All Chapters of My Headmaster is My Husband: Chapter 11 - Chapter 20
65 Chapters
BAB 11. Vitamin for Sagara
‘Beb, lo sidang jam 1 'kan? Nanti gue langsung ke kampus aja ya. Sorry gue gak bisa bantuin bawa barang-barang lo’Gistara mengirim pesan kepada sahabatnya. Hari ini Kristina akhirnya sidang setelah di beri semangat oleh Gistara dan Willi. Sahabatnya itu sedikit malas, dia selalu banyak alasan jika Gistara dan Willi menyuruhnya untuk mengerjakan skripsinya. Hingga entah dorongan darimana gadis itu akhirnya mau menyelesaikan skripsinya.“Pagi Bu Gita.”Suara Leon membuat Gistara mengalihkan atensinya dari ponselnya. Senyum manis terbit di bibir gadis itu dengan eyes-smile khas miliknya.“Pagi Pak Leon.” Leon meletakkan tasnya di mejanya setelah mendapat jawaban dari Gistara.“Bu Gita doang ya Pak yang di sapa. Iya kita gak keliatan. Udah bener emang,” sahut Vallen melirik Leon sekilas.“Loh ada Bu Vallen? Selamat pagi Bu Valen,” sapa Leon dengan heboh.“Telat Bapak!&rdqu
Read more
BAB 12. Are You Okay?
Semester genap sudah selesai. Para guru dan wali kelas sibuk mengisi nilai dan rapot para siswa. Gistara dan beberapa guru yang lain tengah menginput nilai-nilai rapot ke aplikasi yang disediakan oleh sekolah seraya diselangi canda tawa. Gadis itu terkekeh ketika mendengar cerita dari guru pria yang terkenal dengan selera humornya yang baik itu.“Bu Gita ini beneran si Devano dapet nilai segini? Dia anaknya rajin loh,” tanya Berta, guru bahasa Indonesia yang kebetulan berada disamping meja Gistara.Gistara tersenyum maklum dengan pertanyaan yang dilontarkan wanita paruh baya itu. Entah sebuah pertanyaan atau kritik yang pasti wali kelas dari siswa yang bernama Devano itu tidak terima kalau siswanya mendapat nilai kecil.“Devano memang agak sedikit kurang kalau di pelajaran saya Bu dan dia juga jarang masuk,” jelasnya.Berta mencebikkan bibirnya. “Emang gak bisa ditambahin ya Bu?” tanya Berta mencoba menegosiasikan nilai
Read more
BAB 13. Back Home
Gistara membereskan rumah yang akan dia tinggal untuk satu bulan ke depan. Mulai hari ini bebas dari urusan rapot dan nilai. Tugasnya sebagai guru selesai untuk sementara waktu.Besok Gistara berencana pulang ke kampung halamannya. Dia rindu dengan keluarganya. Sejak lima bulan yang lalu dia tidak pulang membuat rasa rindunya mengakar. Sebenarnya dia bisa saja pulang jika dia mau tapi banyaknya pekerjaan membuat dia menahan keinginannya untuk pulang.Gistara merebahkan tubuhnya di sofa setelah selesai membersihkan rumah. Gadis itu mengambil ponselnya yang berada di meja kaca depan sofa. Dia membuka aplikasi WhatsApp. Membaca pesan di grupnya bersama ketiga sahabatnya.Kristina dan Willi menanyakan kapan Gistara akan pulang dan dengan menggunakan apa. Gistara pun membalas pesan dari kedua sahabatnya itu.‘Kalau nih ya. Kalau ada yang nganterin lo ke rumah lo. Lo mau gak?’Gistara terkekeh membaca pesan dari Kristina. Jika ada yang mengan
Read more
BAB 14. Future Son-in-Law
Sagara menghembuskan nafasnya perlahan menatap kedua orangtua Gistara. Beberapa menit yang lalu Gistara izin untuk menemani Gian ke rumah temannya mengembalikan novel yang dia pinjam. Sejak saat itu Sagara masih berusaha untuk menyusun kata yang baik untuk memberitahu orangtua Gistara.Kedatangan Sagara ke rumah Gistara bukan tidak disengaja. Pria itu berencana ke rumah Gistara untuk membicarakan perihal perjodohan dia dan Gistara.“Jadi gimana Nak Gara?” tanya Singgih mencoba memecahkan keheningan yang terjadi di antara mereka.“Papi waktu itu sudah bilang ‘kan ke Om dan Tante kalau saya akan melaksanakan pertunangan dengan Gistara setelah Gistara selesai kuliah,” kata Sagara dengan sedikit ragu menatap wajah Singgih dan Novi bergantian.“Iyaa. Kenapa Nak? Kamu sudah tidak mencintai putri Om lagi?” tanya Singgih melihat wajah Sagara yang sejak tadi tidak tenang.Sagara menggeleng dengan cepat. “Bukan
Read more
BAB 15. Family Time
Gistara, Gian dan Singgih sedang berada di kebun milik keluarga mereka yang berada tak jauh dari rumahnya. Kebun dengan seratus meter persegi itu di tanami berbagai sayuran, seperti kangkung, bayam dan sawi.Sayuran itu tidak dijual. Ayah Gistara sengaja menanam itu untuk kebutuhan keluarganya. Tak jarang orang ingin membeli sayuran yang di tanam Singgih tapi pria paruh baya itu tidak mengizinkan, beliau justru memberikan dengan percuma sayuran itu kepada orang yang membutuhkan.Gistara duduk di karpet yang di gelar di bawah pohon rambutan menyaksikan ayah dan adiknya mengambil sawi. Dia merindukan suasana seperti ini, suasana asri khas pedesaan.“Teteh!” Panggil Novi berjalan menuju putrinya dengan bawaan di tangannya.Senyum Gistara terbit. “Ayah, Adek sini buruan, Bunda bawa makanan!” teriak Allisya saat melihat tempat makan yang dibawa Novi.“Iya ini bentar lagi selesai!”Gian dan Singgih berjalan menu
Read more
BAB 16. Awkward
Sagara mengetuk pintu rumah Gistara. Dia memenuhi janjinya kepada Novi kalau dia akan menginap di kediaman keluarganya satu minggu yang lalu."Bang Gara!" panggil Gian membuat pria itu menoleh.Senyum Sagara terbit melihat Gian yang berjalan kearahnya. "Ayah sama bunda mana Yan?" tanyanya saat Gian sudah berada dihadapannya.Gian mencium punggung tangan Sagara. "Ayah sama bunda lagi ke rumah pak RT Bang. Anaknya pak RT mau nikah jadi bantu-bantu gitu deh." Jawabnya.Gian mempersilahkan Sagara untuk masuk. Anak laki-laki itu segera pergi ke dapur, membuatkan minum untuk Sagara. Sagara memperhatikan rumah itu yang tampak sederhana, sepi dan nyaman membuatnya betah."Ke rumah Nenek kamu jam berapa Yan?" tanya Sagara saat anak laki-laki itu sudah kembali dengan membawakan minuman untuknya."Siang kayaknya Bang. Jam tigaan. Mungkin hehe." Sagara tersenyum mendengar jawaban dari Gian."Abang mau istirahat dulu gak?" tanya Gian memperhatikan
Read more
BAB 17. Getting Closer?
Singgih keluar terlebih dulu diikuti oleh yang lainnya. Nenek dan Kakek Gistara keluar menyambut mereka dengan senang. Keduanya nampak masih sehat meskipun umurnya tidak lagi muda.Kelimanya memberikan salam kepada nenek dan kakek. Sepasang suami istri itu mempersilahkan mereka masuk. Sagara memperhatikan bangunan sederhana tapi nampak luas dan bersih milik keluarga orang tua Singgih."Ini siapa anak ganteng?" tanya eyang putri - panggilan dari seluruh cucunya. Memperhatikan Sagara dari kepala sampai ujung kaki."Ini Sagara Eyang Uti. Kepala sekolahnya Gita," sahut Singgih.Eyang putri hanya mengangguk. Jadi ini pria yang diberitahu oleh anaknya kalau dia akan membawa calon mantunya ke acara keluarga. Rapi, khas pria kaya pikirnya."Calon cucu Eyang ini mah," celetuk Eyang kakung, yang sukses mambuat Singgih, Novi dan Eyang putri tertawa.Gistara terdiam memperhatikan Sagara. Dia ingin melihat reaksi pria itu. Tapi pria itu hanya tersenyum m
Read more
BAB 18. Assistance
"Anak ibu sama Akang ganteng ya.” Bunga mengambil Riyo dari gendongan Sagara saat pria itu akan duduk di tempat yang tersedia.Setelah memanggang daging selesai, Gian membawa dagingnya ke gazebo. Disana ternyata sudah siap daun pisang yang di jajar memanjang dengan nasi diatasnya. Sagara sempat ragu ingin bergabung tapi suara Singgih membatalkan niatnya.“Ini makan yang banyak.” Singgih memberikan beberapa potong daging ke nasi Sagara.“Terimakasih Om.”Semuanya mulai memakan dengan khidmat. Sagara sesekali tersenyum mendengar obrolan yang berbeda antara ibu-ibu dan bapak-bapak. Pria itu jadi kangen momen seperti ini. Setelah kakeknya yang dari papahnya meninggal, mereka tidak pernah mengadakan acara seperti ini.Jangan tanya kenapa dari pihak mamahnya tidak mengadakan acara seperti ini. Keluarga dari mamahnya terlalu tegang, sehingga tidak ada acara seperti ini. Bahkan antar keluarga mereka seperti bermusuhan.
Read more
BAB 19. Trauma
Besok Gian dan teman-temannya berencana pergi ke Curug. Tetapi Singgih dan Novi tidak memberi izin kepadanya karena jalan menuju curug itu terlalu terjal sehingga sepasang suami-istri itu khawatir terjadi sesuatu kepada putra semata wayang mereka.Gian merebahkan tubuhnya di karpet. Laki-laki itu merajuk karena tidak diberi izin oleh kedua orangtuanya. Novi hanya diam, tidak memperdulikan putranya yang merajuk.Gistara tertawa puas melihat wajah adiknya yang memelas. Adiknya itu pasti akan terus membujuk bundanya sampai wanita paruh baya itu mengizinkannya.Novi menghela nafasnya. “Jauh Dek, terjal jalannya. Bunda tu khawatir kamu kenapa-kenapa.” Ucapnya.Gian menggelengkan kepalanya. Dia merasa bundanya terlalu khawatir. Padahal teman-temannya selalu dapat izin jika ingin pergi kesuatu tempat.“Teman-teman Gian aja pasti diizinin sama orangtua mereka,” gumamnya.“Gian mau tukeran orangtua aja sama mereka? Yauda
Read more
BAB 20. Desire
Sedikit mengandung konten DewasaYang belum cukup umur silahkan di skip***Sagara mengikis jarak diantara mereka. Fokusnya hanya pada benda berwarna pink milik Gistara yang lembut. Kalian jangan lupa kalau dia pernah menyentuh bibir itu. Dia penasaran bagaimana rasanya saat bibirnya dan bibir gadis itu bertemu.Sagara mengecup bibir Gistara dengan lembut. Gadis itu terdiam sesaat. Detik berikutnya Gistara membalas dengan ragu kecupan yang diberikan oleh Sagara. Tangan Sagara menekan pinggang Gistara untuk lebih merapat kepadanya.Sagara membawa tubuh Gistara kedalam air membuat gadis itu memekik merasakan dinginnya air. Kedua tangan Gistara melingkar di leher Sagara, sedangkan kedua kakinya melingkar di pinggang pria itu.Sagara membuka t-shirt yang digunakan oleh Gistara menyisakan bra berwarna cream. Tangan Sagara turun membuka jeans gadis itu. Setelahnya dia meninggalkan boxernya.Gistara memejamkan matanya saat Sagara meraup bibi
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status