Bab 10
Mereka bertiga pun meminum teh manis hangat yang sudah dicampur dengan obat tidur tersebut. Mari kita lihat, kalian akan berangkat ke acara akikahan itu atau …
"Ayo, Bu, Hana, nanti kita telat," ucap Mas Bayu sambil merapikan kemejanya.
"Tunggu, Ibu kok mendadak jadi pusing gini, ya? Bentar, Ibu ke kamar dulu." Ibu pun masuk ke kamarnya, disusul juga oleh Hana. Sepertinya obat tidur itu sudah mulai bereaksi. Bagus!
"Dek, kok Ibu sama Hana belum keluar juga dari kamar?" tanya Mas Bayu, ia terlihat gelisah, mondar-mandir kesana-kemari.
"Nggak tau tuh, Mas. Coba Mas lihat ke kamar!"
Karena sudah tidak sabar, Mas Bayu segera m
Bab 11egera ku salin pesan dari wanita tersebut dan langsung mengirimnya ke nomorku. Mungkin suatu saat aku akan membutuhkannya.Setelah berhasil mengerjai wanita selingkuhan Mas Bayu itu, aku segera menghapus riwayat chat. Mas Bayu tidak boleh tahu kalau aku sudah bermain-main dengan gundiknya itu. Aku harus bermain dengan rapi tanpa meninggalkan jejak sedikitpun.Satu jam sudah mereka tertidur, belum ada tanda-tanda bahwa mereka akan bangun. Ketiganya masih tertidur dengan pulas.Akhirnya terlintas ide untuk menghadiri acara akikahan itu. Ya, aku penasaran apakah acaranya berjalan dengan lancar atau justru sebaliknya. Mumpung Mas Bayu masih tidur, aku akan menggunakan kesempatan ini.**
Bab 12POV BayuAku langsung menyambar kunci mobil yang terletak di atas meja. Setengah berlari menuju garasi, menaiki mobil, lalu mengendarainya dengan kecepatan tinggi.Tidak kuhiraukan lagi rambu-rambu lalu lintas. Lampu merah juga aku terobos begitu saja. Aku sudah tidak sabar ingin secepatnya tiba di rumah Andini.Ah, pasti Andini akan marah besar padaku. Bisa-bisanya aku ketiduran, padahal hari ini adalah acara penting bagiku dan juga istriku Andini.Semoga saja acaranya belum selesai. Bisa-bisa Andini akan marah besar padaku.Setelah menempuh jarak sekitar dua puluh menit, akhirnya aku tiba di rumah Andini.Suasananya suda
Bab 13POV BayuKe mana semua uangku? Siapa yang mengambilnya?Seketika aku terduduk di lantai, rasanya kedua kaki ini tidak mampu lagi menopang tubuhku.Aku masih tidak percaya dengan semua ini. Bisa-bisanya uang tersebut raib. Apa yang harus aku lakukan?"Pak, Bapak kenapa? Apa yang terjadi dengan Bapak?" Seorang lelaki paruh baya menepuk pundakku."Apa Bapak kehilangan uang?" tanyanya lagi.Lidah ini terasa kelu, bahkan aku tidak sanggup untuk menjawab pertanyaan. Aku shock!
Bab 14POV BayuSaat aku membuka pintu kamar, kulihat Mona sedang tertidur pulas di atas ranjang. Syukurlah, aku bisa bernafas lega sekarang!Aku menghampiri Mona, lalu mengelus rambut panjangnya yang tergerai indah. Kupandangi wajah wanita yang sudah mendampingiku selama enam tahun ini. Seketika ada rasa bersalah yang menyelimuti hati ini. Ya, aku merasa berdosa karena telah mengkhianati istri yang sangat baik padaku dan juga keluargaku.Jika saja Mona bisa memberiku keturunan, mungkin aku tidak akan pernah menikah dengan Andini.Dulu aku yang menyuruh Mona agar tidak hamil dulu karena aku belum siap untuk punya anak.Mona sempat marah dan protes saat aku membawanya ke bidan untuk suntik KB.
Bab 15 Pov Bayu Apa lagi ini? Andini mau menipuku? Tidak akan bisa. Ia sengaja meminta uang untuk menghilangkan jejak, agar aku tidak curiga bahwa ia telah menguras ATM ku. Benar-benar licik! Baiklah, Andini, aku akan membuat perhitungan denganmu. "Bayu, kamu mau kemana lagi?" tanya Ibu, ia tampak heran melihatku berjalan terburu-buru. "Aku mau ke rumah Andini, Bu! Aku akan membuat perhitungan dengannya," jawabku, pandanganku tetap fokus ke depan. "Udah lah, Bayu! Mending nggak usah. Takutnya nanti kalian bertengkar lagi." Ibu memberi saran. "Tidak bisa, Bu! Andini sudah benar-benar keterlaluan, bahkan ia kembali mengancamku. Aku t
Bab 16POV Bayu"Andini … Andini … buka pintunya." Aku berteriak sambil menggedor-gedor pintu rumah Andini."Ada apa sih teriak-teriak?" Andini membentakku sesaat setelah membuka pintu. Ia menatapku nyalang, aku tahu ia masih marah padaku, tapi itu tidak sebanding dengan kemarahanku padanya saat ini."Masih berani kamu datang ke ruma---""Diam kamu wanita licik. Mana uangku, hah?" Aku langsung menerobos masuk, melewatinya begitu saja.Aku membuka pintu kamar dengan kasar, membuat Dedek terbangun dan menangis. Tapi aku tidak peduli.Ku bongkar semua baju-bajunya dari dalam lemari. Mencari ua
Bab 17"Cepat laksanakan perintahku, wanita pela-kor! Dan kamu, Mas, kita selesaikan urusan kita!"Apa yang harus kulakukan? Bagaimana ini?"Kamu tidak bisa memerintahku. Kamu pikir aku takut padamu dan bersedia menuruti perintahmu? Mimpimu ketinggian, wanita mandul! Aku sama sekali tidak takut pada ancamanmu. Apa yang bisa kamu lakukan? Gayanya selangit, tapi uang saja tidak punya! Bahkan aku lebih pintar darimu. Aku bisa membayar pengacara untuk menjebloskanmu ke penjara jika kamu masih berani mengusik ketenanganku, camkan itu! Andini balik mengancam, ia kelihatannya tak gentar menghadapi Mona.Aduh … kenapa jadi seperti ini sih? Kedua istriku malah sibuk memperebutkan rumah itu.
Bab 18"Tunggu sebentar ya, Mas. Ada urusan yang harus aku selesaikan," ucap Mona pada lelaki yang memperkenalkan diri sebagai pengacara itu sambil menutup kembali pintu mobil.Tanganku mengepal, hatiku cemburu melihat Mona satu mobil dengan lelaki lain. Tapi biarlah, ada urusan yang lebih penting daripada mikirin siapa lelaki itu."Assalamualaikum, Bu, Hana! Mona punya kejutan buat kalian semua. Yuk, kita ke dalam," ucap Mona dengan ramah, seolah tidak terjadi apa-apa."Pak Galang … itu kan pak Galang, dosen Hana di kampus! Bu, ada Pak Galang, Bu." Hana lompat-lompat kegirangan, seperti anak kecil yang habis dikasih permen. Memalukan!"Hana, kamu apa-apanya sih? Malu-maluin aja," ucap Ib