Semua Bab BIDADARI SURGAKU: Bab 1 - Bab 10
101 Bab
1. GADIS ITU BERNAMA ZAIRA (POV ZAFRAN)
Senin pagi seperti biasa aktifitas padat dimulai. Jalanan Ibu Kota akan dipenuhi oleh kendaraan yang lalu lalang. Saat fajar datang menyapa, kebanyakan dari para pengais rejeki akan memulai aktifitasnya. Sama seperti diriku yang memilih berangkat setelah shalat subuh kutunaikan agar aku bisa menghirup udara segar di pagi hari, juga menghindari macet yang menjadi ikon kota ini.   Setelah menempuh perjalanan kurang lebih empat puluh lima menit, aku tiba di pelantaran  sebuah bangunan tempatku mengais rejeki. Bangunan tiga lantai berdiri tegak atas hasil keringat sendiri.   Suasananya masih sepi. Tentu saja. Aku lebih suka datang lebih awal agar aku bisa berehat sejenak sebelum memulai aktifitasku. Menghambakan kepada Sang Pemilik diri ini untuk memohon keberkahan atas segala usahaku hari ini.
Baca selengkapnya
2. ZAFRAN ABDULLAH (POV. ZAIRA)
Langkahku terus menyusuri jalanan Ibu Kota. Dering ponsel tak berhenti sejak tadi. Ini salahku. Aku terlalu fokus mengejar deadline tugas kuliah sampai lupa kalau hari ini ada sesi sharing dengan seorang ustaz muda yang sedang hangat diperbincangkan.    Jujur, aku belum terlalu mengenalnya. Mas Taufik hanya menyebutkan namanya. Ustaz Zafran Abdullah. Ustaz muda berusia dua puluh delapan tahun.   Dering ponsel kembali terdengar. Gegas aku mengangkatnya sebelum Mas Taufik berceloteh.    "Assalamu'alaikum, Mas. Aku udah di depan, Mas."    Langkah kupercepat menaiki tangga hingga menampakkan Khadijah yang tengah mempersiapkan semuanya.    "Assalamu'alaikum," sapaku ngos-ngosan.    "W*'alaikumussalam."   "Mas Taufik mana?" tanyaku sambil celingukan.    "Ada kok di dalam," ucapannya sambil meng
Baca selengkapnya
3. UNTUK KALI KE DUA (POV ZAFRAN)
Seminggu dari sejak pertemuan itu, kami kembali dipertemukan dalam acara yang sama. Namun, konsep kali ini berbeda. Kami tak harus lagi berada di dalam ruangan persegi. Konsep kali ini adalah tema outdoor. Di mana tim Muslimah Berbagi Inspirasi mendatangi usahaku dan meliput kegiatan kami di sana. Tentunya aku lah sebagai owner yang akan menjadi pemandu.    Berkali-kali aku mematut diri di depan cermin. Menelisik setiap inci tubuh. Berulang kali aku mengganti setelan agar terlihat modis. Bukan. Aku bukan untuk menarik perhatian Zaira, aku hanya ingin menampilkan produk terbaikku.    "Zafran, dari tadi kamu nggak berhenti mondar-mandir di depanku. Ganti satu baju ke baju yang lainnya. Putar kiri dan kanan di depan cermin. Seperti mau diajak kencan buta saja," cibir Rayyan yang tengah berdiri di dekat pintu sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.    "Aku hanya ingin tampil lebih baik. Salah?" tanyaku ya
Baca selengkapnya
4. PERMINTAAN ABI (POV ZAFRAN)
Zaira Khazanah. Nama yang sudah kubawa dalam sujud dan di do'a-do'a malamku. Nama yang senantiasa kubisikkan di setiap sujud terakhirku. Nama yang sudah aku perkenalkan pada Rabb-ku. Pada Sang pemilik diri.    Selama ini aku belum pernah seyakin ini membawa nama seseorang untuk diadukan. Dia  lah yang pertama. Sosok cantik, lembut, cerdas dan salihah. Sosok yang kucari selama ini.    Pagi ini kusambut dengan senyum yang merekah. Rencananya aku akan memperkenalkan nama Zaira. Ya, aku harus lakukan secepatnya. Aku ingin melihat wajah bahagia Abi dan Umi.    Perlahan aku menuruni tangga. Tampak Abi dan Umi sedang duduk di meja makan menikmati sarapan pagi.    "Sini, Nak, sarapan dulu sebelum ngantor!" ajak Umi.    Umi sibuk mengoleskan selai cokelat di atas roti tawar yang sudah dipanggang.    Aku memilih duduk di samping Umi y
Baca selengkapnya
5. SOSOK DARI MASA LALU (POV ZAIRA)
Semenjak Ustadz Zafran mengucapkan kalimat yang menggantung itu, pikiranku semakin kalut. Aku tak mengerti sebenarnya apa yang ingin dia sampaikan?  Kalimat itu terus terngiang di telingaku. Kalimat yang meninggalkan tanda tanya besar. Apa dia menyukaiku? Hendak melamarku? Atau apa? Aku tak ingin berharap lebih. Aku takut kecewa.  Setelah pertemuan itu, kami sudah tidak pernah bertemu lagi. Jangankan bertemu, sekedar saling menyapa pun tidak. Padahal, kontakku ada padanya.  "Sudahlah, Zaira, kalau kamu kangen ya hubungi saja to?" ucap Khadijah.  "Kita ini wanita, nggak baik nyosor duluan." "Dari pada kamu kayak gitu? Nggak konsen kerja, nggak konsen menyusun proposal?" Aku kembali terdiam. Pulpen yang ada di tanganku berkali-kali kuketukkan ke meja.  "Zaira, kamu mengganggu konsentrasiku," gerutu Khadijah.  Mas Taufik tiba-tiba muncul membawa dua buah minuman dalam kemasan dan beber
Baca selengkapnya
6. ISTIKHARAH CINTA ( POV ZAFRAN)
"Kenapa tuh muka? Kusut bener, kayak cucian belum disetrika," goda Rayyan. Aku tak menggubris pertanyaan Rayyan kali ini. Mooodku benar-benar hancur. Aku mendudukkan diri di sofa tepat di samping Rayyan. "Kemarin-kemarin kamu nggak berhenti buat senyum. Sekarang kok gini?" tanya Rayyan lagi.  Aku mengembuskan napas kasar.  "Aku lagi galau." Rayyan menyemburkan teh yang sempat dia minum lalu tertawa terbahak.  "Sejak kapan  kamu kenal istilah galau?" "Tadi." "Kenapa? Kamu habis ditolak sama Zaira?" Aku menggeleng lemah. "Lebih dari itu." "Dia udah ada yang punya?" "Aku dijodohkan." Rayyan berdiri tepat di depanku.  "Serius? Sama siapa? Kapan? Kamu setuju? Terus si Zaira gimana?" Pertanyaan dari Rayyan justru membuatlu semakin merasa bersalah.  "Abi menjodohkanku tanpa sepengetahuanku. Tau-tau udah jadi aja" Aku sedikit m
Baca selengkapnya
7. MENJADI KHADIJAH MASA KINI (POV ZAIRA)
Sore itu Abi baru pulang dari pengajian, beliau membawa kabar gembira bukan hanya untuk mereka, juga untukku. "Umi, tadi Abi ketemu sama Mas Abdullah. Tadi Abi sempat diajak ke rumahnya.""Mereka tinggal di mana sekarang, Bi?" tanya Umi. Aku hanya diam-diam menyimak. Berharap mereka akan membahas sosok Zafran."Di Bintaro." Ayah menyeruput teh yang sudah sejak tadi aku suguhkan. "Alhamdulillah lumayan dekat. Kenapa nggak Abi ajak ke rumah. Umi sangat rindu sama Mba Fatimah." "Abi sudah ajak.""Kapan katanya mau ke rumah?" Abi hanya mengedikkan bahu. Mereka asyik mengobrol membahas tentang sahabat lamanya. Namun, tak satu pun dari mereka membahas soal Mas Zafran. Jujur, aku sedikit kecewa, aku ingin tahu apakah dia masih sendiri atau sudah beristri?Apakah sosok Zafran yang di poto itu adalah Ustadz Zafran?"Abi, apa Abi tadi sempat ketemu dengan Mas Zafran?" tanyaku ragu. Jujur aku harus meng
Baca selengkapnya
8. SABDA CINTA (POV ZAFRAN)
Sore itu sesuai titah Abi kami akan bertandang di rumah wanita pilihan Abi. Ya, rumah calon istriku. Aku dan Rayyan hari ini memilih lebih cepat pulang. Kami tengah berdebat di dalam kamarku.  "Zafran, hari ini ketemu calonnya kudu bahagia dong, jangan pasang tampang kusam kayak gitu." Aku hanya diam menanggapi sambil terus memilih kemeja koko yang pas untuk malam ini.  "Kasihan anak orang, kamu datang ke sana memperkenalkan diri, bukannya dibenerin moodnya malah kayak anak gadis yang dipaksa nikah," omelnya lagi.  "Iya, tante Rayyan." Rayyan yang tak terima kemudian melemparkan kemeja koko yang ada di tangannya. "Enak aja disamain sama tante-tante!" "Ya, abisnya kamu cerewet terus dari tadi." Rayyan kembali bersungut. "Udah, bantuin milih kemeja yang pas. Kamu kayak gitu malah kayak anak gadis yang lagi ngambek sama pacarnya." "Hey, saya normal, ya." Tak kugubris lagi oceh
Baca selengkapnya
9. BAHAGIA SEKALIGUS LUKA
"Subhanallah, jadi kalian ternyata lebih dulu bertemu," timpal Umi Aisyah. "Lalu Zain?" tanya Abi. Tampak Zain berubah pias, tidak secerah tadi. Aku tak tahu apa yang terjadi sebenarnya.  "Di-dia teman kuliah, Zain, Bi," jawab Zain terbata.  Aku dan Rayyan saling berpandangan. Kalau hanya sebatas teman kuliah, tidak mungkin Zain berubah seperti ini.  “Zafran?” tegur Abi saat melihatku sedari tadi mencoba menerka situasi ini.  "Alhamdulillah kalau kalian sudah saling sama-sama kenal. Jadi tak perlu lagi perkenalannya," timpal Umi.  Aku dan Zaira hanya melempar senyum. Bahagia terus kurasakan. Allah ternayata memberikan kejutan yang luar biasa.  "Kalian itu sejak kecil sudah sama-sama kenal. Mungkin belum ingat, ya?" tanya Abi.  “Waktu itu Zafira masih kecil. Ya, kan, Mba, Fatimah?” timpal Umi Aisyah.  Aku dan Zaira masih diam menyimak obrolan kedua orang tua kami. 
Baca selengkapnya
10. MENCARI TAHU
Semenjak pertemuan di rumah Zaira, sampai saat ini Zafran belum menemukan teka-teki apa yang sebenarnya terjadi.  Zafran yang tengah disibukkan dengan pekerjaannya tampak tak bisa berkonsentrasi mengingat kejadian kemarin. Rayyan yang menyadari itu lantas segera menghibur sahabatnya.  "Zafran, sudah dikirim proposal ta'arufnya?" tanya Rayyan sambil menenteng lembar laporan.  Zafran menggeleng lemah sambil mengetuk keningnya dengan pulpen. Rayyan menghempaskan tubuhnya di sofa seraya menoleh ke arah sahabatnya. Rayyan tahu apa yang menjadi kendala proposal itu belum dikirimkan.  "Mungkin hanya dugaan kita. Buatlah proposal itu. Bukankah itu yang kamu tunggu? Jangan mengorbankan orang-orang yang mengharapkan pernikahan kalian." "Bagaimana mungkin aku tega melanjutkan sedangkan adikku sepertinnya terluka dengan perjodohan kami?" Rayyan mengembuskan napas kasar.  "Kalau begitu segera pastikan. Jangan membua
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status