All Chapters of Bukan Calon Kakak Ipar: Chapter 111 - Chapter 120
133 Chapters
111. Sesion 4 : 18. Wanita Penghuni Surga
Aku menatap diriku di cermin, ya Allah. Kok bisa. Pengen nangis tapi semaleman udah nangis, pengen nyakar semalam udah aku cakar, pengen lagi. Tapi masih sakit. Huhuhuhu. DAN APA INI! Pekikku.Seluruh bagian tubuhku sudah penuh tanda merah terutama di bagian leher sampai pusar. Astaga. Ganas juga dia. Hadeh. Aku udah gak perawan ini. Hiks. Hiks. Mana diperkosa lagi eh .... Diperkosa bukan ya? Dipaksa. Iya dipaksa. Tapi kalau dipaksa kok malah dilanjutkan sampai ke ronde berikutnya lagi. Huhuhu. Tau ah aku bingung.Ceklek.Terlihat suami kulkasku tengah mengeringkan rambutnya dengan handuk. Dia tersenyum melihatku tapi aku menatapnya sadis."Mau ngaji kitab lagi? Ayok," ucapnya dengan seringai jahil.Aku mengambil bantal bermaksud menimpuknya namun karena tergesa-gesa justru aku malah jatuh terduduk di kasur."Aaawwww. Huhuhu. Sakit.""RANA!" pekik Kulkas. Dia langsung menghampiriku dan merebahkan tubuhku yang masih berbal
Read more
112. Sesion 4 : 19. Tujuan Hidupku, Kamu!
POV ReihanFlashback"Kakak mau tanya apa?""Semuanya.""Ke-kenapa?"Aku menatap tajam, mengintimidasi seorang remaja putri berusia 15 tahun. Karena takut si remaja putri pun menunduk. Hingga setelah cukup lama berada dalam keheningan, remaja putri itu mampu mengeluarkan suara."Zahrana Maira Putri Salsabila namanya Kak. Asli Wonosobo. Merantau kesini sejak kelas 3 SD. Dia anak tunggal Kak. Kedua orangtuanya membuka usaha warung Lamongan yang mangkal di sekitar alun-alun kalau sore sampai malam. Kalau pagi bapaknya kerja di kantor pos.""Ehm ... Rana kehilangan mereka karena bapak dan ibunya menjadi korban tabrak lari waktu perjalanan pulang habis jualan.""Untuk menyambung hidup, Rana bantu-bantu di warung Bu Ijah tetangga kami.""Kemana keluarganya yang lain?" tanyaku."Kata Rana, kedua Mbah dari pihak orang tuanya sudah meninggal. Ibunya juga anak tunggal, kalau adik bapaknya jadi PNS tapi di Kalimantan katanya
Read more
113. Sesion 4 : 20. My Lovely Kulkas
Aku duduk dengan gelisah karena menahan sakit dan perih. Duh, kenapa pada betah ngobrol sih? Perasaan sarapannya lima belas menit tapi ngobrolnya hampir satu jam. Pada gak tahu apa aku sudah gak tahan pengin rebahan."Reihan ke kamar dulu ya Om, Tante, Mbah. HP Reihan ketinggalan. Tadi temen Reihan katanya mau telepon." "Za temeni suami kamu!" perintah Om Heru."Iya Om." Aku segera berdiri dengan hati-hati kemudian melangkah dengan hati-hati pula, malah sedikit ngangkang. Ya ampun gak kece banget cara jalanku. Meski kuakui selama ini cara jalanku gak seanggun puteri Solo juga."Mbak Zaza ada yang beda ya Dim?" Damas mulai menjahiliku."Iya. Tapi apa ya yang beda?" sambung Dimas.Aku mengernyit bingung dengan omongan mereka."Udah jangan pada ganggu Mbak kalian." Tante Sarah pun ikut-ikutan tersenyum. Pada kenapa sih? Simbah Kakung dan Simbah Putri juga, senyam senyum kayak model iklan pasta gigi."Apa yang beda? Perasaan
Read more
114. Sesion 4 : 21. Si Bukan Mantan
Hari ini sedang berlangsung resepsi pernikahan kami di Hotel Aston. Tamunya banyak sekali. Maklum mertua sama suami kenalannya banyak dan termasuk kenalanku juga sih. Aku bahkan tak menyangka para wali murid plus para siswa siswi baik yang masih sekolah dan sudah alumni pada datang. "Capek.""Banget.""Pegel.""Huum.""Sama.""Untung Mas Reihan semalam gak ngajak aku ngaji," lirihku."Kan Mas tahu hari ini kita bakalan capek.""Emang. Masih banyak gak yah Mas tamunya?" Aku menyandarkan kepalaku pada bahunya dan menatapnya manja."Entah," ucapnya dengan seringai jahil pula.Aku tersenyum dan dia juga balas tersenyum. Terdengar suitan keras yang mengganggu keromantisan kami. Siapa lagi jika bukan dipelopori oleh kembaran Kulkas sendiri."Gak usah rese Roy," ucap Kulkas dingin."Cie ... cie ... kembaranku nikah juga akhirnya. Kamu ternyata normal ya Rei."Pletak."Mamah, sakit tahu,"
Read more
115. Sesion 4 : 22. Bukti Cinta Suami = Pahala Bagi Istri
"Dekkkkk.""Dalem, Mas.""Handukku mana ya?""Di lemari paling bawah sebelah kiri.""Mana?"Ck. Aku menghentikan aktivitas mengoreksi hasil ulangan para anak didikku dan mengambilkan handuk buat Mas Reihan."Ini loh Mas." Aku menyerahkan handuk berwarna biru untuknya.Cengir, Mas Reihan cuma menampilkan lesung pipi kirinya."Gak usah sok manis gitu, aku udah kebal sama sifat slebormu. Dih, sok cool. Coba para ciwi-ciwi fans Mas Rei tahu, belum tentu pada suka mereka," gerutuku.Cup.Sebuah ciuman mendarat di pipi kananku. Blush. Merona deh pipiku.Cup.Pipi kanan kena kecupan lagi. Dan ... hap."Stop, belum mandi belum gosok gigi habis dari rumah sakit bawa banyak kuman. Mandi sana, hush ... hush." Aku mendorong tubuh Mas Rei menuju kamar mandi. Dan dia cuma tertawa saja lalu segera masuk ke kamar mandi.Aku menatap keadaan kamarku yang seperti kapal pecah. Ternyata dibalik kesempurnaan
Read more
116. Sesion 4 : 23. Mandul yang Sebenarnya
"Masih konsultasi rupanya? Kasihan. Dasar mandul!"Aku menoleh ke seseorang yang mengataiku. Siapa lagi kalau bukan Karina dengan perut buncitnya."Kenapa? Bingung lihat aku disini? Kamu lupa ya suamiku rekan kerja kamu.""Aku ingat kok, cuma yang gak aku pahami. Ruangan suamimu di bagian obgyn bukan jantung," sindirku dengan tutur kata yang kubuat sehalus mungkin.Kulihat mukanya menahan kesal tapi masih berusaha jumawa berkat perut buncitnya."Kasihan Reihan, coba dia nikah sama aku. Udah punya anak dia. Kalian kan nikah hampir dua tahun. Aku aja yang baru mau satu tahun udah ada isinya. Sedang kamu hahaha ...."Aku memilih diam, karena sedikit banyak omongannya benar-benar membuatku tertohok."Lagian heran aku sama Reihan dan keluarganya. Daripada milih kamu yang yatim piatu mending milih aku. Opaku kaya raya, selevel sama keluarganya.""Aku juga heran, kamu yang cucu orang kaya kok bisa ya, Mas Rei sama sekali gak mandang k
Read more
117. Sesion 4 : 24. Doa Nabi Zakaria
"Iya ini aku lagi nyari, sekalian belanja bulanan Mas?""Kamu sendirian?" tanya Mas Reihan di seberang sana."Iya, tadi habis ada MGMP di SMA 5 ya sekalian ajalah.""Oh ... Mas pulang telat. Ada operasi.""Oke.""Jangan tidur kemalaman.""Iya.""Jangan baca novel sampai nangis-nangis kejer apalagi cerita di grup yang isinya gak jelas itu.""Hem ... iya.""Gak boleh nonton Oppa Oppa sama Fina?""Hem ... iya.""Jangan suka stalking akun Duda Korea itu pokoknya?""Hem ... iya." Aku mencoba menahan tawa mendengar nada cemburu Mas Reihan buat Duda bermarga Song yang makin hot. Hihihi."Tapi boleh kangen sama aku.""Idih, iya sih Zaza udah kangen ini.""Ntar malam kita olahraga ya? Berbagai gaya pokoknya.""Hahaha, ya Allah Mas? Baru tahu Zaza kalau Mas Rei ternyata mesum juga.""Cuma sama kamu.""Aminnn ....""Ya udah, Mas tutup ya? Assalamu'alaikum?"
Read more
118. Sesion 4 : 25. Mabok
POV Reihan"Mas ... Mas gak papa?" tanya Rana dengan wajah khawatir. Aku hanya menggeleng.Aku menatap wajahku pada cermin kamar mandi, ya ampun mukaku pucat sekali. Mau gimana lagi, Margono, Ananda, Unsoed huft .... "Mas ... salah satu dilepas aja ya?""Tahun ini aku mau ngelepas Ananda, Dek. Nyerah aku. Hoek ...."Aku langsung berlari menuju kloset dan memuntahkan seluruh isi perutku. Bahkan cairan kental warna kuning sampai keluar. Rana mengelus-elus punggung dan memijat tengkukku. "Mas ... Rana ijin ya?""Gak usah Dek, lagian hari ini Mas gak ada operasi. Cuma periksa pasien aja. Ngecek beberapa pasien yang kemarin udah dioperasi.""Beneran?" Kulihat Rana masih nampak khawatir."Bener. Nanti Mas minta Pak Yadi nganterin Mas."Kulihat senyum di bibir istriku, ah ... jadi pengin nyium, tapi aku gak tega. Habis semaleman udah kukerjai dia. Mau gimana lagi. Seminggu full kita LDR-an. Aku ada seminar ke
Read more
119. Sesion 4 : 26. Dua Garis
Seharian ini pikiranku tertuju pada suamiku, siapa lagi kalau bukan si Kulkas. Berulang kali aku menelepon atau mengirim pesan WA. Entah kenapa aku takut terjadi apa-apa dengannya. Kulkas itu jarang sakit cuma ya itu paling gak bisa kena angin sama dingin langsung deh masuk angin. Biasanya kalau Mas Rei masuk angin, malamnya aku kerokin besoknya udah sembuh tapi pagi tadi kok belum ya? Mana tadi malam kita begadang pula. Maklum seminggu LDR jadi rasanya rindu menggelora.Plak."Eh ... Kenapa Ya?" Aku sedikit kaget karena Yaya menepuk bahuku agak keras."Kamu yang kenapa? Kayak melamun terus dari tadi.""Aku khawatir sama Kulkas, dari tadi malam dianya gak enak badan. Tadi pagi muntah-muntah terus.""Udah bawa ke dokter belum?" Soni tiba-tiba datang dan duduk di samping Yaya.Pletak."Aw ... sakit Ya," sungut Soni sambil mengusap dahinya."Kulkas itu dokter. Kamu amnesia ya?""Hahaha. Iya aku lupa. Eh udah makan Ya?"
Read more
120. Sesion 4 : 27. Jangan Jadi Ganteng
POV ReihanAku tengah mengelus perut Rana, sejak tadi senyum tak pernah lepas dari bibirku. Aku memutuskan pulang setelah mengetahui Rana hamil. Percuma aku dirawat, mau dikasih obat apapun tetap bakalan mabok kalau pagi. Orang aku yang ngidam. Sekarang aku merasakan apa yang dirasakan Royyan sama Elang. Mereka berdua selalu mabok kalau para istri sedang hamil. Mana ngidamnya para istri pada aneh-aneh pula. Semoga Rana gak gitu. Tapi kalau iya, berarti aku harus ekstra sabar."Mas ....""Hem ....""Lapar.""Mau makan apa hem? Nanti Mas cariin.""Gak mau beli, maunya dibikinin.""Oke. Nanti kita minta Mamah bikinin ya."Rana menggeleng."Terus maunya gimana?""Mau soto tangkar bikinan Tante Sarah?""Oh ... besok Mas telepon Tante buat bikinin.""Gak mau besok? Maunya sekarang?""Hah?" Astaga Sokaraja-Purbalingga lumayan loh ya. Belum lagi sekarang jam sebelas malam."Dek. Besok saja ya?"
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status