All Chapters of The Nine Tails of Time Traveler: Chapter 31 - Chapter 40
75 Chapters
Gue lagi kerja.
          Hendrik melebarkan sayap-sayap senyuman kepada satu wanita yang masih tersisa di dekat dirinya. Melihat Rendy yang semakin memperlihatkan kegelisahan dari penolakan wanita, kini bagi Hendrik ia mendapatkan poin yang lebih besar dari kedua temannya. Tidak termasuk Nevan dan Bellona yang sudah meninggalkan mereka di ujung kekecewaan masing-masing. Yaa, setelah perut kenyang, hati menjadi senang. Tapi, sepertinya ini berbeda dari yang dibayangkan. Perut kenyang menjadi semakin sesak napas. Hendrik dan Anjani mendekati Rendy yang merengut putus asa. Dengan bersedekap tangan dari tingkah Anjani, ia pun mulai menaikkan alis begitu meninggi meyakinkan. “Eh, ngapain sih harus segitunya? Kalo elo nggak bisa sama mereka, emang ada berapa sih cewek di kota ini? lo bisa pilih,” tutur Anjani. Rendy mendongakkan dagu perlahan menatap kedua teman yang saling berhadapan dengan dirinya. Ucapan Anjani membu
Read more
Penguasa ranjang.
#Selamatmembaca!Hati-hati!          Anjani melempar dekapan tangan yang sempat memegangi dirinya sangat erat. Sontak, Hendrik terpelangah lebar ketika wanita yang mengikuti langkah pelariannya begitu kasar dan kuat.“Hah?!” sergah Hendrik berhenti.“Gue nggak suka dipaksa!” seru Anjani hendak berbalik.Namun, di depan mata Rendy hanya menjadi penonton tanpa seruan.Hendrik pun dengan gesit, meraih kembali lengan Anjani untuk mencegahnya kembali ke tempat hiburan malam tersebut.“Anjani,” cegah Hendrik memaksa.“Eh, bisa lepasin gue nggak?!” ketus Anjani tegas.Anjani melepas kuat untuk menghindari dekapan tangan Hendrik, dengan tampang wajah yang lumayan lah! Dikatakan tergolong cukup pada nilai ketampanan bagi seorang pria. Akan tetapi, Anjani tidak butuh sebuah ketampanan pria. Tapi, lalu apa?“Ngapain kamu harus
Read more
Untuk yang terakhir kalinya.
          Dari dua orang yang menjadikan malam pertemuan nakal. Dimana hati sudah memilih tindakan di luar kendali. Ruangan yang terlihat tenang, tidak terasa oleh orang lain. Masih di atas Kasur dengan kenangan malam indah.Hendrik masih menatap wajah Anjani yang terbaring nakal di depan hadapannya. Perlahan, bola matanya meredup hingga merobohkan tubuh ke samping Anjani. Anjani menutupi dirinya dan Hendrik dengan selimut putih.Keduanya bersama-sama hanyut di balik selimut putih yang terbentang luas memanjang.***          Perjalanan yang masih belum berakhir pada Sabtu malam. Sebuah mobil terlintas melewati perumahan elite. Pemberhentian tepat di depan pagar rumah Bellona.Ketiga orang tampak saling mendiam tanpa harus menatap. Nevan melirik wajah Bellona yang terlihat ragu-ragu meninggalkannya.“Nggak apa-apa, aku turun di sini,” putus
Read more
Aura penyatu rasa.
 #Selamatmembaca!        Di bawah rembulan yang masih meredupkan suasana malam. Mata Nevan bahkan tak meredup dengan menurunnya langit cerah. Dirinya terduduk rapi di atas berbatuan kecil sambil melempari batu ke ujung air sungai. Nevan membangkitkan tubuhnya perlahan, matanya menatap ke seluruh pemandangan persinggahan.“Hei, kau harus memastikan Bellona. Aku merasakan kedekatan yang tidak biasa,” ungkap Cho Ye Joon kepada tubuhnya Nevan.Nevan menghentikan langkahnya, “Tunggu!” cegahnya dengan seorang diri.“Kau mengatakan kalau Bellona dengan dirimu memiliki kedekatan yang tak biasa. Apa maksudmu?” lontar Nevan dengan jiwanya sendiri.“Ya, aku bisa merasakannya,” sahut Cho Ye Joon.Terlihat raut Nevan yang agak terheran setelah mendengar ucapan Cho Ye Joon. Tubuhnya masih tidak bisa melangkah jauh dari sana. Tapi, pikirannya adalah kekacauan yang semest
Read more
Hari piknik sepupunya.
          Nevan terkinjat seketika saat suara berita dari balik layar televisi kecil terdengar jelas di ujung telinganya. Wajahnya nanar dipenuhi dengan kekalutan yang mengambang batas perjalanan.Dari balik penglihatannya, Nevan bahkan menahan napas untuk beberapa saat. Sesuatu berbisik dalam kalbu yang tertanam, “Bodoh, jangan terlalu menampakkan dirimu pada orang lain. Hei, saudara sepupumu itu mulai mencurigainya,” bisik Cho Ye Joon di dalam tubuh Nevan.Respons yang tak bisa terhalang, ketika jiwa gumiho menguasai tubuhnya. Nevan terpelangah lebar ketika melihat jalanan tepat di tengah-tengahnya.Tin! Tin!“Kak Nevan kenapa sih? Tuh, mobil di belakang udah marah-marah,” keluh Delia—adik sepupunya Nevan.“Oh, iya maaf, Del,” sergah Nevan kembali menginjak pedal gas untuk melaju.Beruntungnnya, emosi perlahan sudah dapat dikendalikan oleh Nevan. Jika ti
Read more
Rencana yang tidak terduga.
          Dari beberapa gadis yang memandang wajah Nevan benar-benar memicu pesona menawan dari ujung penglihatan. Kini, tubuhnya berdiri tegak tepat di samping Delia berada.“Guys, kenalin nih kakak sepupu gue!” sebut Delia dengan lantangnya.“Wah, punya sepupu nggak bilang-bilang lu Del,” gerutu dari salah satu gadis.Nevan melirik ketiga gadis yang terlihat salah tingkah dengan dirinya. Masing-masing melebarkan sayap-sayap senyuman ke arahnya dengan penuh tanda manja.“Del, apa-apaan lu!” gerutu Nevan mencubit ujung lengan si sepupu.Delia berbalik menatap Nevan dengan mendelik lebar ke arahnya, kesal karena merasakan cubitan semut yang sedikit perih. “Hei!” geramnya.“Aku tidak ingin berlama-lama,” bisik Nevan.“Tenang saja! Cuma beberapa jam,” ungkap Delia menarik lengan Nevan untuk menduduki karpet yang sudah terb
Read more
Terakhir di hari ulang tahunnya.
          Suara yang menyorakkan ruangan gelap, kini mulai menyala dengan terangnya. Nevan terpelangah ketika dirinya berhadapan dengan orang-orang yang termasuk dekat dengannya. Bellona dan Felix yang menjadi dua sahabat sudah merencanakan hari ulang tahun tanpa ia ketahui. Delia terkekeh di balik punggung dirinya dengan menutup mulut yang hampir pecah melebar. Nevan membalikkan badannya sembari melirik raut Delia—si sepupu yang menahan tawa kelakarnya. “Kalian sudah merencanakan ini sebelumnya?” tanyanya penasaran. Delia tidak mengacuhkan ucapan Nevan, ia pun segera bergegas mendekati para keluarga beserta sahabat. Di hadapan dirinya, mereka pun mendekat dengan membawa sebuah kue ulang tahun berwarna cokelat. “Ibu?” sapa Nevan melirik wajah sang ibu yang mulai terlihat tawa kecilnya. “Hahaha, ternyata kau tidak tahu dengan hari ulang tahunmu?” sebut ibunya dengan kekehnya. Nevan mu
Read more
Perjalanan musuh.
#Selamatmembaca!Nevan tidak mengacuhkan lagi orang yang ada di balik punggungnya. Kini, Bellona dan Felix saling memandang heran sembari mengikuti langkah lelaki yang sekarang lebih terlihat dingin dari biasanya.“Yuk ah!” ajak Felix meraih bahu kawannya.Keduanya memasuki ruangan, dimana keluarga Nevan sudah berkumpul di tengah ruangan sembari menatap kue ulang tahun yang masih menyala terang.Nevan memperhatikan kedua temannya, di salah satunya adalah si kekasih hati.“Nah, ayo sekarang kita liat Nevan niup lilin buat umurnya yang udah masuk ke 24 tahun,” sebut Haris—ayahnya Nevan.Nevan mendekati ke sekeliling keluarga termasuk adik sepupu. Dengan tepuk tangan beserta nyanyian happy birthday bersama tiup lilin. Nevan pun mulai merasa kurang nyaman.“Aduh, ibu dan ayah bikin Nevan malu aja!” gerutunya sambil meraba bagian belakang leher.Rautnya sedikit khawatir ketika dirinya harus
Read more
Jaga malam.
 “Tidaaakk!!”Keduanya berteriak keras hingga memecahkan hutan sekitar menjadi deru angin yang meluas. Dedaunan bergerak-gerak cepat dalam sesaat ketika suara itu melengking nyaring.Iblis hitam itu kembali memasuki tongkat sakti milik si Go Jo Woo dengan ganasnya. Kedua orang itu tampak kikuk setelah bertemu dengan wujud iblis kembali.Napas yang tersengal-sengal karena takut sekaligus khawatir. Gerakan detak jantung kini tak beraturan hingga tak sesuai tempo yang dibutuhkan.Go Jo Woo kembali menegakkan tubuhnya ketika melihat tongkat itu berdiri tegak, lalu terjatuh dengan sendirinya.Whuuush!Angin kencang menyapu sekali mereka ketika tongkat itu terlepas dari hadapannya. Jatuh ke atas tanah tepat di hadapan mereka.Angin berhenti bertiup layaknya perintah dari tuannya. Jeong Chin Mae memberanikan diri untuk mendekati tuannya dengan sebuah sapaan.“Tuan,” panggilnya.Go Jo Woo yan
Read more
Manik Rubah yang terlihat di matanya.
          Nevan terkinjat ketika dirinya berkata demikian. Akan tetapi, tubuhnya kembali beranjak ke kursi kemudi dengan pandangan melurus ke jalanan. Bellona mulai mencurigai dirinya ketika situasi yang sempat menjadi agak canggung. Bellona mengerutkan kening lalu memperhatikan segala raut dari wajah Nevan. Nevan mulai berkata dengan dirinya dari dalam jiwanya. “Hei, kenapa kamu nyuruh aku ngucapin itu?” keluhnya. Bellona terpelangah ketika dirinya masih terdiam. “Nevan?” panggil Bellona perlahan. Nevan masih saja terdiam, seolah-olah memikirkan hal sesuatu yang memenuhi pikirannya. “Nevan?” panggil Bellona lagi. Nevan terkinjat setelah panggilan untuknya secara berulang-ulang kembali. Ia pun spontan menoleh ke arah sang kekasih yang hendak menuruni mobil. “Oh!” sergahnya menatap Bellona. “Kamu kenapa? Kelereng apaan sih?” tanya Bellona terheran-heran. “Ah, nggak. Bi
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status