir bening yang sedari tadi ingin keluar, berusaha kutahan. Aku tidak mau terlihat lemah dihadapannya. Aku harus tenang menghadapinya.Hal yang aku takutkan benar-benar terjadi. Sebenarnya inilah alasan utama kenapa sampai detik ini aku belum juga menerima pinangan Mas Galang. Jika sudah tahu begini, maka aku akan lebih mudah untuk m

  • FOTO BAYI DI PONSEL SUAMIKU   Bab 35. Dilamar Mas Galang

    Bab 35 Ternyata apa yang dikatakan Kak Mila itu benar. Mas Galang beneran datang. Ia sengaja meminta izin kepada Bapak dan Kakak untuk mengajakku dan memperkenalkan aku pada orang tuanya. Mas Galang datang tanpa memberitahuku sebelumnya. Ia benar-benar membuat kejutan untukku. "Om, saya mau meminta doa restu pada Om. Saya mau melamar Mona untuk menjadi istri saya. Saya sudah lama mencintai Mona, Om. Saya janji akan membuatnya bahagia dan tidak akan pernah menyakitinya," ucap Mas Galang pada Bapak saat kami sedang mengobrol di ruang tamu. Bapak menatapku sekilas, lalu kembali menatap Mas Galang. "Kalau Om sih tergantung Mona saja. Jika Mona bersedia menerima lamaranmu, Om akan memberika

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status