All Chapters of Terjerat Cinta Duda Bucin: Chapter 11 - Chapter 20
98 Chapters
Amarah Menguasaiku
"Aku lihat sejak turun dari mobil Mas Biru, kamu tidak berhenti buat nggak unjuk gigi Sen, ada apa rupanya?" Dan sosok yang kutanya masih bertahan dengan senyuman yang asli membuatku ingin sekali menampol wajah ngeselinnya. "Arsena Nadhira! lo kesambet, hah?!" tanyaku yang mulai kesal. "Sabar Nis, aku bingung mau cerita dari mananya." "Nggak usah cerita, lagian pede banget aku mau dengar ceritamu yang nggak mutu itu!" "Dasar ibu-ibu ambekan, oke aku cerita dengerin baik-baik, aku ... habis dilamar Mas Biru dong," ucapnya dengan percaya diri sambil mengangkat tangannya untuk memperlihatkan kalau sudah ada cincin yang melingkar di jari manisnya. "Udah basi, lamarannya sudah dari kapan ceritanya baru sekarang, kamu masih waras kan, Sen?" "Ish, beda Nisya, ini tuh Mas Biru ngelamarnya pakek acara ala-ala yang romantis gitu tahu." Girangnya. "Jadi, Mas Biru melamar kamu lagi begitu?" Dia menga
Read more
Skinship
"Masih belum selesai?" tanya Mas Ryan, memelukku dari belakang. Dengan melingkarkan lengannya di perut serta menempelkan dagunya di atas pundakku. Sehingga bisa aku rasakan hangat hembusan napasnya menerpa sisi wajahku. Aksinya ini membuatku mematung untuk beberapa, sebab belum pernah kejadian sebelumnya. Dan ini pertama kalinya dalam pernikahan Mas Ryan berani melakukan skinship denganku selain aktivitas ranjang tentunya. Karena sebelum ini jangankan pelukan, bergandengan tangan saja tidak pernah dilakukannya. "Tinggal sedikit lagi," balasku kikuk dan masih kurasakan debaran jantungku yang dua kali lebih cepat dari biasanya. Aku sedang berkutat di dapur saat Mas Ryan menghampiri, berikut perlakuannya yang masih begitu asing buatku. Namun entah kenapa sudut terdalamku seolah tidak ingin ini cepat berlalu. "Biar mas yang lanjutin, kamu siap-siap sudah mas siapin airnya," Mas Ryan lantas mengambil alih pekerjaanku yang tengah membua
Read more
Liburan 21++
"Sudah semua, kan? Nggak ada yang tertinggal?" "Sudah, Mas sendiri ada yang mau dibawa lagi?" Mas Ryan menggeleng, "ayo!" ajaknya seraya membukakan pintu penumpang untukku. Weekend ini aku diajaknya liburan entah mau kemana, Mas Ryan tidak memberi tahuku. Alshad, anak itu tidak ikut karena sejak kemarin sudah diambil papa untuk menginap di rumah beliau. "Mas," panggilku. "Kenapa?" Mas Ryan melirikku sekian detik setelah itu fokusnya kembali pada kemudinya. Aku mengangkat tautan jemari kami, " Bisa nggak ini dilepas dulu? Nanti Mas susah dan makin capek nyetirnya." "Biasanya juga seperti ini, kan?" "Iya, tapi biasanya ...." Aku tidak lagi bisa melanjutkan kata-kataku, karena Mas Ryan secara tiba-tiba membawa jemariku untuk dikecupnya, sambil menoleh kearahku dan tersenyum tipis. "Kamu istirahat saja, nanti kalau sudah sampai mas bangunin," ucapnya sambil mengelus pelan
Read more
Terulang Kembali
  Setelah permainan panas yang kami lakukan, membuatku semakin terlena dan tidak ingin waktu berlibur ini cepat berlalu, Mas Ryan juga semakin menunjukan sifat romantisnya kepadaku."Ada apa? Tumben banget kamu jadi manja gini, mau melakukannya lagi, heemm?" tanyanya sambil menangkup wajahku dengan kedua tangannya dan mengecup bibirku kilat."Enggak dulu ya, Nisya masih capek tahu!"Kudengar Mas Ryan terkekeh geli, mungkin sedang menertawakan kelakuanku. Aku bahkan malu pada diriku sendiri jika ingat apa yang sudah kuperbuat. Bisa-bisanya aku bersikap seperti itu, ya Tuhan sebenarnya apa sedang terjadi pada diriku ini.Minggu malamnya kami sepakat untuk pulang, setelah sebelumnya Mas Ryan ingin menambah satu hari lagi tapi dengan tegas aku tolak. Bukan tidak ingin tapi ini tentang tugas dan tanggung jawab yang sudah kami emban. Diperjalanan pulang, kulihat gelagat aneh dari Mas Ryan, dia seperti gelisah terlihat dari bahasa tubuhnya yang
Read more
Penelepon Misterius
["Nis, kapan ada waktu? Aku perlu bantuanmu, atau biar aku saja yang datang ke rumah, gimana?"] Pesan dari Yasa, baru kubuka setelah jam istirahat tiba, kalau sudah begini artinya dia memang sedang butuh bantuanku, karena Yasa hanya akan menghubungiku untuk itu, dan sangat jarang dia lakukan selama ini. ["Aku saja yang ke kantor."] Segera aku kirim balasan pesan kepadanya. Untuk kelas selanjutnya aku bisa meminta tolong Sena menggantikanku, semoga saja dia mau. Aku memandang bangunan 5 lantai di depanku ini dangan berbangga hati, aku tidak menyangka jika usaha yang kubangun dulu bisa sebesar ini. Aku sendiri yang mendesain bangunan ini bersama Yasa, dia orang yang kupercaya untuk memegang penuh kantor ini. Setelah kurang lebih dua tahun yang lalu aku memilih undur diri dari kursi kepemilikan. Setelah puas melihat wujud keberhasilan usahaku, dengan langkah santai aku mema
Read more
Prasangka Buruk
Belum dijemput, Nis?" tanya Sena menghampiriku."Belum, Mas Ryan masih ada kerjaan kayaknya, kamu bukanya sudah pulang tadi?""Iya, flashdiskku ketinggalan untung belum jauh, jadi Mas Biru masih mau putar balik.""Kebiasaanmu yang satu ini sudah nggak tertolong lagi ya, Sen," kataku menggelengkan kepala, "untung masih ingat kalau sudah punya Mas Biru, kalau nggak bisa kupastikan Mas Birumu, akan diambil orang karena sering kamu lupakan" sambungku."Huusss! sembarangan kalau ngomong, lupa kalau ada dua malaikat yang selalu mengaminkan setiap ucapan yang keluar dari mulut kamu Nisya! ish, kamu mah gitu, suka banget bikin aku kesel."Sena menghentakkan kaki melangkah menuju mejanya berada, setelah mengambil sesuatu yang dimaksud dia kembali lagi menghadapku, "Ayo! Bareng sekalian biar Mas Biru yang anterin," ajaknya, dan langsung kusetujui tanpa tapi.Sudah jam tiga lebih dan Mas Ryan belum juga membalas pesanku, mungkin masih sib
Read more
Rindu Tak Berujung
"Selamat pagi, Bu Nisya." Sapa salah satu murid yang kata Sena kesayanganku, aku memanggilnya karena ada sesuatu yang ingin aku bicarakan berdua dengannya. Alina, aku bangga memiliki murid sepertinya. Selain pintar dia juga mandiri, apalagi setelah tahu satu fakta yang membuatku semakin respect sama pribadinya. Alina, ternyata tumbuh sebagai korban broken home, sejak usianya sepuluh tahun dia sudah diasuh oleh tantenya, adik dari mendiang ibunya.Dari Sena aku mengetahui fakta ini, karena abang dari Mas Biru belum lama ini menikah dengan tante dari Alina. Dan ada satu fakta lagi yang baru kuketahui beberapa hari terakhir, Alina dia juga bekerja paruh waktu untuk biaya sekolah dirinya dan juga sang adik yang masih duduk di kelas 9 SMP."Alin, nggak mau jadi beban buat tante lagi, Bu. Sudah cukup selama ini kami menyusahkanya, dengan kehadiran Alin dan juga adek. Banyak yang harus dikorbankan oleh tante kami,
Read more
Kecewa
"Marah sama, mas?" Mas Ryan menghampiriku yang tengah menyiapkan sarapan. Semalam setelah pergi ke kamar Alshad, aku memang memilih untuk tidur di sana dengan mengunci pintuya dari dalam. Bukan karena marah sama Mas Ryan, melainkan aku yang ingin menyendiri agar tidak mendengar obrolan mereka tentang anaknya. Yang membuatku semakin dilanda kerinduan dengan sosok anak kecil itu.  Aku tertidur dalam keadaan yang bisa dikatakan tidak baik-baik saja, sebab bayang-bayang Alshad selalu menghantuiku ketika mataku terpejam. Mungkin terlalu lama menangis, sehingga saat pagi aku terbangun masih kudapati bekas air mata yang mengering di wajahku. "Enggak, kenapa harus marah?" jawabku tanpa menoleh ke arahnya. "Dan kenapa memilih tidur di kamar sebelah?" tanyanya, sejenak menghentikan kegiatanku. Aku mendengkus tanpa sadar, "Nisya hanya kepikiran sama Al, makanya semalam tidur di kamarnya," kilahku. Melanjutkan kembali kegiatanku denga
Read more
Pengakuan
Aku menepati ucapanku kemarin untuk pulang pagi-pagi sekali. Sampai rumah kulihat Mas Ryan sedang berada di kamar mandi, dan aku pun langsung berganti pakaian dengan baju kerja sesuai jadwal hari ini.Mas Ryan, sepertinya cukup kaget melihatku yang sudah berada di kamar. Sesuai permintaannya kemarin, aku sudah siap untuk diajaknya bicara. Dengan terlebih dulu berpakaian sebelum akhirnya menghampiriku. "Kamu menghidar dari mas, Nisya?" tanyanya memulai obrolan kami."Jujur iya, Nisya merasa sedikit butuh menjauh dari Mas untuk memulihkan kembali otakku agar tidak ada prasangka buruk terhadap, Mas.""Prasangka buruk tentang mas?" menunjuk dirinya sendiri, "memang, apa yang sedang kamu pikirkan tentang mas? Apa mas ada buat salah sama kamu?""Mas, merasa ada salah nggak sama Nisya?" Aku menjawab pertanyaannya dengan pertanyaan kembali."Mas minta maaf kalau ada salah sama kamu.""Memang apa kesalahan, Mas?"Dia menggeleng lesu, "
Read more
Ketika Amarah Menguasai
"Apa ini?" tanya Mas Ryan ketika aku mengulurkan amplop berwarna cokelat kepadamya. "Nisya besok minta ijin mau menampingi murid yang akan mengikuti olimpiade," Aku menyebutkan kota yang akan kukunjungi, "dan yang Mas pegang itu adalah surat tugasnya yang sudah Nisya tanda tangani."Setelah mengutarakan tujuanku, aku lantas berkemas dengan mengambil tas ransel untuk tempat perlengkapanku selama disana. "Kenapa baru bilang sekarang?" menghela napas kasar sepertinya dia tidak terima soal ijinku, "setelah kamu mempersiapkan keberangkatanmu!" lanjutnya."Maaf, kemarin lupa mau bilangnya." "Berapa lama?" tanyanya kembali."Tiga hari.""Salama itu? Apa memang harus kamu yang ikut?""Ada guru lain juga, berhubung Nisya sebagai wali murid siswa yang akan mengikuti lomba, jadi mau nggak mau Nisya yang harus mendampingi mereka.""Laki-laki apa perempuan?""Apanya?""Guru lainya yang ikut pergi."
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status