Semua Bab Possessive Wife: Bab 11 - Bab 20
40 Bab
Korban Perselingkuhan
 "Bunda, hari ini mau masak apa?" tanya suami padaku."Bunda maunya makan ayam goreng aja, buatan ayah" jawabku, entah kenapa, aku lebih ingin makan ke yang berbau daging, aku malas kalau harus makan sayur mayur."Sayur? Ga mau?" tanya suami yang udah siap-siap hendak pergi ke pasar."Ga pengen sayang, malas makan sayur," jawabku seraya menggelengkan kepalaku."Ya udah, ayah ke pasar dulu," ucapnya, memakai jaketnya lalu berangkat. Sementara suami pergi, aku bergegas mengambil ponselnya, menelisik siapa saja yang diajak komunikasi. Semua akun aku buka, apakah ada yang mencurigakan. Pengaruh ucapan ibu-ibu itu sangat besar bagiku, aku benar-benar takut suamiku di rebut pelakor, aduh jangan sampai deh.Ku buka satu persatu, semua aman, tak ada yang mencurigakan. Aku meletakkan kembali ponselnya, dan kemudian aku mulai bebersih rumah seraya menunggu suami datang dari pasar.Setelah beres ku periksa cucian piring, terny
Baca selengkapnya
Sudah Cantik
Bab 12Hari ini suami lepas piket, aku terbangun dan melirik ke arahnya yang masih terlelap berbalut selimut. Tumben masih tidur, gumamku dalam hati. Mungkin suamiku terlalu lelah, selain ia harus bekerja, juga terlalu sering sibuk dengan pekerjaan rumah tangga.Biasanya selelah apapun, selalu bangun lebih awal dan mengerjakan beberapa pekerjaan IRT. Ada perasaan was-was di hatiku, ku tatap lagi wajahnya lekat, ku perhatikan dadanya, ahhh, lega, suamiku masih bernafas.Aku keluar dengan mengendap-endap, takut ia terbangun. Bergegas ke belakang, mengerjakan beberapa urusan rumah tangga, mencuci piring, memasak nasi, membersihkan dapur, terakhir membersihkan rumah.Aku mengintip sedikit dari balik pintu, pak suami masih terlelap, ku lanjutkan rutinitasku dengan mandi, kemudian bersolek sedikit. Sejak hamil aku merasa wajahku sangat kusam, sekalipun sudah berdandan, tetap terlihat kusam."Sayang, sudah cantik aja," tegur pak suami yang tanpa ku sadari
Baca selengkapnya
4 Desember 2018
 Bolak balik sepanjang hari aku membuka facebook baru, berharap ada balasan chat dari doi, tapi hasilnya nihil, aku tak enak makan, tak enak tidur, bahkan kerap kali terbangun hanya untuk melihat inbox, sayang harapanku sia-sia.4 Desember 2018, aku sudah berhenti berharap, aku iklaskan jika memang bukan untukku, sampai akhirnya seseorang menerima permintaan pertemananku. Namanya Kak Brian, aku berharap dapat celah menemukan doi dari dia.Ehhhh ... Tidak, aku iklas tidak menemukannya, karena memang dia bukan untukku, tujuan awalku tetap, hanya ingin menyambung silaturahmi dan meminta maaf. Kalaupun Tuhan kasih lebih, ya, itu sungguh pasti sangat luar biasa.[Selamat sore kak, maaf ganggu, terimakasih sebelumnya sudah konfirmkasi permintaan pertemanan saya, maaf kak, saya mau tanya boleh?] aku mengirim pesan melalui inbox di facebook padanya.[Malam adik, iya sama-sama, mau tanya apa adik? Boleh, silahkan.] Balasnya cepat.[Maaf kak, ka
Baca selengkapnya
Ingin Menikahi
 Sampai di depan pintu gerbang rumah, dadaku semakin berdebar. ini bukan pertama kalinya aku mengenalkan seorang kekasih pada kedua orang tuaku atau adik-adikku, sebelumnya pernah. Bahkan 2 kali aku sempat hampir menikah, tapi selalu gagal dan gagal lagi, itulah, mungkin bukan jodohku. Kini, aku kembali membawa seorang pria ke hadapan keluargaku, orang tuaku, antara siap dan tidak siap, aku takut jika nantinya akan mengecewakan mereka lagi. Apalagi setelah terakhir kali mereka tahu aku pacaran, aku tak pernah lg menyampaikan kalau aku punya kekasih. "Yuk masuk kak," ajakku pada Kak Andra, aku mencoba terlihat tenang, tapi dadaku benar-benar berdebar tak karuan. "Iya, makasih," jawabnya. Orang tuaku sudah duduk di ruang tamu, mereka sedang menonton televisi bareng. Sedangkan adik-adikku tengah bersenda gurau bersama beberapa teman-temannya di halaman rumah. Ku persilahkan Kak Andra masuk
Baca selengkapnya
Ayah Jahat
 Sudah 2 jam lebih aku menunggu suamiku pulang, tapi tak nampak juga tanda-tanda ia akan datang. Pesanku juga tak dibacanya, entah berapa kali pula aku melakukan panggilan padanya, namun tidak di jawab. Hatiku benar-benar terasa panas, aku gelisah, dadaku berdebar hebat. Awas aja nanti kalau pulang ya, terima amukanku, sekali aja ketahuan aneh-aneh, apalagi sampai main perempuan, ku potong anunya, biar sekalian hancur. Aku ga main-main lo ya, kalau sampai benar terjadi perselingkuhan, biar adil burungmu yang aku bunuh. Fikiranku semakin kacau, hatiku dag dig dug tidak karoan, rasanya ingin mencari suamiku ke tempat ia pamit, tapi kondisiku tidak memungkinkan. Aku tengah hamil mudax mana mungkin aku berjalan kaki menuju kesana, arahnya lumayan jauh dan sedikit menanjak. Akhirnya akun tertidur karena lelah menunggu suamiku pulang. Beberapa menit aku terbangun karena mendengar suara sepeda motornya, ku buka mat
Baca selengkapnya
Minder
 Entah kenapa aku merasa begitu minder, engga percaya diri, aku selalu merasa diriku bukanlah wanita cantik, walau kerap kali suamiku selalu bilang aku cantik. Aku rasa dia sudah menipuku dengan pujian itu, mana mungkin aku cantik. Melihat wanita di luar sana, semua aku lihat cantik dan berseri, bahkan para wanita jadi-jadianpun begitu cantik di mataku. Hari ini, suamiku mengajakku jalan-jalan, kebetulan ia libur. Yang penting keliling, udah aku suka. "Bunda hari ini mau kemana?" tanya suamiku yang sudah terlihat begitu manis di mataku. "Bunda hampir lupa yah, hari ini mau kontrol kehamilan bunda, gimana kalau kita ke klinik dulu," ajakku padanya. "Oke, baiklah, terus habis itu mau jalan lagi? Atau mau langsung pulang?" Suamiku duduk di depan meja rias, sedangkan aku masih sibu dengan barang bawaanku. "Tadi ayah bilang apa? Katanya mau ngajak bunda jalan-jalan, giman
Baca selengkapnya
Selfie Yuk?
 "Ayah ... Bunda pengen selfie," ucapku pagi ini, suami sudah siap dengan pakaian dinasnya, begitupun aku yang sudah dandan secantik mungkin, cantik versiku. "Ayah mau kerja, bunda," jawabnya sembari menyemprotman parfum ke beberapa bagian pakaiannya. "Selfi sebentar saja, ayah, ga habisin waktu 5 menit juga kok." Aku mendengus kesal. "Iya, nanti aja, ayah jalan dulu ya, bunda." Suamiku langsung pergi begitu saja. Malah ia juga tak mencium pipiku ataupun keningku. Bikin kesel aja. Aku tak menjawab ucapannya, bergegas pergi masuk ke dalam kamar, menyalakan televisi, kemudian memainkan ponselku. Lagi-lagi air mataku mengucur begitu saja. 'Kok ayah, ga romantis lagi sih ya?' 'Kok ayah ga pernah cium pipi atau keningku ya?'  'Kok ayah ga mau di ajak selfi? Apa dia malu ya selfie sama istrinya?'  Per
Baca selengkapnya
Mendadak
 Hari ini suami mendadak di tugaskan lagi ke tempat ia tugas semasa muda, wilayah yang tidak ada jaringan telpon, apalagi akses internet, kecuali numpang wifi di perusahaan yang berdiri disana. "Kok mendadak sih sayang?" rengekku, aku memasang wajah cemberut dan lesu. "Bunda mau ikut kesana?" tanya suami. Aku jengkel, kenapa dia harus bertanya? Seharusnya dia itu peka, dan bilang, ayo bunda, ikut, kita tinggal disana sama-sama, bisa kan kayak gitu. Kalau cuma sekedar bertanya, itu berasa dia ga niat buat ngajak aku tinggal disana bareng. "Bunda bingung." Akhirnya kata itu yang keluar dari mulutku. Hatiku berontak suami pergi, tapi sudah menjadi tanggung jawabnya menjalankan semua perintah atasan. Dan sudah menjadi resikoku memilih menjadi pendampingnya, harus siap di tinggal tugas. "Ya sudah, bunda disini saja ya, nanti ayah pasti sering pulang kok. 1 minggu sekali a
Baca selengkapnya
Pengen Nangis
 Tidurku semalam tak nyenyak, bunyi-bunyi aneh terdengar di telingaku, membuatku gelisah dan tak tenang. Ku lirik jam dinding, jarum kecil sudah menunjuk angka 4 pagi, akun terbangun dan tak bisa tidur lagi. Televisi ku nyalakan dari semalam sampai pagi ini, untuk menghalau rasa takutku. Tanganku sibuk mencari-cari ponselku yang entah terselip dimana, ahh ... Ini dia, ternyata di bawah bantal yang biasa di pakai suamiku. Tak ada notifikasi apapun.  Aku berharap mentari cepat muncul, ingin segera pagi dan mendapat kabar dari suamiku. Aku beranjak ke kamar mandi, mencuci muka, lalu menuju dapur. Ku buka kulkas, ku keluarkan beberapa bahan untuk ku masak. Sayur sop, juga daging ayam yang sudah di potongan-potongkan suami sebelum dia berangkat kemarin. Andai saja, mungkin aku takkan sesibuk ini. Pengen nangis rasanya. Setelau semua selesai, dari masak dan bersih-bersih rumah, aku bergeg
Baca selengkapnya
Mencurigakan
 Hari berganti, rasa kesal merasuki jiwaku, bisa-bisanya suamiku ga ngabarin sama sekali, apa dia ga sayang? Kalau memang benar sayang bukan seperti ini. Oke, liat aja nanti, kalau telpon atau chat, akupun bisa acuhkan. Hari ini rasa malas merasuki ragaku, aku memilih untuk memesan makanan matang saja. Ku rebahkan diriku yang terasa sedikit lemah, mungkin efek hamil muda. Tiba-tiba aku ingin rujak, tapi disini ga ada yang jual rujak. Setelah sarapan aku bergegas mengambil uang di laci meja, uang yang memang di siapkan suamiku untukku. Aku pergi ke warung ibu Queensy. "Bu, ada buah?" tanyaku. "Ada apel sama semangka bu, mau? Atau mau salad buah? Bisa saya buatkan," ucapnya. "Boleh deh bu, saya mau salad buah aja." Aku duduk menunggu pesanananku jadi, seraya menunggu ku periksa ponselku. Ahh, akhirnya suamiku mengirim pesan padaku. [Bunda, maaf ya,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status