Share

Bab 9. Beraksi

Bab 9

"Mona, kamu siapin makan siang ya, Ibu dan juga Hana belum makan. Buruan! Nggak pake lama!"

Setelah mengucapkan kata-kata itu, mereka berdua pun meninggalkan kamarku.

Siapa juga yang mau disuruh-suruh seperti itu? Memangnya aku ini pembantu, apa? Mulai sekarang, jangan harap aku mau menuruti kemauan kalian. 

Aku merebahkan tubuh di atas ranjang setelah mengunci pintu terlebih dahulu. Hari ini sungguh melelahkan. Aku ingin beristirahat dan tidak ingin diganggu oleh siapapun.

Baru beberapa menit mata ini terpejam, Ibu sudah menggedor-gedor pintu dan berteriak memanggil namaku.

"Mona … makan siangnya mana?" 

Ibu terus saja menggedor-gedor pintu. Ah, Ibu mertua memang tidak bisa melihatku tenang sedikit. Pasti beliau akan mengganggu hingga aku menjalankan semua perintahnya. 

Diri ini terlalu lelah untuk melakukan semua itu. Terserah Ibu mau bilang apa. Yang jelas saat ini tubuh dan pikiranku sangat lelah dan aku butuh istirahat. 

Kuambil speaker murottal yang ada di atas meja rias, memutar ayat-ayat suci Al-Qur'an dengan volume yang cukup keras. Dengan begitu, aku bisa istirahat karena tidak lagi mendengar teriakan Ibu.

***

[Assalamualaikum, Dek. Mas cuma mau bilang, malam ini Mas tidak bisa pulang karena harus ke luar kota untuk mengantar bahan bangunan pesanan pelanggan, ya!] Isi pesan dari Mas Bayu.

Sudah kuduga, pasti Mas Bayu ingin bermalam di rumah wanita yang bernama Andini itu. Mas Bayu sengaja mencari-cari alasan untuk mengelabuiku.

[Kalau begitu, aku ikut denganmu, Mas.] Segera kubalas pesan dari Mas Bayu tersebut. Aku sengaja mengirim pesan tersebut untuk melihat bagaimana reaksinya.

[Nggak usah, Mas perginya berdua dengan Amar. Kamu di rumah saja sama Ibu dan Hana.]

Benar kan, Mas Bayu menolak untuk mengajakku. Lagian aku tahu kok, itu cuma akal-akalannya saja.

[Jangan lupa semua pintu dan juga jendela dikunci ya.]

Aku memilih untuk tidak membalasnya lagi.

Begitu pandainya Mas Bayu menyembunyikan semua ini dariku.

Selama ini aku terlalu percaya dan tidak pernah menaruh curiga sedikitpun padanya. Ternyata diam-diam Mas Bayu bermain api di belakangku, bahkan sampai punya anak dengan wanita lain.

Pantas saja Mas Bayu mengurangi jatah bulananku dengan alasan bahwa toko materialnya sedang sepi. Ternyata ia telah membagi uangnya untuk menghidupi keluarga barunya. 

Ini semua tidak adil, Mas Bayu sengaja membebaniku untuk mencukupi semua kebutuhan di rumah ini, sehingga membuatku harus ikut bekerja agar semuanya bisa tercukupi. Di luar sana, malah ia memanjakan wanita selingkuhannya itu dan memenuhi semua kebutuhannya.

Ibu dan Hana ternyata terlibat juga dalam hal ini. Mereka sekongkol untuk menyakitiku. Benar-benar keterlaluan!

Ini tidak bisa dibiarkan. Cukup sudah! Aku tidak terima diperlakukan terus menerus seperti ini.

***

"Mona, kamu kok sekarang makin bandel sih? Nggak pernah lagi nyiapin makanan untuk Ibu dan Hana!" ucap Ibu begitu aku keluar dari kamar.

Ya, sudah beberapa hari aku tidak mau lagi menyiapkan makanan untuk keluarga ini. Jangankan memasak, sekadar beberes rumah saja pun, aku enggan.

"Kamu mau ke mana malam-malam begini, Mona?" 

"Kamu dengar Ibu nggak sih?" Ibu mencecarku dengan berbagai pertanyaan, membuat kepalaku semakin pusing. 

"Mau keluar, Bu. Cari angin," jawabku sekenanya.

"Permisi, Bu!" Aku berjalan melewati beliau, tapi baru beberapa langkah saja, Ibu kembali memanggilku.

"Jangan lupa beli makanan buat Ibu, sekalian buat Hana. Kamu tidak kasihan? Kami belum makan dari siang tadi."

Aku berbalik badan, kemudian menengadahkan tangan ke Ibu, "mana uangnya, Bu?" pintaku.

"Kamu kan punya uang. Pakai uangmu saja. Jadi mantu kok pelit bangat. Hitung-hitungan sama mertua sendiri," ketusnya, Ibu terlihat kesal padaku. Biarkan saja, aku tidak peduli.

"Apa Ibu lupa? Uang tabungan Mona kan udah diambil sama Ibu dan juga Hana, uang dari mana lagi?"

"Itu terus yang dibahas. Ibu yakin kamu masih punya simpanan."

"Udah nggak ada, Bu!"

"Awas saja jika Bayu sudah pulang, akan Ibu adukan semuanya. Lama-lama Ibu makin tidak suka sama kamu. Udah mandul, pelit lagi. Entah apa yang dilihat anakku dari dirimu!"

"Hentikan, Bu. Berhenti menghina Mona. Selama ini apapun yang Ibu katakan, Mona selalu diam dan tidak pernah membantah. Tapi kali ini Ibu sudah benar-benar keterlaluan. Mona tidak suka dihina seperti ini." Aku menatap tajam manik mata wanita yang telah melahirkan suamiku itu. Selama ini aku begitu menghormatinya, tapi beliau malah seenaknya menghinaku.

Aku memutuskan untuk meninggalkannya, jika terus berada di dalam rumah ini, Ibu akan terus saja mengomel. Tidak ada habisnya.

Kukeluarkan motor dari garasi, kemudian mengendarainya dengan kecepatan sedang. Membelah jalanan ibu kota yang masih ramai, hingga akhirnya aku putuskan untuk singgah di sebuah warung pecel lele.

Aku memesan nasi dan juga lele goreng serta teh manis. Setelah pesanan datang, aku langsung menyantapnya karena memang perutku sudah lapar. Tadi pagi hanya sarapan nasi uduk di warung Mpok Leni.

Tidak peduli lagi pada Ibu mertua dan adik iparku itu. Mereka pasti masih memiliki uang, hanya saja selalu mengharap dariku. 

Setelah selesai makan malam, aku singgah dulu di apotek. Membeli sesuatu yang mungkin dibutuhkan nantinya. Setelah itu, aku memutuskan untuk kembali ke rumah.

***

Sesampainya di rumah, ternyata Ibu dan juga Hana belum tidur. Mereka sedang makan bakso di ruang tengah sambil menonton televisi. 

"Kamu lihat, Mona? Kami masih tetap bisa makan tanpa uangmu itu. Lihat nih, ada bakso dan juga pizza. Mau? Tapi sayangnya Kami tidak sudi membaginya denganmu," ucap Ibu sambil mengangkat mangkuknya untuk memperlihatkan isi dalam mangkuk tersebut padaku.

"Nggak usah, Mona sudah kenyang. Tadi Mona makan steak di restoran." Aku sengaja berbohong untuk memanas-manasi mereka.

"Tuh, kan, dasar kakak ipar pelit. Mbak Mona benar-benar keterlaluan ya!" 

Aku tidak lagi menghiraukan mereka, gegas aku masuk ke dalam kamar, lalu menguncinya.

Sampai kapan aku kuat menghadapi semua ini? Aku lelah! Mungkin lebih baik aku pergi dari rumah ini, meninggalkan Mas Bayu yang sudah jelas-jelas membagi cintanya dengan wanita lain. Tapi sebelum itu, aku harus melakukan sesuatu. 

Ya, sertifikat rumah, aku harus mengamankannya terlebih dahulu. Hanya itu satu-satunya harta benda yang kami miliki setelah menikah. Sedangkan toko bangunan itu masih mengontrak, belum menjadi hak milik.

Kubuka lemari, lalu menarik sebuah map coklat yang berada di bawah tumpukan baju milik Mas Bayu. Di dalamnya hanya ada kartu keluarga dan juga buku nikah. Di mana sertifikat rumah? 

Ya ampun, aku sampai lupa. Sertifikat rumah ini telah digadaikan ke bank oleh Mas Bayu beberapa bulan lalu. Ia bilang ingin menambah modal, tapi nyatanya tidak ada perubahan yang kulihat di tokonya. Apa jangan-jangan Mas Bayu telah membohongiku? Apa mungkin Mas Bayu sengaja menggadaikan rumah ini untuk membeli rumah buat gundulnya itu? 

Baiklah, karena Mas Bayu telah berani bermain-main denganku, akan kubuat ia miskin. Aku tidak akan pergi dari rumah ini sebelum berhasil mengambil uang yang ada di ATM Mas Bayu. Aku tidak mungkin meninggalkan rumah ini dengan tangan kosong.

Oke, aku akan sabar menunggu Mas Bayu hingga ia pulang ke rumah ini.

***

Jarum jam dinding menunjukkan pukul 07.30. Belum juga ada tanda-tanda bahwa Mas Bayu akan pulang. Sudah dua hari Mas Bayu tidak pulang. Alasannya mobil carry yang mereka gunakan untuk mengantar barang pesanan pelanggan mogok di jalan sehingga tidak bisa pulang ke rumah. Padahal, aku tahu bahwa Mas Bayu tengah sibuk mempersiapkan acara akikahan anaknya dan wanita itu. 

Ibu dan juga Hana tengah bersolek ria di dalam kamar Hana sambil ketawa-ketiwi. Sementara aku tetap berada di dalam kamar sambil memikirkan rencana untuk memberi pelajaran kepada para pengkhianat itu.

Tak lama kemudian, terdengar bunyi ketukan di pintu. 

"Dek, buka pintunya. Mas pulang!"

Ternyata si tukang selingkuh itu sudah pulang. 

Aku pun membukakan pintu, Mas Bayu langsung masuk, ia tersenyum padaku. 

"Maafin Mas, ya, Dek. Mas nggak bisa pulang karena mobilnya mogok. Jadi terpaksa nginap di penginapan. Jangan marah ya," ucap Mas Bayu sambil meraih tanganku.

Aku hanya diam, tidak berniat menjawabnya. Aku tahu Mas Bayu telah berbohong.

"Oh ya, Dek, hari ini Mas mau menghadiri acara akikahan temannya Mas. Tolong Adek setrika baju ini ya." Mas Bayu memberikan tiga helai baju yang masih dibungkus plastik bening padaku.

"Kok ada tiga, Mas?" Dahiku mengernyit melihat ketiga helai baju tersebut, warnanya juga sama.

"Iya, kemejanya buat Mas. Atasan buat Hana dan gamis untuk Ibu," jawabnya santai sambil meraih handuk.

Oh, jadi mereka semua akan memakai baju yang sama untuk menghadiri acara itu? 

"Kok aku nggak ada, Mas?" Aku pura-pura memasang wajah sedih.

"Iya, maaf ya, Mas lupa minta buatmu, Dek. Lagian, kamu gak usah ikut, Dek. Cuma sebentar kok." Mas Bayu mencari-cari alasan.

Setelah mengucapkan kata-kata itu, Mas Bayu pun masuk ke dalam kamar mandi.

Ogah, aku mana mau menyetrika baju-baju itu. Lagian aku akan pastikan bahwa tidak seorangpun dari mereka yang akan pergi ke acara akikahan itu.

Kalian ingin bermain-main denganku? Oke, aku juga akan memberi sedikit pelajaran untuk kalian.

***

Mas Bayu, Ibu dan juga Hana tengah bersiap untuk pergi. Tak bisa dipungkiri, Mas Bayu terlihat gagah sekali memakai kemeja batik itu. Ibu juga terlihat anggun memakai gamis batik yang menempel sempurna di tubuhnya, Hana pun demikian, cantik sekali. Tapi sayang, mereka semua adalah penghianat.

"Mas, Bu. Sebelum berangkat, teh-nya diminum dulu ya!" Aku meletakkan nampan yang berisi tiga gelas teh tersebut di atas meja.

"Tumben kamu baik hari ini? Karena ada Bayu, ya?" Ibu menatapku Sinis sambil meraih satu gelas teh manis buatanku itu.

"Nggak kok, Mona kan memang baik dari dulu, Bu! Mas, ini teh-nya diminum dulu. Hana juga."

Mereka bertiga pun meminum teh manis hangat yang sudah dicampur dengan obat tidur tersebut. Mari kita lihat, kalian akan berangkat ke acara akikahan itu atau …

Bersambung ….

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Sri Suprapti
ipar dan mertua emang racun
goodnovel comment avatar
Sri Suprapti
emang lelaki buaya darat
goodnovel comment avatar
edmapa Michael
sangat tak terpuji sikap suami kepada istrinya. ini adalah sikap suami tak terpuji selalu mencuri dan menyenangkan hati sendiri tanpa menjaga perasaan istrinya.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status