Semua Bab SOMEBODY THAT YOU LOVED: Bab 41 - Bab 50
78 Bab
41. Bukan Yang Lain
"Aku akan pergi. Kamu tidak perlu merasa sungkan jika memang memiliki janji lain." Langkah Benjamin melesat untuk membuka pintu. Dia menggenggam tangan Bonita untuk menahan calon istri yang sudah jauh-jauh datang untuk menemuinya, "Tidak, Boo. Sungguh, aku tidak memiliki janji lain. Ayo, kita keluar untuk membeli makanan.""Maaf aku harus mengecewakanmu, tapi aku baru saja makan.""Bagaimana jika kita kencan saja?"Bonita tersenyum, "Apakah kamu ingin memajukan kencan kita akhir minggu nanti dan menggantinya dengan hari ini?""Bukan mengganti, tapi menggandakan. Kita akan tetap berkencan akhir minggu karena aku memiliki hadiah rahasia yang akan kuberikan padamu nanti.""Kamu baru saja membocorkan rahasia." Ujar Bonita yang sedang menahan diri agar tidak memutar mata."Oh, kamu benar." Gumam Benjamin dengan raut wajah kecewa karena benar-benar lupa."Sudahlah." Ujar Bonita seraya menarik tangan Benjamin menjauh dari kamar. "Kita bisa berjalan-jalan di luar.""Tunggu." Ujar Benjamin ser
Baca selengkapnya
42. Popcorn Asin
Keraguan di mata Benjamin menyakiti Bonita tanpa ampun. Bonita diam untuk menahan semua rasa sakit, walau sangat berharap keraguan di mata calon suaminya itu hanya khayalan. Namun, jauh di lubuk hatinya, Bonita tahu usahanya untuk berharap sia-sia saat mendapati Benjamin diam tanpa ada sedikit pun reaksi yang menandakan sesuatu yang mungkin akan menenangkan hatinya.Bonita melepas tangan Benjamin dan turun dari meja. Dia berusaha tidak menatap Benjamin saat keluar kamar, "Aku akan menunggu di sofa."Tenggorokan Benjamin tercekat. Kata-kata penghiburan yang hampir keluar dari bibirnya hanya menyisakan kesunyian. Saat menyadari keadaan, Bonita sudah di luar jangkauan pandangannya hingga Benjamin terduduk di meja untuk meratapi diri. Tadi pagi, Benjamin sangat yakin semua urusan dengan Mea akan selesai hari itu. Dia ingin mengatakan semua hal yang tertunda selama bertahun-tahun. Dia ingin memilih Bonita dan melanjutkan hidup berdua bersamanya.Rasa gugup karena memiliki janji menemui Mea
Baca selengkapnya
43. Hampa
Sudah bekali-kali Bonita merasa hampir pingsan saat membuat sketsa desain gaun untuk pelanggan hingga melimpahkan tugas itu pada Kenzo. Kenzo menatapnya curiga walau tetap melakukan perintah dengan sempurna. Hingga tiba saat pelanggan mereka menuruni tangga dengan diantar oleh Helga, Kenzo menatap Bonita dengan tatapan seolah akan sanggup memberikan ceramah dua jam tanpa jeda."Berhenti menatapku seperti itu." Tegur Bonita pelan dengan tangan berusaha membereskan barang-barang di meja hanya agar tubuhnya tetap bergerak."Aku tidak akan ikut campur urusan pribadimu. Aku hanya akan memberi saran sebaiknya kamu pulang dan tidur."Tangan Bonita terhenti. Tatapannya terpaku ke luar jendela. Sudah dua hari dia tidak mampu benar-benar tidur. Memang ada beberapa kesempatan saat dia tertidur sejenak, tapi masih mampu mendengar semua suara di sekitarnya seolah sedang melihat dengan kedua kelopak mata terbuka."Kamu harus bicara pada ayahmu untuk mengambil cuti. Kamu akan menikah minggu depan. Be
Baca selengkapnya
44. Janji Sahabat
Tubuh bergelung selimut di apartemen Velica tidak menampakkan tanda-tanda kehidupan kecuali gerakan napas yang samar. Velica tahu ada sesuatu yang terjadi pada sahabatnya, tapi lebih memilih menunggu sahabatnya itu bercerita sendiri.Bonita sudah berpesan pada Velica untuk tidak membocorkan keberadaannya pada siapapun. Tidak pada Nolan, Jeremy, Melissa, atau Benjamin. Velica terpaksa menyetujui. Velica tahu Bonita akan pulang jika suasana hatinya membaik.Velica sudah sekian kali bertanya apakah Bonita membutuhkan sesuatu —makanan, minuman, mandi, keripik kentang kesukaannya, atau apapun. Namun, Bonita menolak semuanya. Sahabatnya itu hanya meminta ruang di sudut tempat tidur dekat dinding dengan selembar selimut dan itu sudah berselang sepuluh jam yang lalu.Tangan Velica menyusup ke dalam selimut dan menyentuh dahi Bonita untuk memeriksa suhu tubuh karena khawatir sahabatnya itu demam, tapi suhu tubuh sahabatnya normal. Dia berbaring di sebelah Bonita, lalu memeluk tubuh berlapis sel
Baca selengkapnya
45. Lampu Kristal
Wanita dengan rambut ikal disanggul apik duduk seorang diri di tengah ruangan restoran. Pakaiannya yang bernuansa coklat membalut tubuhnya dengan apik, tidak terlalu terbuka walau masih memperlihatkan lekuk tubuh yang akan menarik mata pria. Sesuai dengan kepribadiannya yang ingin menjadi pusat, tapi tidak terlalu menonjolkan keberadaan dirinya sendiri.Dia menunggu kedatangan pria yang membatalkan janji beberapa hari lalu. Irama jantungnya melompat-lompat gembira dengan irama menyenangkan. Suasana restoran bintang lima di hotel ternama itu menguarkan aroma kemenangan hingga menambah kepercayaan dirinya yang sudah terbangun sejak bertahun lalu.Saat pria yang ditunggunya datang, wanita itu mengalihkan wajah ke arah lain seolah sedang sangat tertarik dengan langit-langit restoran yang mewah dengan lampu kristal berkilauan. Namun, saat pria itu sampai di hadapannya, dia tersenyum seolah sudah memperkirakan hasil dari pertemuan hari itu."Kupikir aku yang datang lebih dulu." Ujar pria itu
Baca selengkapnya
46. Fettuccine Tuna
Bonita menghentikan rekaman pembicaraan yang didapatkan dari pramusaji yang bersedia dia suap, lalu mengaktifkan mode pesawat di ponselnya sebelum memasuki bandara. Dia sudah memutuskan untuk pergi setelah semua kalimat Mea ditelan oleh hati kecilnya yang rapuh. Rekaman itu bahkan belum selesai, tapi dia seolah bisa membayangkan Benjamin juga menelan semua kalimat Mea seperti dirinya.Mea benar. Kebenaran menampar Bonita hingga membuatnya berpikir matang. Bonita sudah merasa ada yang aneh dengan Benjamin yang langsung melamarnya di pertemuan pertama mereka. Mereka hanya bertemu tatap selama sekian detik saat itu, bagaimana bisa Benjamin yakin untuk menikahinya hanya dengan waktu sesingkat itu? Bagaimana jika mereka memang tidak cocok dan baru menyadarinya setelah terlanjur menikah?Pernikahan ayah dan ibunya yang meninggalkan luka dalam di jiwa Bonita membuatnya lebih bertanya-tanya. Bagaimana ayahnya bisa menyetujui permintaan neneknya hanya untuk menghindari ocehan? Bagaimana ayahnya
Baca selengkapnya
47. Terobsesi
Perasaan aneh muncul di hati Bonita saat mendengar pria yang dibencinya ternyata sudah tiada. Namun, ada kelegaan dan rasa senang yang ganjil. Dia sangat yakin Jeremy pasti bersorak girang jika mengetahui fakta itu karena harapan agar ibu mereka memetik hasil perbuatannya menjadi kenyataan.Hening menyergap ruangan yang hanya diisi denting peralatan makan. Edith makan dengan raut wajah berubah-ubah; terkadang dingin, sendu, terlihat jauh seolah sedang mengingat sesuatu, dan yang paling Bonita pahami, ibunya itu mungkin merasa asing."Apa yang kamu kerjakan untuk menopang hidup selama ini?" tanya Bonita setelah mencuci peralatan makan.Edith melambaikan tangan sebagai isyarat agar Bonita mengikutinya ke ruang tengah yang memiliki penerangan remang-remang dari lampu baca. Dia duduk di sofa panjang yang mengarah ke perapian kecil —lebih kecil dibanding yang berada di ruang tamu, lalu menawari Bonita sekotak coklat praline yang tergeletak di meja.Langkah Bonita yang awalnya ragu menjadi m
Baca selengkapnya
48. Menerima Cinta
"Boo pasti pergi ke suatu tempat. Dia bisa saja sedang menginap di hotel karena tidak mungkin pergi terlalu jauh seorang diri." Gumam Jeremy."Aku melihatnya membereskan koper tadi pagi. Kupikir itu karena dia akan pergi bersamamu. Dia berkata kalian akan berkencan." Ujar Melissa dengan tatapan tidak ramah pada Benjamin yang duduk di sofa ruang tengah. "Dia berdandan sangat cantik pagi ini. Aku yakin dia tidak berbohong saat berkata akan berkencan denganmu."Kata-kata "Bonita berdandan sangat cantik" sudah dilontarkan Melissa kesekian kali malam itu hingga membuat Benjamin semakin merasa bersalah. Hadiah yang seharusnya Benjamin berikan untuk Bonita bukan hanya mengganjal saku jasnya, tapi juga mengganjal hatinya. Selain itu, di sakunya ada selembar memo kecil yang diterima dari pramusaji restoran bertuliskan tangan Bonita: Aku tahu siapa yang kamu temui. Aku tidak akan mengganggu.Benjamin tidak menceritakan tentang memo itu pada Jeremy atau Melissa. Dia berpikir Bonita hanya tidak in
Baca selengkapnya
49. Menikmati Rasa Sakit
Sepanjang malam mendengarkan Edith bercerita membuat lelah dan kantuk Bonita hilang. Bagi Bonita, berbincang dengan ibunya terasa seperti sedang bergosip dengan Velica. Saat ibunya meninggalkannya bertahun lalu, yang dia tahu hanyalah bahwa dirinya dibuang dan tidak dicintai oleh ibunya lagi. Setelah tahu kenyataannya, dia merasa menyesal karena tidak mengunjungi ibunya lebih cepat.Kekosongan di hati Edith setelah meninggalkan Jeremy dan Bonita membuatnya menyadari arti cinta. Saat menikahi Nolan, dia menganggap hidupnya tidak bahagia jika tidak bersama Frans. Namun, setelah meninggalkan Nolan dan anak-anaknya untuk hidup bersama Frans, dia menyadari bahwa bukan Frans yang dia cintai.Edith mencintai ide tentang jatuh cinta. Dia terjebak dengan segala pemikiran tentang cintanya yang hilang. Yang dia cintai merupakan "rasa" untuk jatuh cinta, bukan cinta itu sendiri.Saat dia menyadari cintanya berada di tempat lain yang tidak lagi mungkin untuk dijangkau, yang mampu dia lakukan hanya
Baca selengkapnya
50. Kehabisan Akal
Semua hotel di kota tempat tinggal Bonita didatangi oleh Benjamin dalam waktu beberapa hari. Frustrasi karena staf hotel mengusirnya setelah menjelaskan bahwa informasi mengenai tamu mereka bersifat rahasia, tetap tidak membuat Benjamin kehabisan akal. Benjamin mendatangi semua toko yang biasa Bonita kunjungi dengan harapan akan bertemu dengan tunangannya itu di salah satunya walau tidak menghasilkan apa-apa. Dia pulang ke apartemen hanya untuk mandi dan berganti pakaian sebelum kembali mencari Bonita di hotel dan toko-toko di kota tempat tinggalnya sendiri walau nihil.Di hari berikutnya, hal terakhir yang terpikirkan di kepala Benjamin hanya Zayna. Dia tidak yakin Bonita akan menemui Zayna, tapi tidak ada salahnya mencoba. Maka dia mendatangi apartemen Zayna walau sudah lewat tengah malam."Apa yang kamu pikirkan? Ini jam setengah dua pagi! Kembalilah besok." Tegur Zayna ketus melalui interkom yang terpasang di dinding. Dia mendapati Benjamin berdiri di depan pintu apartemennya deng
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status