Semua Bab Lelaki Penjaga : Bab 31 - Bab 40
57 Bab
Dua puluh Delapan : Aku Menunggumu
 “Oh, diamlah,” tukas Jasmine, menepis debar-debar dihatinya.Edie nyengir dan meraih tangan Jasmine. Menggandeng gadis itu melewati kerumuman pengunjung yang ramai.  Di belakangnya, Jasmine menatap tangan mereka yang bertautan. Jemari Edie menggenggam kuat jemarinya yang pucat. Hati Jasmine menghangat. Diam-diam ia menatap postur Edie dari belakang dan bertanya-tanya.Bisakah ia mengembalikan hatinya seperti dulu? Bisakah ia menatap Edie tanpa debar-debar jantungnya yang tidak masuk akal?Edie seringkali datang berkunjung ke rumahnya, tapi biasanya pemuda itu lebih banyak diam. Setiap kali datang Edie akan membantu Jasmine melakukan pekerjaan rumah yang tidak sempat dilakukan Jasmine. Mulai dari mengecat, membenarkan genteng, mengecek listrik dan semuanya. Beberapa kali Jasmine pulang kerumah dan menemukan Edie sudah selesai membersihkan seluruh rumput dipekarangannya.Edie tak pernah mau menerima bayaran uang dariny
Baca selengkapnya
Dua Puluh Sembilan :  Gadis Yang Kau Tunggu
 Jasmine termangu. Ingatannya melayang saat bagaimana Edie menolongnya tempo hari, juga saat menghiburnya, memeluknya. Saat itu ia mulai menyadari cara pandang dirinya pada Edie berubah. Seolah untuk pertama kalinya ia melihat, sekali lagi ia bertemu dengan Edie. Edie yang sama namun juga berbeda. Tapi… apakah Edie merasakan itu?“Aku… aku tidak mengerti apa yang sedang kau bicarakan.” Edie menatapnya lama sebelum bangkit. “Aku akan bayar dulu.”“Aku akan membayarnya.”Edie menahan tangan Jasmine dan menggeleng, “Aku bilang aku yang mentraktirmu.”Jasmine hanya mengawasi pemuda itu membayar makanan mereka dengan perasaan tidak keruan. Tiba-tiba saja Edie terlihat menonjol diantara semua orang. Posturnya yang tinggi dan wajahnya yang tampan membuatnya menjadi pusat perhatian gadis-gadis yang kebetulan lewat didekat mereka.Setelah dipikir-pikir, Edie selalu menja
Baca selengkapnya
Tiga puluh : Wanita Terlarang Itu
 Edie membuka pintu mobil dan melesakkan dirinya ke belakang kemudi. Ia mengusap wajahnya frustasi. Ada perbedaan antara jatuh cinta sepihak dengan cinta yang berbalas. Dulu, saat ia mencintai Jasmine dengan sembunyi-sembunyi ia cukup puas dengan melihat gadis itu dari jauh, atau diam disisinya dan menemaninya. Ia sudah merasa senang bila ia sudah bertemu gadis itu dan melihatnya baik-baik saja. Tapi sekarang, saat ia tahu Jasmine juga memiliki perasaan khusus padanya, jauh lebih sulit baginya untuk menahan diri dari keinginan menyentuh gadis itu.Ditariknya nafas dalam-dalam. Lalu diperhatikannya Jasmine yang masih berdiri di sisi mobil. Hatinya selalu terbelah dua saat memikirkan Jasmine. Ia tahu Jasmine terlarang untuknya. Ada saat-saat dimana ia memantapkan tekad untuk pergi menjauh, namun setiap kali mereka bersama, hal itu seringkali terlupa olehnya. Ia tak bisa mencegah dirinya untuk mencintai dan menyayangi gadis itu setulus hatinya. Jasmine
Baca selengkapnya
Tiga Puluh Satu : Dendam Seorang Ibu  
  Edie masuk ke apartemennya. Ia memijit-mijit tengkuknya yang pegal dan menaruh tasnya disofa begitu saja. Ia masuk ke kamarnya, mengambil ponsel dari atas nakas disisi tempat tidurnya. Ia menyalakannya dan membaca pesan-pesan yang masuk. Kemudian ia menghubungi seseorang.“Mia,” sapanya begitu panggilannya diterima. “Pak Edward, maafkan saya,” kata Mia sekretarisnya.“Ya, Cindy harus opname?”“Iya pak. Saya terpaksa ambil cuti beberapa hari. Tapi begitu bisa, saya akan secepatnya kembali.”“Oke, tidak apa-apa,” sahut Edie seraya keluar kamar lagi dan menuju dapur. Ia membuka kulkas. “Bagaimana kondisinya sekarang?”“Ini sudah mendapatkan obat dan infus sejak semalam jadi sudah lebih tenang dan bisa tidur.”“Baiklah. Liburlah sampai Cindi membaik.”“Terima kasih pak. Untuk baha
Baca selengkapnya
Tiga puluh dua :  Wanita Misterius
 Jasmine melirik jam dinding dikantornya.Sudah jam sepuluh lewat dan Edie belum nongol sama sekali diruangannya. Padahal biasanya jam sembilan dia sudah berada dikantornya.Apa Edie benar-benar marah padanya? Sepanjang ingatannya belum pernah Edie bicara begitu banyak seperti semalam.Besok usiamu sudah bertambah tua sehari lagi, daripada menyia-nyiakan waktu, terlalu banyak pertimbangan yang membuatmu susah sendiri, lebih baik segera tetapkan hati dan mulailah mencintaiku Jasmine menghela nafas panjang dan meluruskan tubuhnya. Setelah dipikir-pikir lagi kata-katanya memang sedikit keterlaluan. Selama ini Edie telah berbuat banyak padanya. Perkenalan mereka selama delapan tahun ini telah menjadikan mereka sebagai teman, saudara, dan juga penjaganya. Tanpa disadarinya, Edie selalu berada disisinya. Tapi… astaga. Tak pernah terbersit dalam pikirannya jika Edie menyukainya. Bukan sekedar menyukainya, melainkan suka
Baca selengkapnya
Tiga puluh tiga : Terbongkar
 Edie mengakhiri seminar hari itu dan berjalan bersama, Mia, yang datang tadi pagi-pagi sekali langsung dari rumah sakit setelah menunggui putrinya yang sedang sakit.“Mia,” kata Edie begitu mereka tiba dilantai tujuh di hotel dimana mereka menginap. “Kau istirahat saja dulu. Nanti setelah makan malam, kita akan kerja lagi.”“Tapi ada tambahan materi yang cukup banyak untuk besok. Bukannya kita harus membuatnya sekarang?”“Aku akan membuatnya sendiri nanti. Kemudian akan aku serahkan padamu via email saja. Kau baru saja begadang dirumah sakit. Aku sangat berterima kasih kau mau datang kemari pagi-pagi sekali. Kalau tidak aku akan kerepotan.”“Baiklah, terima kasih, pak. Oh, ya. Tadi ada telpon dari pak Julian dan meminta bertemu dengan bapak secepatnya. Beliau ingin membicarakan kelanjutan pembangunan mall itu.”Edie menghela nafas enggan, “Dia benar-benar membuatku pusi
Baca selengkapnya
Tiga Puluh Empat : Aku Mencintainya!
 Jasmine menatap rumah Edie yang tampak sunyi. Tidak tampak tanda-tanda ada penghuninya. Lampu teras juga masih menyala padahal hari sudah cukup siang.Jasmine tidak tahu apa yang akan dikatakannya pada pemuda itu, namun setidaknya ia harus tahu keadaan Edie. Sudah beberapa hari ia berusaha menghubunginya namun nomornya selalu tidak aktif.Tidak tahan lagi, hari ini pagi-pagi Jasmine sudah berangkat dan mampir kerumah Edie. Tapi rumahnya juga tampak sepi. Ia beberapa kali mengetuk pintu tanpa ada jawaban.“Edie? Kau didalam?”“Mencari siapa neng?”Jasmine menoleh, mendapati seorang ibu yang membawa kantong belanjaan dibelakangnya.“Saya mencari Edie, bu. Yang tinggal di sini.”“Oh, mas Edie? Sudah agak lama saya tidak melihatnya. Ini memang rumahnya. Tapi sebenarnya rumah ini jarang dihuni.”Alis Jasmine terangkat penuh tanya. “Benarkah?”“Say
Baca selengkapnya
Tiga Puluh Lima : Roller Coaster
 Hujan turun deras sekali disiang hari dan bertahan hingga sore hari. Jasmine merasa tubuhnya menggigil kedinginan saat keluar dari mobilnya dan naik ke apartemennya.Ia tahu bukan semata-mata karena hujan yang membuatnya menggigil. Harinya seperti melaju di atas roller coaster. Suasana hatinya naik turun karena memikirkan Edie. Disatu sisi, hatinya berdebar kencang dan berbunga-bunga karena pemuda itu. Namun disisi lain, saat ia ingat perbedaan mereka ada perasaan miris yang mengusik hatinya.Karena itu setelah menyelesaikan pekerjaannya ia memutuskan untuk segera pulang. Ada beberapa hal yang harus dikerjakannya dirumah, selain ia juga akan memikirkan semuanya dengan lebih jernih. Ia harus membuat keputusan terbaik untuk mereka berdua sebelum segalanya terlanjur jauh untuk mereka.Jasmine keluar dari lift dan terpaku. Astaga, jantung tuanya ini bahkan tidak menunggu lebih lama untuk berderap cepat saat melihat sosok yang menunggunya tepat
Baca selengkapnya
Tiga puluh Enam : Topeng
 “Selamat pagi,” sapa Edie keesokan harinya.Dengan jantung berdebar, Jasmine mengangkat wajah dari laptopnya dan menemukan Edie melangkah masuk kedalam ruangannya.“Selamat pagi,” sahutnya.Sama seperti pagi-pagi sebelumnya, Edie tampak formal dan sopan terhadapnya. Ia menaruh setumpuk surat dan paket di meja dan berdiri disana. “Ada yang harus saya kerjakan?”Jasmine hanya mengamati Edie. “Haruskah kau memasang topeng itu sekarang?”Edie tersenyum lebar. “Kau pikir tidak berat melakukan ini setiap pagi?”Jasmine tersenyum, “Benarkah?”“Mau tahu apa sebenarnya yang ingin aku lakukan tiap pagi setiap kali melihatmu disini?”Jasmine melihat sorot nakal dimata Edie. Ingatannya langsung tertuju pada ciuman panas mereka semalam. Astaga, ia tidak pernah menyangka ciuman akan membuatnya begitu bergairah. Kalau saja Edie tidak menahan diri
Baca selengkapnya
Tiga Puluh Tujuh: Menghentikan Waktu
 “Pak Edward yang minggu kemarin memberikan seminar property di Bali, bukan?”  Bapak itu menatap Edie ragu-ragu. “Saya sangat menikmati seminar itu dan…apakah saya salah? Sekilas memang tampak mirip tapi…”Jasmine dan Edie berpandangan. Jasmine mengangkat alisnya dan tersenyum. Sementara Edie merasa kakinya terasa mengambang diatas tanah.“Maaf, sepertinya bapak salah orang,” kata Jasmine menjawab ramah. “Dia bernama Edie. Bukan.... Edward.” “Oh, maaf kalau begitu.” Bapak-bapak itu pun berpamitan dan pergi.“Wah.... Edward? Apakah kau mirip orang bule?”Edie berdeham dan meminum air putihnya hingga tandas. Ia tersenyum kecut. Sementara Jasmine memperhatikan bapak-bapak yang duduk di meja tidak terlalu jauh dari mereka.“Kurasa kau benar-benar mirip dengan orang yang dimaksud bapak itu. Dia melihat kemari terus. Ah, aku tidak bi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status