All Chapters of RED CROWN: Chapter 21 - Chapter 30
59 Chapters
Selidik pangeran untuk rakyat
“Aku ingin membayar iuran milik wanita itu. Jadi, kamu tidak boleh menyentuhnya lagi,” ujar Cantaka, tegas.Pria itu bangkit dan membersihkan pakaiannya yang kotor karena debu, terlihat pakaian bagian belakangnya tampak sobek karena tarikan dari tangan Cantaka yang cukup kuat padanya.Ia menatap Cantaka dengan tatapan yang memberung. Kedua matanya melirik dari kaki hingga ke kepala pemuda tersebut, terbesit niat licik untuk menipunya di pikiran petugas biro tersebut.“Kamu akan membayarnya? Iuran wanita itu cukup besar, loh,” ujar petugas tersebut, melipat kedua tangannya dan memejamkan mata dengan sikap angkuh.“Tentu, berapa banyak yang harus kubayar?” tanya Cantaka, datar.Ia merogoh saku celananya ketika petugas itu hendak mengatakan nominal bayaran wanita tadi. Petugas itu tersenyum menyeringai, ia berpikir kalau dia akan mendapatkan koin banyak hari itu dan pergi ke rumah bordil untuk melanjutkan kesenangan
Read more
Informasi bertukar nyawa
Tiba-tiba, pintu ruangan yang berada di ujung lorong mulai terbuka. Saraswati segera bangkit dan pergi meninggalkan tempat tersebut, melangkah dengan tergesa hingga ke luar kediaman Ratu.Wanita itu berhasil selamat dari kejadian buruk tertangkap basahnya dia menguping pembicaraan Citraloka dan Ayodya. Mentari mulai tergelincir dari puncak ubun-ubun menuju arah barat, tanda pulang bagi semua makhluk yang sudah bekerja keras.Han keluar dari dalam kediaman Citraloka. Ia menyapa Putri Saraswati dan tetap menundukan kepalanya dengan ramah.“Apa Putri ingin bertemu dengan Pangeran Cantaka?” tanya Han.Saraswati memutar kepalanya, memandang pria yang tengah hormat patuh padanya. Saraswati tidak perlu menjawab pertanyaan Han, ia sendiri sudah tahu kalau pun mengiyakannya, Han pasti memintanya untuk menunggu beberapa menit.“Tidak perlu. Ada sesuatu yang musti kukerjakan,” jelas Saraswati, pergi meninggalkan Han yang masih berdiri
Read more
Tata krama Pangeran
*** Mereka kembali dan memberikan hasil yang nihil. Pembunuh itu sudah berada di luar jalur pencarian yang bisa mereka jangkau. Pembunuhan yang baru saja terjadi menjadi alasan kuat bagi Cantaka untuk mengungkapkan kasus pungli di lembaga pemerintahan tersebut. Kini, di samping Cantaka sudah ditemani oleh Ayodya. Pria itu datang atas perintah dari Han untuk menjaga keselamatan Pangeran. Sontak saja di kediaman kecil pria tersebut sudah dipenuhi oleh banyak orang berpakaian militer, sehingga menimbulkan beribu pertanyaan bagi rakyat yang melihatnya. “Dia terbunuh?” tanya Ayodya, terkejut. Cantaka membalasnya dengan anggukan ringan. Ia ikut menyodorkan sebuah panah dengan anak panah bernodakan merah darah, Ayodya yang sudah lama berkecimpung di dunia militer pasti mengetahui alasan kenapa pria itu sampai terbunuh dengan satu tancapan panah. “Panah itu, apa kamu mengetahui siapa pemiliknya?” tanya Cantaka, ia berjalan menuruni undakan kec
Read more
Pertemuan Rahasia
***“Pembunuhnya masih belum bisa kutemukan.”Ayodya, Han, dan Wunguk berkumpul di ruang kerja Cantaka. Mereka masih sibuk membahas terkait kasus pembunuhan petugas Biro Pemerintahan yang diduga berkaitan dengan kasus pungli.Cantaka masih terdiam. Pikirannya masih teringat dengan rombongan menteri semalam, obrolan mereka tidak terdengar jelas, tetapi Cantaka bisa memastikan kalau menteri-menteri itu membahas seputar kerajaan.“Sangat sulit. Kita tidak menemukan bukti apa pun selain panah ini,” jelas Han, memegang kayu panah dan memandangnya penuh prasangka.“Kita harus segera bergerak, jika tidak, aku khawatir jejak yang kita temui akan pudar,” timpal Wunguk.Ucapan pria tua itu mendapatkan persetujuan dari Han, ia sependapat dengan menganggukkan kepala seraya menambahkan perkataan Wunguk, membuat argumen mereka jauh terdengar realistis.“Semuanya tergantung padamu, Tuan Pangeran.”
Read more
Persetujuan informasi
Cantaka tersenyum, ia mempersilakan mereka semua untuk masuk tanpa terkecuali. Satu persatu menteri duduk satu baris di sisi kanan dan kiriku, sehingga kedua sisi saling berhadapan satu sama lain.“Suatu kehormatan bagi kami bisa berbincang santai dengan Pangeran,” balas salah satu menteri yang menjadi pemimpin dari kelompok menteri tersebut, ia tak lain adalah Menteri Perdagangan, Gunawarman.“Gunawarman, aku juga merasa senang bisa bertemu dengan kalian semua,” jawab Cantaka, menengguk teh hangat yang ada di cangkirnya sambil tetap memandang wajah pria di sampingnya.Gunawarman menyadari keberadaan Saraswati, wanita yang terkenal sebagai kemenakan dari Ratu Suprabha. Pria itu hanya mengulas senyum tatkala kedua mata mereka beradu pandang dalam sepersekian detik.“Apa kabar, Nona Saraswati?” sapa Gunawarman, Saraswati tersenyum membalas sapaan itu dengan ramah.“Kenalkan. Dia akan ikut denganku dalam penye
Read more
Perselisihan keluarga kerajaan
***“Apa? Rapat pemerintahan?” tanya Cantaka, kaget.“Iya. Hamba mendengar kabar kalau Raja memanggil semua menteri,” balas Han, terus terang.Cantaka masih berdiri di depan kediaman Citraloka, memandangi taman istana yang terlihat memukau tersorot sinar mentari, burung-burung berterbangan dan bunga-bunga bermekaran sempurna.Kesempurnaan itu dihiasi dengan kehadiran Saraswati yang berjalan bersama seorang dayang, membawa nampan berisikan benang berwarna-warni.Pria itu melihat Saraswati dengan jelas, tetapi tidak dengan wanita itu. Ia tetap berjalan seraya mengobrol hangat dengan dayang tersebut seolah-olah keduanya sudah berteman lama.Mereka masuk ke sebuah gedung, tempat orang-orang istana membuat pakaian dan kain-kain. Tempat itu bersebelahan dengan kediaman Ratu Suprabha dan terlihat dari dalam rumah, Pangeran Jayagiri keluar sembari menggendong kucing putih peliharaannya.“Belakangan ini, aku tidak
Read more
Dia menggila
“Tidak apa-apa,” ucap Cantaka, membujuk Gunawarman yang bersikukuh untuk menolak Saraswati terlibat.Gunawarman mengangguk, menjatuhkan kembali tangan kanan yang terbentang menghalangi langkah gadis itu untuk menghampiri Cantaka.Keduanya kembali bertemu, bukan sebagai seseorang yang saling mencinta, tetapi dua orang yang sama-sama membutuhkan. Cantaka sama membutuhkannya seperti dia menginginkan pemuda itu untuk kembali seperti pria yang ia kenal sebelumnya.“Aku yakin, kamu pasti memiliki alasan jelas untuk ikut terlibat sampai sejauh ini, Saraswati,” balas Cantaka.“Benar. Aku memiliki hal lain yang ingin kuraih, dan satu-satunya cara untuk meraihnya dengan ikut membantumu mengungkapkan kasus ini,” jelas Saraswati, sorot matanya begitu percaya diri menatap kedua mata Cantaka sungguh-sungguh.“Baiklah. Aku akan segera pergi untuk berbicara dengannya,” pamit Cantaka, berjalan menuju istana dalam samb
Read more
Langkah cepat Cantaka
Cantaka benar-benar terkejut sembari terus memegangi pipi kirinya yang terkena tamparan cukup telak dari Raja. Suara yang ditimbulkan terdengar bergema di seluruh ruangan, maklum saja istana dalam begitu kosong hanya menyisakan mereka berdua. “A-Apa salah hamba sampai Yang Mulia menamparku?” tanya Cantaka, ketakutan. “Ceroboh! Bukankah sudah kukatakan sebelumnya bahwa kecerobohan bisa mendatangkan kesialan dan keburukan,” jawab Raja, tegas. Cantaka segera mengambil sikap bersujud, kedua telapak tangannya menempel di atas lantai marmer dengan pandangannya yang terus memandang ke lantai tempatnya bertumpu. Ia sadar, perbuatan membunuh mereka semua adalah hal yang salah, ia juga tidak mengelak kalau dirinya pantas untuk dihukum. “Maafkan hamba, Yang Mulia. Bukan maksud hamba untuk melakukan hal itu dengan—” “Katakan padaku, apakah kamu sedang menyelidiki kasus pungli yang menteri itu katakan?” tanya Raja, menyorot tubuh Cantaka yang masih
Read more
Angkuh dan tamak
***Ayodya tiba ke ruang kerja Cantaka seraya menenteng seorang pria yang perlu diselamatkan nyawanya. Pangeran Cantaka tidak ingin Geni kehilangan nyawanya akibat pembunuhan yang dilakukan orang yang terlibat dengan kasus ini demi menutup jejak.Pintu terbuka, terlihat Geni yang tampak lemah dengan wajah penuh lebam memohon ampun kepada Cantaka. Pangeran muda itu segera berjalan meninggalkan meja kerjanya menuju hadapan pria malang tersebut.Ia mencengkeram wajah Geni dan menatap kedua mata pria itu dengan kuat. Tak lama Cantaka tiba-tiba tertawa sambil melepaskan tangannya dari wajah Geni yang menjijikan.“Aku tidak akan membunuhmu seperti yang dilakukan mereka,” balas Cantaka.Ia ambil kendi berisi anggur favoritnya dan menuangkan minuman itu ke cangkir kecil miliknya, belakangan ini ia sangat menyukai cita rasa anggur di zaman ini.“Lepaskan ikatannya, Ayodya,” titah Cantaka.Ayodya segera memotong tali tam
Read more
Bukti kasus
“Aku benar-benar tidak tahu apa yang kamu katakan.”Wanita itu tampak memundurkan langkahnya ketika Cantaka semakin berjalan mendekatinya. Han lebih memilih untuk berjaga dekat pintu masuk, tidak memerhatikan mereka, tidak pula mengikutinya.Pangeran muda itu terus mendesak Istri Geni untuk berbicara, ia yakin kalau dia mengetahui  kekayaan yang dimiliki oleh suaminya. Cantaka tidak akan beranjak pergi dari tempat itu sebelum wanita di hadapannya berkata sesuatu tentang harta Geni.“Jangan mendekat,” pinta wanita itu, ketakutan.Ia melihat aura yang terpancar dari kedua mata Cantaka begitu menakutkan, bahkan anak kecil pun tahu i a sedang terancam tatkala melihat pandangan pangeran tersebut.“Apa kamu tidak ingin memberitahuku?” tanya Cantaka, memaksa.“Sudah kubilang, aku tidak tahu apa yang sedang Tuan Pangeran katakan,” timpal wanita tersebut, air matanya terjatuh menetes dari sudut mat
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status