All Chapters of AURORA: Chapter 21 - Chapter 30
50 Chapters
Episode 21.
Semuanya terjadi dengan begitu cepat dan penuh kekacauan. Pintu ruangan kecil ini setelah berhasil didobrak oleh makhluk menyeramkan itu, akhirnya dia bergerak menyerang kami secara membabi buta. Aku yang panik, segera mengamankan dokumen-dokumen yang sudah kupisahkan dan bergegas menghindari tangan berisi yang pucat tersebut yang memanjang bak selentur karakter Luffy di anime one piece.  Itu mengerikan, sungguh. Bayangkan saja kau berada di posisiku. Seorang gadis remaja, berhadapan dengan makhluk menyeramkan yang bisa mengirimmu ke neraka kapan saja dan dengan begitu cepat. Manusia biasa mungkin sudah bergetar ketakutan dan berakhir mati mengenaskan dengan tubuh yang terbelah menjadi dua atau bahkan kepalanya hancur. Aquilla tentunya tidak tinggal diam, dia berusaha menebas tangan yang memanjang itu walaupun akhirnya sia-sia. Tangan yang terputus itu seketika tumbuh kembali seperti se
Read more
Episode 22.
“Markas utama Zhou Yanchen berada di Paris. Lebih tepatnya di Rumah Sakit Swasta De La Seine Saint-Denis.” “Begitu, ya?” Aquilla menganggukkan kepalanya sekali kemudian menatap Jake yang sedang menjelaskan hasil temuannya sesuai dengan yang diperintahkan oleh pria bermata ungu ini. “Kemungkinan besar Yoon Seonghwa berada di sana jika mengingat di tempat ini terdapat banyak darahnya dan tersebar ke segala penjuru.” Entah mengapa suasana di sekitar kami terasa kelam, seakan-akan kami sedang menghadiri pemakaman seseorang. Ini terlalu mencekam, membuatku merasa tidak nyaman. Ditambah lagi dengan diamnya Jake dan Aquilla setelahnya. “Dari berkas yang dibawa oleh Yveria, makhluk itu masih berupa produk gagal.” Aku ingin berterima kasih pada Ahin karena sudah mencairkan suasana mencekam ini. Aku menatapnya yang baru saja menyebut namaku. “Jika kita
Read more
Episode 23.
Angin malam berembus dingin, menerbangkan surai hitamku dan juga beberapa dedaunan kering yang mulai berjatuhan dari dahannya. Aku menatap kosong sekitarku setelah merangkak keluar dari kuburanku sendiri. Lagi, kami bertiga kembali menguburkan diri kami ke dalam tanah ketika fajar tiba. Dan seperti biasa, aku merasakan tarikan dari dua arah yang sedikit berlawanan arah. Serta sebuah tarikan lemah dari arah yang menjadi tempat tujuan kami. Aku yakin, tarikan lemah itu berasal dari Yoon Seonghwa, kakak satu darahku. Aku membersihkan gumpalan tanah dan pasir yang menempel di rambutku kemudian beranjak berdiri untuk menghampiri salah satu dari dua tarikan yang kurasakan. Perasaan Deja Vu kembali menggerogoti tubuhku. Rasanya seperti mengulang kembali adegan yang pernah kulakukan bersama Aquilla. Berjalan seorang diri di tengah-tengah hutan dan menemukan pria bermata ungu itu sedang memandangi langit yang dihias
Read more
Episode 24.
Angin laut yang berembus dapat kurasakan menerpa kulit wajahku. Seharusnya terasa dingin mengingat gelapnya langit hari ini. Sinar matahari baru saja terbenam, bersinar di bumi bagian lain yang membutuhkan kehangatannya. Setelah menghabiskan dua malam perjalanan menuju Pelabuhan Dover, akhirnya kami bisa melihat pemandangan laut di malam hari. Pemandangan yang hanya berupa langit gelap dan juga deburan ombak yang senada dengan horizon. Suara deburan ombak pun terdengar, mampu menenangkan pikiran yang sedang kalut. Itu pun hanya berlaku bagi beberapa orang. “Aku sempat menduga, pelabuhan ini akan kosong melompong dengan berbagai jenis kapal yang berkarat dan terombang-ambing di atas air laut.” Jake terlihat meringis ketika melihat bangkai-bangkai kapal yang tidak terurus terombang-ambing karena air laut. Mata emasnya itu tampak berkilau di kegelapan malam, melirik pada Aquilla yang se
Read more
Episode 25.
“Hanya saja aku merasa ini tidak adil dan membuatku cemburu.” Kalimat itu terus terngiang-ngiang di kepalaku, seperti sebuah kaset rusak yang selalu kembali berputar dari awal. Itu membuatku tidak bisa fokus. Bahkan aku saja tidak tahu apakah tanah yang kuinjak saat ini merupakan bagian dari Negara Perancis atau bukan. Aku terkesiap ketika seseorang menepuk bahuku. Aku mendongak, mendapati Jake yang sedang menatapku dengan pandangan bingungnya. Mungkin pria itu merasa heran dengan tingkahku yang tidak seperti biasanya hari ini. “Ada apa? Apakah sudah waktunya kita untuk tidur?” tanyaku. Entah kenapa terasa kosong. Jake terlihat mendengus, kemudian menyeretku untuk berjalan di sebelah Aquilla. “Kau aneh sekali setelah kau berbicara dengan Ahin sebelum kita menaiki kapal itu.” Ahin. Aku terkesiap ketika menyadar
Read more
Episode 26.
Tidak ada yang lebih mengesalkan daripada pergi ke Paris dengan berjalan kaki.Sesi curhat dengan dalih mencari mobil itu nyatanya tidak membuahkan hasil yang sesuai dengan alibi. Jake tidak berhasil menemukan satu onggok mobil pun yang setidaknya layak digunakan atau sekedar mesinnya masih menyala. Hal tersebut mau tidak mau membuat kami berjalan kaki, ribuan mil akan kami jalani untuk menuju ke Paris.Aku menatap bingung ketiga pria dalam kelompok ini yang terlihat saling tidak berbicara. Bahkan Jake yang cerewet pun ikut terdiam yang membuatku merasa heran sekaligus terkejut, pria bermata emas itu ternyata bisa diam seperti itu juga ya.“Setidaknya, Tanah Perancis tidak sesunyi London,” Jake bersuara, berinisiatif untuk membuka topik obrolan karena mungkin sudah merasa tidak nyaman dengan kesunyian yang mencekik ini. “Lusinan meter di depan sana terdapat keberadaan manusia. Itu pun jika bukan sekelompok penjarah menyebalkan
Read more
Episode 27
Entah mengapa aku merasa gugup sekaligus menjadi anak yang suka berbuat onar ketika ditinggal pergi oleh ayah.Aku menatap ngeri pemandangan di bawah kakiku. Sekumpulan ghoul yang sedang menyantap beberapa ekor rusa hutan yang sedang bernasib malang. Sepertinya Tanah Perancis tidak sesunyi London. Masih ada binatang-binatang hutan yang bebas berkeliaran dan ada beberapa di antara mereka menjadi santapan makhluk kurus kering tersebutKulirikkan mataku pada Jake yang berwajah datar, “Jake, kau yakin tentang ini?” Jujur, keadaan di bawah sana terlihat tidak kondusif. Walaupun aku tidak memiliki trauma terhadap ghoul, aku tidak akan terjun ke sana dan menyerahkan diri hanya demi memuaskan ‘kebosanan’. Aku masih cukup waras dan tidak mau menyia-nyiakan kehidupan kedua yang diberikan Aquilla kepadaku.“Aku juga tidak yakin untuk terjun ke bawah karena ghoul yang ada di Paris lebih agres
Read more
Episode 28
Aku menatap bingung Aquilla yang kembali termenung menatap kegelapan langit yang tidak sepenuh hitam. Sudah satu jam kami berpisah dengan Jake dan Ahin lalu berdiam diri seperti ini. Tanpa beranjak satu senti pun dari tempat kami berpisah.“Aquilla,” panggilku setelah rasa kesal mulai menguasai hampir separuh kesabaranku, “Jika kau terus terdiam dengan memandangi langit terus, aku akan pergi menyusul Jake dan Ahin.”Aquilla bereaksi. Ia menoleh dengan cepat ke arahku yang berada di belakangnya. Responsnya terhadap ucapanku selalu membuatku terkejut karena kecepatannya. Sosok gelap itu kemudian menghadap ke arahku. Angin tiba-tiba berembus hingga membuat jubah kami berkibar mengikuti arah angin.“Ketika kita pulang ke dunia asalmu nanti, mulai dari sana, kau diwajibkan untuk mengumpulkan jiwa kemudian menyerahkannya padaku,” ujar Aquilla datar tanpa emosi apa pun. Auranya dingin tak tersentuh.Aku mengan
Read more
Episode 29.
Di malam berikutnya, kami tiba di sebuah pedesaan setelah puluhan kilometer kami lewati dari tempat kami berpisah dengan Jake dan Ahin. Masih menjadi bagian dari Calais, pedesaan tersebut terlihat memiliki tanda-tanda kehidupan. Entah itu berupa keberadaan obor yang terpasang di setiap rumah yang berdiri berkerumun di sana, atau jejak-jejak aktivitas mereka di siang hari.Aquilla membimbingku untuk mengawasi sebentar pedesaan tersebut. Dia mengatakan takut jika pedesaan ini dihuni oleh makhluk ciptaan Zhou Yanchen yang menyerupai manusia namun sebenarnya mereka adalah monster. Aku hanya menurut dan memilih untuk ikut mengawasi pedesaan tersebut di sebelah Aquilla.“Sebagian besar dari mereka bukanlah manusia,” kata Aquilla memecahkan keheningan di antara kami. “Jika kau melihat bias cahaya dan kabut di sekitar para makhluk berbentuk manusia itu, kau bisa menyebut mereka sebagai roh.”Aku mengangguk dan berusaha memfokuska
Read more
Episode 30.
 Sudah hampir satu jam aku duduk di sini, di salah satu dipan lapuk dan berjamur di sudut pedesaan.Aquilla entah pergi ke mana. Padahal, dia sendiri yang mengatakan akan memberi tanda jika sudah waktunya beraksi. Namun sampai sekarang, tidak ada tanda-tanda kehidupan pria tersebut yang muncul. Aku curiga, dia bersenang-senang terlebih dahulu dengan para pesolek jiwa pendosa tersebut sebelum dihancurkan.Dasar maniak! Dasar mesum! Lebih baik aku belajar dari Yoon Seonghwa daripada si mesum Aquilla!Baru saja dipikirkan tentang eksistensinya, Aquilla muncul di antara dua bangunan rumah gubuk tidak jauh dari tempatku duduk. Di belakangnya, keluarlah seorang sosok wanita berparas cantik yang wajahnya merona merah. Terlihat mencurigakan, terutama wanita tersebut menatap penuh nafsu pada Aquilla.Entah kenapa pikiranku tiba-tiba saja melayang jauh ke sana, ke ranah kotor yang seharusnya tidak dipikirkan o
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status