Semua Bab Shalaff The Magic Of Prayer: Bab 1 - Bab 9
9 Bab
Kembali ke Penjara Suci
 Dinginnya udara , kini lebih terasa pada malam hari ini, menemani dalam sunyi, aku mulai meratapi, mengapa waktu cepat sekali berlalu? Besok pagi adalah hari dimana aku harus kembali ke Pondok Pesantren. Hampir 1 bulan aku di rumah untuk menghabiskan waktu semasa liburan Idul Fitri. Namun, semuanya berlalu begitu cepat seperti 1 minggu saja aku di rumah.  Memang begitu, terkadang kita merasa bahwa waktu berjalan begitu cepat saat kita ingin menikmati hari-hari bersama orang yang kita rindukan. Dan sebaliknya, waktu berjalan lebih lambat saat kita mencoba untuk menjalaninya, saat kita mencoba bertahan . Andai aku bisa, Ingin rasanya aku memutar kembali masa-masa saat di Pondok. Aku menunggu, bahkan menghitung hari-H kepulangan. Rasanya 'tak sabar bertemu dengan semua orang yang ada di rumah, berkumpul dengan mereka.  "Put? Kok belum tidur? " Tanya ibuku yang sedang berdiri di ambang pi
Baca selengkapnya
Sunyi Tempat yang Ramai
Karangmojo.    Empat puluh menit waktu telah berlalu. Meninggalkan rumah yang jauh disana. Tak lama lagi kami akan tiba di daerah Karangmojo, tempat dimana Pondok Pesantren Al Hikmah berdiri kokoh di atasnya.     Lampu merah menyala, membuat kami terhenti di bawahnya. Syukurlah, matahari telah melewati waktu teriknya. Sehingga kini tinggalah cahaya oranye kemerah-merahan milik senja yang terlukis di atas sana.   Tak lama, kini lampu merah telah padam. Berganti dengan cahaya hijau yang mulai menyala. Memberi kesempatan pada kami untuk melanjutkan perjalanan.    Udara kini makin terasa dingin. Hati berdetak lebih kencang dari biasanya. Kini kami sudah berada di ujung jalan, mulai berbelok lalu memasuki gang. Gerak motor kami kini kian melambat, menyesuaikan kondisi jalan yang sedang dilalui.    "Kamu umat yang terbaik, Selamat datang kekasih Allah di Pesant
Baca selengkapnya
Indah Namamu
  "Maulana Abbas Dhiaulhaq... Hmm, namanya bagus ya Kak. " Ucapku pada Kak Umi yang masih fokus dengan layar laptop.    "Nama siapa? " jawabnya singkat.    "Santri baru. Nih coba lihat, Maulana Abbas Dhiaulhaq. Bagus ya. " Balasku sambil tersenyum.    "Terserah kau lah Put. " Jawab Kak Umi yang tak ingin terlalu menanggapi, ia masih sibuk dengan pekerjaan di depannya.    Aku hanya tersenyum sebagai balasannya. Kuraih kembali buku yang sempat aku perlihatkan pada Kak Umi beberapa menit yang lalu. Aku mulai menyalin kembali biodata santri baru. Beberapa jam yang lalu, kami mengadakan kumpul panitia, bersama Ustadz dan Ustadzah. Sejauh ini semua berjalan lancar. Selepas kegiatan tersebut, kami mulai merekap data santri baru tahun ini, karena ini memanglah tugas kami sebagai Sekretaris. Empat hari lagi santri baru akan datang ke sini, sedangkan besok pagi adalah kedatanga
Baca selengkapnya
Tumbuh dan Terganti
  "Putriiiiii." Teriak seorang wanita  yang sedang berlari ke arahku.    "Fatimah? " ucapku sesaat setelah melihat wajahnya. Ia menghampiri lalu memelukku.    "Huhu, maaf ya aku ga bisa dateng awal kemarin. " ucap Fatimah sambil melepas pelukannya.    "Hehe iya gapapa, "balasku. " Kamu udah daritadi kah? " tanyaku pada Fatimah.    "Enggak, baru aja. " Jawabnya "Eh tau gak, tadi aku nyariin kalian. Di asrama ga ada orang. Terus aku mikir, pasti kalian di Masjid. Nah bener kan, kalian ada disini. " Jelasnya sambil tertawa.    "Iya, bosan di sana. Kamu di anterin?" tanya Santi yang sedang duduk tak jauh dariku.    "Naik bus lah, makanya aku bisa dateng pagi." Balas Fatimah seraya ikut duduk di samping Santi.    Fatimah lalu menceritakan perjalanannya tadi, saat ia kesini menaiki Bu
Baca selengkapnya
Dia siapa?
 Adzan dhuhur telah berkumandang, menutup acara pelepasan santri baru pada hari ini. Setelah acara ini selesai, para orangtua harus segera beranjak pergi dari Pondok ini. Meninggalkan anak-anaknya dengan sejuta harapannya.  Beberapa dari mereka masih berpelukan, beberapa juga sudah pergi dan melambaikan tangan. Membuatku yang menyaksikan pemandangan ini, ikut terhanyut dalam suasana. Teringat 1 tahun yang lalu, aku pernah berada di posisi itu.  Flashback "Ibu pamit pulang ya, yang betah disini. " Ibuku berkata sambil melepas jabatan tangan kami. Aku hanya diam, menahan air mata saat melihatnya akan pergi. Begitu cengengnya aku saat itu.  "Jangan nangis loh ya. " Ibuku kembali berkata seraya melambaikan tangan. Ia berjalan mundur menjauhiku.  "Kakak pulang ya. Jangan nangis, katanya mau jadi wanita sholehah yang kuat, " ucap kakakku. S
Baca selengkapnya
Melihatnya
  Riuh suara tepuk tangan terdengar memenuhi halaman ini, mengakhiri sebuah penampilan dari beberapa santri yang baru saja turun dari panggung.  Hari ke-enam di masa ta'aruf bagi santri baru. Kami mengadakan sebuah pentas seni. Dimana beberapa santri baru dan santri lama akan tampil di atas panggung, menunjukkan bakat dan kreatifitas yang dimiliki dan menjadi perwakilan dari setiap asrama.    Acara pentas seni kali ini, kami menggabungkan antara santri putra dan santri putri. Oleh karena itu, hanya santri putra saja yang di izinkan untuk menampilkan kreatifitasnya di atas panggung. Sementara untuk santri putri, kami akan menjadi penonton setia di bawah panggung. Tak apalah, kami tak keberatan. Lagian, nanti kalau disuruh tampil juga paling malu.  Acara ini kami adakan agar santri lama dan santri baru semakin akrab, khususnya untuk santri baru, agar mereka semakin betah berada di pondok.  Ternyata di pondok
Baca selengkapnya
Datang
 "Put, kok ga ada santri putra lewat ya? Pada kemana sih! " Ujar Fatimah yang terus berjalan mondar-mandir sejak tadi.  "Ditelan bumi. " Balasku singkat seraya tertawa pada Fatimah.  Dia hanya menunjukkan raut wajah kesalnya. Kemudian berjalan meninggalkanku, melihat lapangan basket dari samping kantor MA. Biasanya, di waktu sore banyak santri yang sedang bermain basket disana, barangkali kali ini mereka sedang disana.  Aku hanya melihatnya berjalan menjauhiku. Memperhatikan gerak-geriknya yang sedang mengamati lapangan basket.Tak lama, aku melihat seseorang keluar dari pintu utama Masjid Putra. Ia masih menggunakan jubah putihnya, di tambah lagi dengan sajadah yang tersampir rapi di pundaknya. Menambah kesan rapi bagi yang melihatnya. "Astaga orang itu! " Gumamku dalam hati saat orang itu melihatku. Aku selalu kesal saat melihatnya. "Mengapa dia yang keluar?
Baca selengkapnya
Outbound Santri Baru
 " Enam orang Kak. " Ucapku seraya menyodorkan nampan berwarna oranye ke atas termos nasi.  "Nih! Aku kasih bonus. " Ujar Kak Rina saat memberikan secentong nasi terakhir di atas nampan.  "Ih, Kak Rina emang suka gitu ya?! " Sahutku membuat Kak Rina tersenyum kecil di depanku. Kemudian aku bergeser 2 langkah ke kanan, saat itu juga petugas logistik langsung menuangkan beberapa centong sayur di atasnya.  "Makasih Kak. " Ucapku seraya melangkahkan kaki keluar barisan.  "Sama-sama." Jawabnya.  Ku langkahkan kaki keluar dari barisan antri, kemudian berjalan menuju serambi Masjid.Menyusul beberapa temanku yang sedang duduk seraya berbincang-bincang di sana. Belum juga aku sampai di sana, Wida datang dengan langkah tergesa-gesa.  "Fia sama Isma dijenguk! Bapak Ibu kalian sekarang di depan kantin Bu Pia. Sana di tem
Baca selengkapnya
Menjadi Mudabbir
  "Allahu Akbar... " Suara imam Masjid terdengar saat kami baru saja sampai di serambi, diikuti dengan gerakan rukuk oleh para jama'ah sholat maghrib di malam hari ini. Rupanya, aku dan Zahra sudah telat sholat berjamaah maghrib.    "Dimana Zah takmirnya? " Bisikku pelan pada Zahra. Ia mulai mengenakan mukenahnya.    "Stttt..." Dia menyuruhku untuk memelankan suaraku, " Dah, ayo sholat aja dulu. " Sambungnya.    Aku mengangguk pelan seraya menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari keberadaan takmir. Jangan-jangan ia sedang berdiri mengamati kami yang datang terlambat lalu siap meminta denda pada kami.   Alasan apa yang akan aku persiapkan? Tak ada.  Aku memang telat karena mencuci sore kali ini.  Outbound santri baru kali ini telah selesai pada pukul 1 siang. Kulanjutkan dengan membersihkan diri. Penat, itulah yang aku rasakan, namun mengingat
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status