Semua Bab DINIKAHI KONGLOMERAT: Bab 31 - Bab 40
127 Bab
BAB 31
BAB 31 “Iya, sedikit! Karenanya aku datang mencoba mendapat info dan kebenaran! Apakah betul yang Ibu Kang Hafiz sampaikan?” tanyaku tanpa berani memandangnya lama.“Tentang yang mana?” tanyanya sambil melirik ke arahku.“Karir dan cita-cita Kang Hafiz!” sambungku.Dia menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi. Matanya terpejam sebentar seolah sedang mengumpulkan sebuah kekuatan atau mungkin sedang merangkai cerita yang akan di sampaikan.“Ta … maafin aku waktu itu! Sebetulnya aku hanya sedang berlindung dari ketakutan yang luar biasa! Mendengar kabar pernikahanmu membuat otakku seakan tidak bisa berpikir apa-apa!” ucapnya menjeda.“Dulu aku hanya punya dua tujuan kenapa begitu bersemangat berkuliah dan rela meninggalkanmu sendirian di kampung ini! Tahukah tujuanku apa, Ta?” tanyanya. Dia masih terlihat seperti orang waras dan baik-baik saja. Ak
Baca selengkapnya
BAB 32
BAB 32 Aku baru berbicara pada Farrel ketika hampir tiga perempat perjalanan kami lewati. Tiba-tiba aku teringat tentang permintaan Kakek untuk cucu-cucu kesayangannya. Apa betul yang dikatakan Kakek tentang mutasi jabatan itu?Aku masih menyandarkan tubuhku pada kursi belakang. Aku melirik Farrel yang tengah sibuk memegang setir sambil sesekali bersenandung.“Farrel, kamu apakan ketiga saudara sepupuku?” Aku menelisik. Farrel terdiam sesaat kemudian menjawab.“Hanya memberinya sedikit pelajaran!” ucap Farrel kemudian.“Tapi 'kan suami Teh Rema dan Teh Rena gak salah?”“Justru mereka yang paling salah!” Farrel beropini.“Kenapa bisa gitu?” tanyaku meminta penjelasan.“Mereka itu lelaki yang harus memimpin … jangankan memimpin sebuah Departemen … memimpin keluarga dan mendidik istri-istri mereka saja tidak becus!”
Baca selengkapnya
BAB 33
BAB 33 Semenjak kehadirannya, banyak hal yang berubah dalam rumah ini. Memang Amanda sangat pandai mengambil hati Ibu Mertuaku. Dia akan selalu menunjukkan perhatian yang berlebihan padaku setiap ada suami dan Ibu Mertuaku. Seperti pada hari ini.Kami tengah duduk bersama di ruang tengah.  Aku duduk di karpet dan bersandar di sofa sementara Ibu Mertuaku sedang duduk sambil memakan camilan sehatnya. Entah makanan apa yang dibuatkan Ami untuknya. Namun dia terlihat sangat khusuk.Aku berselonjor melemaskan otot kaki. Mas Ashraf tengah tertidur dalam pangkuanku sambil mengajak bicara calon bayi kami yang usianya masih kurang dari tiga bulan. Meskipun pada trimester awal kehamilanku tidak ada hal yang istimewa seperti ngidam yang aneh-aneh, tapi aku memang menjadi cepat merasa lelah.Pada saat seperti itulah, Amanda akan datang dan mencoba menarik simpatik Ibu Mertuaku dan Mas Ashraf. Gadis itu dengan gaya casualnya berleng
Baca selengkapnya
BAB 34
BAB 34 Kedua orang itu berdiri di pojokan salah satu foodcourt yang berjejer pada salah satu sisi mall. Berseberangan dengan jejeran butik dan distro tempatku menyelinap mengunttit mereka. Tampak Amanda menengok ke sekitar sebelum menyerahkan uang itu. Aku pun memastikan diriku terlindung oleh pakaian yang di pajang dalam bilik kaca salah satu distro. Harusnya posisi ini sangat aman dan tidak  terlihat olehnya.“Mbak, jadi mau ambil yang mana?” Seorang petugas distro menghampiriku. Mungkin dia mengira aku tengah kebingungan milih karena hanya berdiam di antara pakaian branded yang di pajang.Beruntung adegan itu sudah selesai. Aku segera memasukan gawaiku kembali ke dalam tas. Aku menoleh dan tersenyum ramah pada gadis penjaga distro.“Gak jadi, Mbak! Tadi saya habis WA dulu suami saya, katanya sudah beli!” Aku berpura-pura agar dia tidak merasa aneh dan curiga.“Baik, Mbak gak apa-a
Baca selengkapnya
BAB 35
BAB 35  “Heyyy! Kalian apa-apaan?” Suara Amanda dari lantai atas bergema. Wanita itu terlihat sudah cantik dengan balutan gamis yang tadi kami beli bersama. Senyumnya merekah, kulihat sudut matanya memicing ke arah suamiku.Ketiga yang sedang bersimpuh itu hanya berani menoleh pada asal suara. Tampak wajah mereka memucat dan tetap  dengan posisi mereka.“Siapa yang mengundang mereka?” Suara Mas Ashraf masih terdengar geram.“Mas, itu teman-teman Manda! Kenapa digituin?” ucapnya sambil menuruni anak tangga. Bibirnya mengerucut.“Ajari mereka sopan santun dan bagaimana memperlakukan orang yang lebih tua! Atau tidak usah ikut acara ini!” Mas Ashraf melewati Amanda begitu saja.“Bu, ayo!” Aku mengajak Ibu ke kamarnya.Ketiga wanita itu masih bersimpuh. Kini mereka saling melempar pandangan.Amanda sudah menyelesaikan langkah
Baca selengkapnya
BAB 36
BAB 36 “Mas! Tungguin Manda!”Bukankah Mas Ashraf berjanji tidak akan mengajaknya. Aku menatap lelaki yang tengah berdiri di dekat pintu mobil itu.“Manda … maaf Mas lupa memberitahu, flight ticket kamu gak dapet … Farrel infonya terlambat!” Kudengar Mas Ashraf dengan yakin mengabarkan itu.“Apa? Mas becanda 'kan?” Senyum Amandaa yang sudah mengembang seketika meredup. Wajahnya terlihat cemberut.“Nanti tinggal minta Farrel saja buat belikan lagi! Ada juga team yang bernama tour guide, Manda!” Kulihat Mas Ashraf membujuk wanita itu.“Memang gak bisa beli sekarang? Manda udah siap-siap tau … tadi malem Farrel masih bilang bisa beli ticket!” ucapnya dengan wajah sudah tidak enak dipandang,“Maaf, waktu udah siang … Mas pergi dulu, ya! Bye semuanya!” Suamiku melambaikan tangannya ke arah kam
Baca selengkapnya
BAB 37
BAB 37 – POV Amanda Hari itu adalah hari  yang kutunggu-tunggu, bisa bertemu dengan seseorang yang sangat kusukai. Dia adalah kakak sepupuku---Ashraf Adireja Putra.Intensitas bertemu yang rutin membuatku tidak sadar jika sudah terlalu jauh tenggelam dalam pesonanya. Aku menyukainya bukan seperti adik menyukai kakaknya. Dia bagiku adalah sosok idaman yang kuharap bisa meredam semua gejolak dalam hati.Aku sudah mendengar jika dia putus dari Elisa---wanita yang teramat dia cintai sehingga dia tidak pernah memandangku dulu. Namun pada saat itu kuliahku belum selesai. Orang tuaku meminta agar aku menyelesaikan studyku dulu.Selama itu pula aku memantau pemberitaan selebritis tanah air. Mencari-cari info terkini tapi semuanya membuat harapanku tumbuh subur.Hingga kabar yang membuat hatiku hancur lebur kuterima. Kabar pernikahannya dengan seorang wanita dari kalangan biasa. Pada waktu itu aku tidak tahu siapa wanita itu? Akses
Baca selengkapnya
BAB 38
BAB 38 – POV Amanda   Kudengar suara pintu terbuka dan seorang dokter keluar dari sana.“Dengan keluarganya Nyonya Adireja?” tanyanya. Aku mengangguk dan bangkit menghampirinya.“Gimana keadaan Mama Saya dok?” tanyaku.“Harus dilakukan operasi secepatnya! Saya butuh persetujuan dari keluarga!” ucapnya dokter tersebut.Aku menghela napas. Setelah beberapa saat aku mengangguk dan menuju ke bagian administrasi. Tidak ada waktu lagi untuk bertanya pada Mas Ashraf. Untuk selanjutnya, aku hanya tinggal mengarang cerita dan menyalahkan Sinta atas semua kejadian ini. Rencana yang sempurna kurasa.Setelah semua selesai. Aku baru membuka gawai. Sekarang Mama Maisa belum bisa ditemui. Aku harus segera pulang dan mengambil gelas bekas jus jeruk itu untuk diperiksa ke lab. Akan kupastikan itu menjadi salah satu bukti untuk menyudutkannya.“Hallo! Sindi &hel
Baca selengkapnya
BAB 39
BAB 39 – POV Amanda  Aku terdiam sejenak. Tujuanku sekarang hendak ke rumah sakit di mana wanita itu di rawat. Sindi benar-benar bisa diandalkan. Dia memberikanku alamat lengkap. Aku segera meluncur ke sana dengan rangkaian rencana yang sudah kusiapkan.Sebelum ke tempat wanita kampungan itu di rawat. Aku mampir dulu ke studio photo untuk mencetak photo-photo tidak senonoh itu. Dia pasti tidak akan berbicara apapun dan tidak ada bukti untuk menyangkalnya.Aku harus menjatuhkan mentalnya sekarang mumpung jiwa wanita itu sedang terguncang. Aku pastikan dia akan lebih memilih mundur dan meninggalkan rumah utama itu sekarang.Mobil yang kukendarai berbelok ke sebuah rumah sakit. Pastinya rumah sakit yang dikirimkan oleh Sindi alamatnya padaku.Segera kumenuju front office dan mencari nama pasien atas nama Sinta. Dengan dalih akan berkunjung akhirnya perawat itu dengan mudahnya menunjukkan nomor ruang rawatn
Baca selengkapnya
BAB 40
BAB 40 - POV  Ashraf Aku tidak menyangka jika istriku akan berucap demikian. Dia terus terang tidak mengijinkan Amanda untuk turut serta bersamaku. Sedikit aneh, selama ini dia selalu bersikap biasa bahkan ketika bertemu mantan kekasihku---Elisa. Namun aku memakluminya karena saat ini dia tengah mengandung anakku, buah cinta kami yang baru memasuki usia kandungan empat bulan.Sebetulnya aku tidak tega harus membatalkan  tiket pesawat Amanda. Namun melihat kekhawatiran di wajah istriku membuatku tega tidak tega tetap harus membatalkannya. Alasan yang paling membuatku terkejut. Dia bilang kalau Amanda menaruh rasa padaku. Apa wanita hamil selalu bertingkah begitu? Mungkin dia sedang ngidam, selama ini Sinta tidak pernah meminta yang aneh-aneh, baru kali ini saja.Namun apapun alasannya, saat ini prioritasku adalah dia. Istri dan calon anakku. Saat keberangkatan pagi itu, aku sangat merasa bersalah. Terlebih malamnya aku lup
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status