Semua Bab DINIKAHI KONGLOMERAT: Bab 11 - Bab 20
127 Bab
BAB 11
BAB 11  “Oke, kamu jangan kemana-mana! Tapi kamu tetap harus jadi ukur suntuk pembuatan gaun! Aku tidak mau uang bonusku dipotong suamimu yang kejam itu!” ujar Mike sambil berlari memanggilkan Rani dan Sindi.Akhirnya Sindi dan Rani memapahku kembali ke kamar. Mereka berdua membantu memijat kakiku. Rani memoleskan salep pereda nyeri. Sementara Sindi memijiti kakiku.“Makasih ya, Ran, Sin!” ucapku.“Sudah kewajiban kami, Non!” ucap Rani mulai membiasakan diri.“Aku sebetulnya tidak suka kalian memanggilku seperti itu.  Aku lebih suka kalian memanggilku seperti dulu,” ucapku.“Tapi kami harus terbiasa, gimanapun jika di depan Tuan Muda dan Nyonya memanggilmu seperti dulu pasti kami akan kena sanksi,” ucap Rani lagi. Sementara Sindi hanya mengangguk-angguk mendengarkan.Pintu terbuka. Mike datang dengan asissten wanitanya. Dia mem
Baca selengkapnya
BAB 12
BAB 12 Tiba-tiba hatiku seolah terbentur benda dengan keras. Yang tergeletak itu adalah photo. Tidak hanya satu, tapi lebih dari itu. Namun itu bukan photoku ataupun photo pernikahan kami. Itu photo-photo suamiku dengan Elisa. Apakah dia masih menyimpan semua kenangan masa lalunya? Ataukah memang wanita itu belum pergi dari hatinya? Lalu aku ini apa?Aku kembali menarik diri keluar ruangan itu. Dengan hati yang masih kacau aku melangkah ke ruangan ibu mertuaku.Hanya butuh beberapa langkah akhirnya aku tiba di sana. Setelah menguatkan hati akhirnya aku mengetuk pintu itu perlahan.“Masuk!” Kudengar suara wanita paruh baya itu dari bilik kamarnya.Aku mendorong daun pintu. Segera kumelangkah berhambur memeluk wanita yang tengah tiduran itu. Suamiku rupanya di sini sedang memberinya makan,“Mah, gimana kondisinya?” tanyaku sambil berjalan ke arah mereka berdua.“Alhamdulilah,
Baca selengkapnya
BAB 13
BAB 13 “Kamu berjanji akan mempercayaiku apapun yang akan kukatakan nanti?” tanyanya. Pupil hitamnya memandang lekat kedua netraku.Aku mengangguk. Karena hanya itu pilihannya.“Jika yang kukatakan itu membuatmu terluka, apakah kamu masih bersedia menjadi istriku?” pertanyaan berikutnya membuatku takut. Hati semakin menerka-nerka sejauh apa hubungan mereka dulu.Aku kembali mengangguk. Dia menarik napas panjang sebelum memulai cerita.“Pada waktu itu, aku sangat mencintai Elisa! Tidak ada wanita lain lagi yang kulirik selain dia. Kami berpacaran cukup lama dan melakukan hal-hal yang biasa orang lakukan pada umumnya!” ucapnya. Baru sampai pada kalimat itu aku sudah memejamkan mata. Mengatur napas dan menata keberanian untuk muncul kembali.“Apa yang mereka lakukan, Ya Tuhaaan?”“Heyyy!” Suamiku menepuk lembut punggung tanganku. Aku terperanjat da
Baca selengkapnya
BAB 14
BAB 14  “B-Boss! Barang-barangnya sudah gak ada sekarang!” ucapnya sambil menatapku dan Mas Ashraf bergantian.Suamiku berdiri dan menghampirinya. Wajah Mike sudah terlihat pucat seperti kapas. Bagaimanapun semua orang mengenal Suamiku sebagai orang yang tegas.“Makasih, Mike!” ucapnya sambil menepuk bahu Mike dua kali kemudian memutar badan untuk beranjak ke lantai atas.“Makasih  … untuk?” Mike mengernyitkan dahi sambil menatap punggung Suamiku.“Akhirnya aku akan segera tahu, siapa orang dalam rumah ini yang memihak Elisa? Taman belakang tersorot CCTV, jadi aku bisa segera mengetahuinya!” ucap Mas Ashraf sambil berlari meniti anak tangga.Kami saling melempar pandang. Wajah Mike berangsur membaik. Setelah Mas Ashraf tidak terlihat lagi, Jelly mengajakku bergegas ke ruang olah raga.“Silakan, Nona!” ucap Jelly sopan sa
Baca selengkapnya
BAB 15
BAB 15 – POV Ashraf Hari itu di salah satu butik milik Mike yang sudah menjadi langganan keluarga kami. Kami dipertemukan dengan seorang fashion desainer ternama yang sudah kuminta untuk merancang gaun pengantin itu.Aku memang sudah memesannya enam bulan lalu. Disaat hatiku mulai yakin jika dia adalah tujuan hidupku. Entah kepercayaan diri tingkat mana yang membuatku berani meminta dirancangkan sebuah gaun untuk seorang wanita biasa. Wanita yang bahkan pada saat itu sama sekali tidak tahu jika aku sudah menaruh hati padanya. Wanita yang memiliki daya tarik tersendiri.Wanita yang alunan suaranya mampu menggetarkan hatiku. Membuatku betah berlama-lama menguping dari luar kamar para ART dengan berpura-pura lewat untuk olah raga.Dia tidak pernah tahu, jika sudah begitu lama aku mengagumi alunan suara yang menggetarkan hati itu. Lantunan yang bisa membuat mataku berkaca-kaca meski aku tidak mengerti artinya.Jika
Baca selengkapnya
BAB 16
BAB 16  Mobil yang kami tumpangi akhirnya tiba di sebuah rumah besar. Hanya sebentar. Kata Suamiku ini adalah rumah pamannya. Adik tiri dari ayahnya.Kami hanya sebentar singgah di sana. Tidak ada keakraban dan keramahan yang terjalin. Bahkan aku merasakan ada tatapan mata yang seolah tajam menikam. Tatapan mata yang bagiku sangat menakutkan dari seorang  lelaki yang suamiku panggil paman. Apakah karena aku dari keluarga tidak punya, lalu lelaki itu tidak menyukaiku?Sepanjang bertamu di sana, suamiku tak lepas menggamit jemariku. Aku merasakan ada hal yang aneh juga antara hubungannya. Masih teringat jelas beberapa kalimat yang Mas Ashraf ucapkan penuh penekanan. “Paman pikir, aku tidak bisa bahagia jika wanita itu tidak bersamaku? Paman salah … justru aku berterima kasih padamu karena telah menunjukkan kebusukannya sebelum pernikahan itu terjadi,” masih teringat jelas ucapan suamiku saat tadi
Baca selengkapnya
BAB 17
BAB 17 [Ta, mau sembunyi di mana? Aku memang kehilangan jejak ketika mengikutimu waktu itu! Tapi aku bisa dengan mudah mendapatkan nomormu! Kalau mau semua baik-baik saja, temui aku di Café Bunga dekat pasar Siang, akhir minggu ini. Hafiz.]Ya, Tuhaaan! Dari mana juga Kang Hafiz bisa mendapatkan nomorku. Mas Ashraf menoleh ke arahku yang terlihat bingung.“Kenapa, Sayang?” tanyanya.Aku memberikan Iphone itu padanya. Bagaimanapun aku tidak bisa menyembunyikannya lagi. Terlebih nomor ini akan disita oleh suamiku sore ini. Alisnya saling bertaut sambil membaca deretan pesan yang tertera.“Siapa dia?” Mas Ashraf menoleh ke arahku. Sorot matanya meminta penjelasan.“D-Dia Kang Hafiz ….” Aku menundukkan kepala. Tidak kuasa netra ini bersitatap dengan tajam tatapannya.“Siapa Hafiz itu?” tanyanya memburu.“S-Seperti Nona Elisa
Baca selengkapnya
BAB 18
BAB 18 "Oh, jadi semua yang kamu ucapkan itu hanya bualan  ...  ternyata sebenarnya Sinta tidak lebih berharga daripada sebuah jabatan di perusahaanku!"Kulihat Kang Hafiz menunduk. Tangannya saling meremas satu sama lain.“Lain kali, tolong lebih hati-hati dalam bertindak dan berbuat! Menggoda dan memaksa istri orang, bisa saja saya masukkan ke dalam tuntutan hukum pasal perbuatan tidak menyenangkan!”Suamiku berkata penuh penekanan dan dengan kesan dingin. Kang Hafiz kulihat semakin menunduk dan wajahnya masih pucat seperti kapas.“T-tolong T-Tuan, j-jangan perkarakan saya ke ranah hukum!”Tanpa kusangka Kang Hafiz bersimpuh di bawah Kaki Mas Ashraf. Aku sampai menutup mulut tidak percaya! Gaya congkak dan sombongnya yang baru beberapa menit kulihat sudah menguap. Suamiku bergeming. Dia menggamit jemariku.“Saya pikirkan nanti! Selama kamu tidak berbuat onar dan
Baca selengkapnya
BAB 19
BAB 19 “Pengawalan ketat?” gumamku.Apakah peneror itu memberikan ancaman lagi? Jangan-jangan dia mau merusak acara resepsi ini? Ya Tuhaaan, kenapa aku langsung berpikiran ke sana! Semoga tidak terjadi apa-apa. Kini hanya tinggal dua kali dua puluh empat jam pada acara besar dan mewah itu. Semoga aku bisa tampil maksimal dan tidak mengecewakan semuanya.[Mungkin dia hanya ingin memastikan untuk keamanan acara saja,] tulisku menepis pikiran-pikiran negative yang mulai berdatangan.***Hari ini merupakan hari yang selama ini kunantikan. Cukup berdebar-debar juga. Make up dan lain-lain akan dilaksanakan di hotel. Acara akan di adakan mulai pukul sepuluh siang hingga larut malam.Pagi-pagi sekali Mas Ashraf sudah berangkat. Ternyata Farrel melupakan sesuatu. Di hari yang paling penting seperti ini ada berkas yang tetap harus ditandatangni oleh suamiku. Memang begitulah manusia tempatnya khilaf
Baca selengkapnya
BAB 20
BAB  20 Mobil yang kami tumpangi berjalan perlahan, melewati beberapa titik kemacetan. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Sudah satu jam terlambat, pastinya acara sudah dimulai.Meskipun ada insiden yang terjadi, acara tetap berjalan sesuai dengan rencana awal. Bagaimanapun, Mas Ashraf tidak ingin acara akbar ini menjadi tercoreng karena insiden tidak menyenangkan.Akhirnya pukul sebelas lewat empat belas menit, Mike memutar stir berbelok ke sebuah halaman hotel. Karangan bunga berjejer bertuliskan ucapan selamat memenuhi pelataran hotel. Beberapa tamu masih terlihat berdatangan.Para lelaki berjas dan wanita dengan dress code gaun warna hijau membuat seluruh area hotel ini tampak teduh. Aku memang memilih tema dress code hijau untuk para tamu wanita.Namun di sudut lapangan parkir ada pemandangan yang membuat hatiku berdenyut. Ada sepasang lelaki dan perempuan yang sedang duduk pada pembatas j
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status