Malamnya, aku bercerita kepada ibu tentang pertemuanku bersama lima anak lelaki yang aku sendiri belum tahu rumahnya mana. Terus terang, diajak berkenalan dengan cowok-cowok sekelas mereka, membuatku merasa sedikit spesial. Memang agak norak, tapi norak bukan berarti kuper. Waktu SMP, aku dikenal lumayan supel, meski memiliki sifat tomboi sekaligus bar-bar. Berkawan dengan cowok, bukan hal baru buatku. Sejak kecil hingga lulus SMP, pergaulanku didominasi oleh kaum Adam. Jika pada umumnya remaja putri aktif di sanggar tari, maka aku memilih untuk ikut pencak silat. Hingga penampilan pun menyerupai anak lelaki. Maka dari itulah, ibu menyuruhku masuk SMEA—SMK putri, supaya putri kesayangannya ini bisa lebih feminim. Itu juga harus melalui proses pemaksaan dulu, sebab aku ingin sekali masuk STM—SMK putra. "Jangan-jangan dia itu anaknya kenalan Ibu? Atau anak teman bapak? Enggak mungkin orang tiba-tiba tahu nama
Read more