Semua Bab Sang Pengawal: Bab 41 - Bab 50
212 Bab
Part 41
Petugas paramedis mencabut pisau yang tertancap di punggung Dwayne secara perlahan. Kemudian melakukan tugasnya untuk menghentikan pendarahan. Dua orang pengawal turut serta untuk mendampingi Dwayne berada di rumah sakit, sementara anak majikan mereka akan diurus oleh pengawal yang lain dan ada juga yang masih menunggu di sekolah. Para pengawal itu benar-benar memiliki solidaritas yang tinggi, saling mengerti satu sama lainnya. “Apa dia akan selamat?” tanya salah seornag pengawal pada salah seorang petugas paramedis. “Semoga saja, biar dokter yang akan memberikan pertolongan,” jawab petugas paramedis tanpa melihat ke arah rekan Dwayne. Kedua pengawal yang mendampingi Dwayne itu hanya memandang satu sama lain. Sambil tangan mereka mengepal kuat, memendam dendam terhadap sosok Boz. “Semoga Boz ditemukan dan hancur oleh mereka, ini
Baca selengkapnya
Part 42
“Apa kau mencemaskan sesuatu Vanessa, Sayang?” tanya Leon Ramford sambil merapikan kemejanya setelah ia melepas keringat bersama Vanessa di kamar utama kekasihnya dan suaminya terdahulu. Kamar itu masih sama, hanya saja ranjang dan perabotan lainnya sudah disingkirkan. Vanessa enggan berurusan dengan perabotan-perabotan itu. Ia memilih yang baru seperti kisahnya bersama Leon. Vanessa kembali melirik jam dinding di kamar tidurnya, kemudian memandang ke arah lelaki yang bersamanya sekali lagi. “Ini sudah siang, dan sepertinya anak-anak belum pulang. Pengawal baru yang kau pekerjakan itu tidak mengirimkan pesan padaku kalau mereka sedang dalam perjalanan kemari,” katanya. Leon Ramford hanya tersenyum sinis melihat kekhawatiran kekasihnya. Ia justru menggoda wanita yang tengah berkencan bersamanya ini. “Hmm jadi kau mulai mengkahawatirkan kedua anak itu?
Baca selengkapnya
Part 43
Kedua anak itu pun saling pandang kemudian menunduk, berjalan mengikuti mobil sambil ketakutan. Mereka berdua tidak pernah menyukai sosok Rex yang dinilai begitu arogan. Seorang Rex tak pernah segan untuk memarahi mereka jika bicara tentang ayah mereka. Pernah suatu ketika kedua anak itu menangis di dalam mobil lantaran rindu pada sosok ayah yang selalu menyayangi mereka. Saat terdengar tangisan itu, Rex pun langsung menyiram kedua wajah anak itu tanpa belas kasih. Ia tak peduli kalau pakaian anak itu basah dan membuat mereka kedinginan. Tak cukup sampai di situ, mereka berdua pun diadukan pada Vanessa yang memang ingin memutuskn hubungan kedua anak itu dengan ayah mereka. Mereka berdua pun harus rela mendapatkan pukulan pada pantat dan dikunci dalam kamar. Entah apa yang akan dilakukan oleh Max saat mengetahui kalau mereka berdua mendapatkan perlakuan yang begitu tak baik. Sebagai seorang ayah tentu saja ia tak akan bis
Baca selengkapnya
Part 44
Dada Max tampak naik turun saat mendapati keadaan mobil Vanessa yang tak lagi mulus. Mobil itu adalah hadiah ulang tahun perkawinan yang ia berikan pada istrinya setahun yang lalu, tepatnya istri sah saat menjadi Ernest McCall. Walau setahun lalu tubuhnya hanya berbaring lemah di tempat tidur, tapi jemarinya masih lincah untuk memesan mobil dan melakukan pembayaran secara daring. Alasannya memberi hadiah mahal saat itu karena melihat kesabaran Vanessa yang selalu mendampinginya dan juga bekerja keras menggantikan posisinya di perusahaan. Namun ternyata itu semua hanyalah topeng yang selama ini dipasang pada wajah cantik wanita empat puluh tahun itu. “Siapa yang berani melakukan ini semua?” gerutunya sambil memperhatikan mobil yang ada di depannya. Max pun kembali mengingat-ingat perkataan penjaga sekolah tadi. “Pria berkepala botak, bertubuh kekar dan tatoo pada wajah, pernah sekali
Baca selengkapnya
Part 45
“Anda harus mendengarkan saya Tuan, lelaki ini pasti ingin mencari masalah,” Rex berusaha untuk mencegah Tuan Ramford berbicara lebih lanjut pada Max. Sebenarnya saat Max mengatakan ia tengah mengumpulkan bukti ada yang berusaha merusak mobil milik Vanessa ia merasa gugup. Jika diperhatikan, kakinya mulai gemetar saking takutnya ketahuan. “Ini tak bisa dibiarkan, aku harus menghentikan dia memberikan bukti pada Tuan Ramford. Jika tidak aku yang akan habis,” gumam Rex. Kali ini pria bertubuh kekar itu melangkahkan kaki semakin mendekati Tuan Ramford dan juga Vanessa. Ia tampak berusaha begitu keras untuk membujuk agar pimpinan dunia gelap itu tak peduli akan pengakuan Max. “Tuan, Nyonya. Coba Anda pikirkan kembali, hal yang begitu mudah seperti menunggui putra-putri Anda dan mengantarkannya ke rumah saja ia tidak mampu, bagaimana mungkin seorang Max akan menjadi seorang p
Baca selengkapnya
Part 46
Max hanya tertawa sinis saat melihat Tuan Ramford memukul Rex untuk kedua kalinya. Lelaki bertubuh kekar itu memegangi pipinya yang terasa nyeri akibat pukulan dari Tuan Ramford. Tuan Ramford yang sudah begitu marah pun menarik kerah baju Rex yang saat ini bertampang polos. Kemudian kembali memukuli wajah lelaki itu sebanyak dua kali. “Kau masih ingin tahu apa kesalahanmu?” tanya Tuan Ramford kemudian kembali memukul kepala botak Rex dengan sikunya. Menjadi anak buah dari orang paling berpengaruh di Soutbay membuat Rex sama sekali tak memiliki keberanian untuk membalas apa yang dilakukan Tuan Ramford padanya. Walau sebenarnya mudah saja untuk menumbangkan Tuan Ramford dengan sekali tebas. Sepengetahuan Rex, Tuan Ramford tidak memiliki keahlian beladiri secara profesional. Kemampuan berkelahi untuk membela diri yang dimiliki olehnya berasal dari pertahanan hidup selama di jalanan.&
Baca selengkapnya
Part 47
Mendengar dirinya tak jadi ditembak oleh Tuan Ramford, Rex pun langsung mendekap kaki Tuannya dengan erat untuk mengucapkan terima kasih. “Terima kasih Tuan atas kemurahan hati Anda. Ini benar-benar berarti bagi saya, dan saya janji tak akan melakukan perbuatan yang sama lagi, “ kata Rex dengan wajah berseri-seri. Tentu saja ia terlihat begitu bahagia, lantaran ia mendapatkan pengampunan dari pria yang paling berkuasa di sini. Menjadi pengawal yang bekerja pada Tuan Ramford memiliki arti tersendiri bagi Rex. Ia bisa mendapatkan banyak kemudahan di tempat umum. Salah satunya ia bisa mendapatkan banyak barang atau makanan gratis, dengan harapan usaha mereka mendapatkan perlindungan dari Tuan Ramford. Rex juga dengan mudah mendapatkan wanita-wanita hanya dengan menyebutkan dirinya adalah orang kepercayaan Tuan Ramford. Ia akan mentraktir dan memberikan hadiah mahal pada wanita yang dikencaninya. Jika begini, ten
Baca selengkapnya
Part 48
“Duduklah Max, tak perlu merasa sungkan,” ajak Tuan Ramford pada Max yang masih berdiri di sampingnya. Max memang sengaja berdiri di samping pria yang mengencani Ibu dua anak itu, bersikap selayaknya seorang bodyguard. Berdiri, dan berjaga menemani bos mereka sembari menunggu perintah sang bos. Meskipun dalam hati Max mencibir keberadaan dua sejoli itu. “Dasar tak tahu malu. Seharusnya kalian berdua yang merasa segan denganku. Ini adalah rumahku, yang kubangun sebelum aku menikah dengan wanita yang ternyata jalang,” cibirnya sambil melirik ke arah Vanessa dan juga Tuan Ramford. “Eh apa itu tak masalah Tuan, Nyonya, bukankah saya hanya seorang pengawal yang bekerja pada Anda?” tanya Max yang memainkan perannya dengan begitu baik. Tuan Ramford mulai berdiri dan menepuk bahu pengawal baru itu. Ia merangkulnya sebagai sosok seorang kawan yang telah lama tak ditemui.
Baca selengkapnya
Part 49
“Ah mungkin saja ia akan memakannya nanti, bukankah beberapa orang ada yang bertingkah demikian. Memakan bagian favorit setelah kudapan habis,” pikir Vanessa kemudian kembali menikmati tehnya. Namun sesekali wanita anggun itu mencuri pandang ke arah Max, ia merasa seolah ada suatu ikatan dengan lelaki muda itu. Max sendiri menyudahi menyantap kue yang disajikan untuknya. Lelaki itu meninggalkan buah ceri di atas piringnya. “Hah!” teriak Vanessa sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan. Teriakan wanita berambut panjang itu mampu mengejutkan Max dan juga Tuan Ramford. Apalagi saat Vanessa mengacungkan jari telunjuk ke arah Max dan bibirnya terbuka seolah ingin mengatakan sesuatu. “Anda baik-baik saja Nyonya?” tanya Max dengan sopan. Ini adalah sebuah pertanyaan basi yang dilontarkan oleh Max. Sesungguhnya ia tahu apa yang membuat Vanessa berte
Baca selengkapnya
Part 50
“Aku akan pulang terlambat malam ini, kunci semua pintu dan jendela, jika mengantuk tidurlah. Kau tak perlu menungguku untuk makan malam ataupun tidur, aku membawa kunci rumah,” tulis Max pada Jade. Pengawal baru itu tengah menunggu Tuan Ramford sambil bersandar pada mobil milik majikannya. Sebentar lagi ia akan mendampingi Tuan Ramford merealisasikan rencana untuk Rex yang dianggap telah melecehkan Vanessa. “Kau mau kemana?” balas Jade. “Aku menemani Tuan Ramford,” tulis Max singkat sambil tersenyum tipis membayangkan apa yang akan diterima oleh Rex. “Hei untuk apa kau senyum-senyum?” tanya Rex yang tiba-tiba datang. Rex memang baru saja diminta datang oleh Tuan Ramford. Seperti biasa, lelaki itu akan mengganggu Max saat melihat pengawal baru itu. “Huh, apa urusanmu jika aku tersenyum!” balas Max, m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
22
DMCA.com Protection Status