Sedikit mengandung konten Dewasa
Yang belum cukup umur silahkan di skip
***
Sagara mengikis jarak diantara mereka. Fokusnya hanya pada benda berwarna pink milik Gistara yang lembut. Kalian jangan lupa kalau dia pernah menyentuh bibir itu. Dia penasaran bagaimana rasanya saat bibirnya dan bibir gadis itu bertemu.
Sagara mengecup bibir Gistara dengan lembut. Gadis itu terdiam sesaat. Detik berikutnya Gistara membalas dengan ragu kecupan yang diberikan oleh Sagara. Tangan Sagara menekan pinggang Gistara untuk lebih merapat kepadanya.
Sagara membawa tubuh Gistara kedalam air membuat gadis itu memekik merasakan dinginnya air. Kedua tangan Gistara melingkar di leher Sagara, sedangkan kedua kakinya melingkar di pinggang pria itu.
Sagara membuka t-shirt yang digunakan oleh Gistara menyisakan bra berwarna cream. Tangan Sagara turun membuka jeans gadis itu. Setelahnya dia meninggalkan boxernya.
Gistara memejamkan matanya saat Sagara meraup bibi
Sagara dan Gistara terduduk di salah satu warung pinggir jalan yang menjual bubur ayam. Setelah berlari mengelilingi kampung dimana dia tinggal. Sagara dan Gistara berhenti di salah satu warung langganan keluarga Gistara.Novi, bundanya itu sering membeli sarapan di warung itu jika beliau malas membuat sarapan. Sehingga pemilik warung itu kenal dengan keluarga Gistara.“Bapak mau apa?” tanya Gistara.“Ada apa aja?”“Bubur ayam doang,” jawab Gistara polos.Sagara terkekeh mendengar jawaban Gistara. Dia benar-benar gemas dengan tingkah gadis di sampingnya itu. Rasanya dia ingin mencubit pipi chubby gadis itu.“Kalau adanya bubur ayam doang kenapa nanya sih, hmm.” Sagara mengusap puncak kepala Gistara dengan gemas. Dia tidak peduli dengan jantungnya yang berdetak dengan cepat. Yang terpenting dia bisa menyentuh sedikit gadis itu.Sagara tidak tahu kalau bukan jantung dia saja yang berdetak
Gistara membangunkan adik laki-lakinya itu dengan sabar. Ini hari pertama Gian masuk sekolah menengah atas, setelah satu bulan libur semester genap. Gian berhasil lulus di Baramantas’ School dengan nilai yang memuaskan.“Dek bangun, Teteh udah buatin sarapan. Buruan mandi, kalau mau bareng Teteh, bangun sekarang.” Gistara menarik tangan Gian supaya adiknya duduk. Memaksa kedua mata adiknya untuk terbuka lebar dengan tangannya.“Teteh ganggu aja.” Gian cemberut menatap tetehnya yang duduk di pinggir kasurnya.“Gian bauuu!!”Gistara menatap horror adiknya yang sudah masuk kamar mandi. Adiknya itu tanpa merasa bersalah kentut, setelah itu dia lari ke dalam kamar mandi.“Teh, aku yang bawa motornya ya.” Gian muncul dari pintu keluar dengan tas di punggungnya dan helm ditangan kanannya. Laki-laki itu sudah siap dengan pakaian sekolahnya.“Enggak, kamu belum punya SIM Dek.” Gistara
Gistara berjalan menuju ruang guru dengan lesu. Semalam dia tidak bisa tidur karena pembicaraannya dengan Sagara dan kejadian mereka kemarin. Pria itu sukses membuat waktu tidurnya terganggu. Gistara bahkan masih terbayang skinship yang mereka lakukan.Sepanjang jalan semua mata tertuju kepadanya. Banyak siswa-siswa yang menyapanya dan mengucapkan selamat. Gistara yang bingung hanya tersenyum dan mengucapkan terimakasih. Tak sedikit pula siswa-siswa yang mengambil fotonya.“Selamat Bu Gita.” Ucapan Leon yang tiba-tiba ketika dia memasuki ruangan guru membuatnya mengernyitkan keningnya.“Selamat kenapa Pak?” tanyanya bingung meletakkan tasnya di atas mejanya.Leon menggelengkan kepalanya, kemudian membuka akun instagramnya, memperlihatkan akun resmi Baramantas’ School yang berisi tentang fotonya dan Sagara. Di foto itu nampak Sagara yang sedang memegang kepalanya.“Ibu harus liat ini, ini Ibu ‘kan?” ta
Gistara dan Gian sedang berjalan menyusuri salah satu mall terbesar di Bandung. Mall itu mulanya hanya tempat belanja saja, namun seiring berjalannya waktu, Mall itu lebih sering digunakan sebagai tempat nongkrong oleh wisatawan atau masyarakat setempat. Tangan gadis itu mengapit tangan pria disampingnya, keduanya berjalan menuju lantai paling atas dimana letak bioskop berada.Sesampainya ditempat yang mereka tuju, ekspresi gadis itu berubah murung. Antriannya begitu ramai, dia yakin tiketnya pasti terjual habis sehingga dia mengurungkan niatnya membeli tiket.“Loh gak jadi Teh?” tanya Gian ketika kaka perempuannya itu berbalik haluan, padahal sedikit lagi mereka masuk ke bioskop.“Gak jadi lah, besok aja. Lagian ini tu bukan malam minggu kenapa sih orang-orang pada keluyuran,” gerutu Gistara.Gian menahan tawanya. Kakak perempuannya itu sudah sangat ingin menonton film yang baru saja di rilis. Sesampainya di kontrakan, Willi membe
Pria berpakaian formal itu berjalan memasuki Kin Company. Perusahaan yang terjun di dunia fashion itu merupakan salah satu dari sepuluh perusahaan terbesar di Indonesia.Butuh waktu delapan tahun untuk seorang Sagara Kin Bimantara membuat perusahaannya bisa bersanding dengan perusahaan-perusahaan ternama di Indonesia.Kecintaannya terhadap brand-brand milik Christian Dior membuatnya bermimpi menjadi model tapi sayangnya ditentang habis-habisan oleh papahnya yang merupakan seorang pemilik sekolah swasta terbaik di Indonesia dan cucu dari pemilik perusahaan tambang minyak.Antares, papa Sagara merupakan sosok yang tegas jika menyangkut masa depan anak-anaknya. Bukan tanpa sebab Antares melarang Sagara menjadi model. Dia berpikir tantang image model yang buruk dimata masyarakat karena banyak masyarakat yang berpikir jika model harus menjual dirinya jika mau menjadi model terkenal. Bukan hanya anaknya yang tidak boleh menjadi model, Antares juga tidak mau memiliki m
Gian memperhatikan mobil calon kaka iparnya yang terparkir di depan kontrakannya. Dia memasuki motornya kedalam garasi, kemudian berjalan perlahan memasuki rumahnya tanpa menimbulkan suara. Bersamaan dengan Gian yang membuka pintu rumah, Gistara keluar kamar dengan memakai piyama tidurnya. Gian menatap Sagara yang sedang duduk di sofa ruang tamu dan Gistara bergantian. Meneliti apakah terjadi sesuatu di antara keduanya.“Kenapa sih liatnya kaya gitu banget?” tanya Gistara menatap heran tingkah adik laki-lakinya itu.Gian mencium punggung tangan Gistara kemudian berjalan menuju Sagara untuk mencium punggung tangan calon kaka iparnya juga.“Abang sama Teteh gak abis ngapa-ngapain ‘kan?” Gian menatap Gistara dan Sagara penuh selidik.Sagara dan Gistara saling pandang mendengar pertanyaan Gian. Mereka tidak mengerti dengan pertanyaan adik laki-lakinya itu.“Tobat Bang, Teh. Kalian harus minta ampun sama Tuhan. Gak bo
Gistara tengah memasak sarapan untuknya dan Gian. Adiknya itu belum bangun padahal sudah setengah tujuh. Sabtu pagi ini Gistara membuat omerice untuk menu sarapan. Beberapa menit kemudian gadis itu selesai dengan kegiatannya. Meletakkan masakannya di atas meja dan mengambil susu dari kulkas, dituangkannya ke dalam dua gelas.Gistara menoleh ketika melihat adiknya menarik kursinya. “Adek mau kemana?” tanyanya memberikan sepiring omerice dan segelas susu kehadapan Gian.“Teteh lupa? Sabtu ‘kan ada ekstrakulikuler,” katanya. Tangannya memasukkan satu sendok omerice buatan sang kaka.Gistara menepuk keningnya. “Teteh lupa. Kalau udah selesai langsung pulang ya.”Gian mengacungkan jempolnya kepada kakak perempuannya itu. Setelah selesai dengan sarapannya Gian pamit berangkat menuju Bimantara’ School dengan menggunakan ojek online.Adiknya itu bisa mengendarai motor hanya saja jalanan Bandung yang ramai dan
Sagara menenangkan Gistara di koridor rumah sakit. Gadis itu tidak berhenti menangis sejak Gian dibawa ke rumah sakit. Gian sedang di periksa oleh dokter. Sebelumnya laki-laki itu sudah diberikan pertolongan pertama.Saat pergi menuju rumah tua itu. Tama membawa seorang dokter yang tak lain adalah salah satu temannya. Tama siap dengan segala yang terjadi. Tanpa di suruh oleh Sagara pria itu tahu apa yang di butuhkan oleh bosnya itu.Ketiga preman tadi sudah berhasil bodyguard Sagara bawa menuju kantor polisi. Satu preman yang sempat menodong pistol kepada Gistara itu berhasil Sagara tembak. Sehingga pria itu di larikan ke rumah sakit dengan pantauan polisi.“Bagaimana keadaan adik saya Dok?” tanya Sagara saat melihat dokter keluar dari unit gawat darurat.“Paru-parunya baik. Organ dalam dia baik-baik saja. Tapi kami akan mengecek kembali saat dia sadar. Pasien yang tenggelam biasanya akan memiliki fobia—““&mdash