All Chapters of Mata Batin: Chapter 11 - Chapter 20
63 Chapters
Penyerangan
Bara Sang PengembaraBab 11 "Ayo, kita siksa anak ini hingga mati berdiri. Gak tahu kita ini siapa. Sok banget ngelawan kita," ucap lelaki berpakaian coklat. "Dia cari mati!" Ilmu kebal tak asing lagi di Indonesia. Secara umum hal ini berarti suatu ilmu yang mempelajari bagaimana menjadikan tubuh seseorang menjadi tidak dapat dilukai oleh senjata.Manfaat ilmu kebal sendiri pada era kolonial banyak digunakan oleh para pendekar silat guna melengkapi kemampuan atau keterampilan di dalam bela diri.Namun di era modernisasi seperti sekarang ini, silat dan ilmu kebal sering digunakan untuk tindak kriminal dan premanisme."Kalian tidak memiliki ilmu kebal," ucap Bara tersenyum menyeringai. Melihat kelakuan mereka, ilmu yang mereka miliki bukan ilmu kebal seperti debus. Mereka telah berzina, meminum alkohol hingga mabuk. Pantangan bagi pemilik ilmu tersebut. "Sok tahu Lu! Kami tak bisa berdar
Read more
Merah dan Besar
Bara Sang Pengembara Bab 12"Siapa yang ganggu mereka. Kami hanya memberikan pelajaran yang setimpal," ucap wanita itu datar. "Kalian sudah membunuh mereka. Apa salah mereka?" "Mereka telah menganggu kami." Tersenyum sinis. "Tak ada yang menganggumu. Kamu yang membuat masalah." Bara menahan emosinya. Wanita bermata sipit tak memiliki perasaan."Keluarga mereka telah mengusik kenyaman kami! Tahu apa kamu!" "Apa yang mereka lakukan sehingga kamu begitu membenci mereka?" "Kamu tahu. Mereka sudah membunuh anakku dan memenjarakan suamiku." "Suamimu punya kesalahan dan harus dihukum." "Sok tahu kamu! Suamiku tak bersalah begitu juga anakku. Mereka' lah penyebabnya. Kalau saja mereka tak mengusik dan ikut campur. Hidup kami akan bahagia. Mareka telah melaporkan kami ke polisi. Memberitahukan keberadaan kami."Bara sudah menduga kalau wanita itu adalah keluarga pe
Read more
Raja Merah
Bara Sang Pengembara Bab 13Gigi runcing di wajah makhluk merah menancap di leher. Para anak buah Lea menjerit kesakitan dan meminta tolong. Apa ini hukuman untuk mereka yang telah menganut ilmu sesat."Astaga makhluk apa mereka?" Bergidik ngeri menatap makhluk yang lapar dan haus. "Berani juga kamu datang. Kalau kamu mati, aku adalah orang yang pertama menikmati tubuhmu. Kuhisap darahmu hingga tak tersisa. Ha ... ha ...." "Begitu percaya diri sekali kamu. Tak akan ada yang bisa mengalahkanku," ucap Bara lantang."Ayo kita buktikan kalau kamu bisa aku kalahkan. Bersiaplah!" Ia mengeluarkan asap berwarna hijau dari mulutnya. Seperti naga yang mengeluarkan api. Bara menghindari dengan melompat ke lantai atas. Tubuhnya menjadi ringan tanpa berat badan. Melompat ke segala penjuru. Makhluk itu menyerang Bara kembali dengan senjata berbeda. Mengeluarkan kelelawar kecil dari telapak tanga
Read more
Lea
Bara Sang Pengembara Bab 14  Sang Raja terbatuk-batuk mengeluarkan cairan hijau dari mulutnya. Uhk! Uhk!"Saatnya pembalasanku!" ucap Bara lantang. Membuka mata perlahan. Bola mata Bara berubah menjadi merah. Merasakan kekuatan lain dalam tubuh. Tangan terangkat. Sebuah bola kecil keluar dari telapak tangan, berputar-putar kencang. Melempar ke arah Raja Merah. Tubuh makhluk itu terisap ke dalam. Berteriak-teriak meminta ampun. Bara tak peduli, makhluk itu harus dibinasakan. "Argh! Ampun! Tidak!" Rasa panas menjalar ke dalam tubuh Raja Merah. Perlahan tubuhnya terhisap dan terbakar di dalamnya. Menjerit-jerit kesakitan, panas, sakit, dan perih." Tidak!" teriak raja untuk terakhir kalinya. Bara segera masuk ke raganya. Terlalu lama di dunia lain berbahaya bagi rohnya. Bara membuka mata perlahan. Sosok Harto berdiri di depannya. 
Read more
Bus
Bara Sang PengembaraBab 15 Bara sibuk di kandang kambing. Mengeluarkan beberapa kambing dan mengikatnya di pohon. Hanya tiga ekor yang diikat Bara. Sedangkan yang lain dibiarkan saja. Kambing yang lain akan kembali mendekati teman-temannya. Bara membersihkan kandang dari kotoran hitam bulat menumpuk serta rumput-rumput kering. Pekerjaan ini sering dilakukan Bara seketika di kampung. "Bara, ini uang gaji elu." Bang Malih memanggjlnya dan menyodorkan uang tiga puluh lembar berwarna merah ke arah Bara. Pemuda itu sedang memberikan rumput kepada kambing setelah kandang bersih. "Alhamdulillah, terima kasih, Bang." Membungkukkan tubuh hingga 90 derajat membentuk siku-siku. "Iya, sama-sama. Semoga berkah." Menepuk bahu Bara. Bara sengaja mengumpulkan gajinya selama 2 bulan. Kemarin meminta uang kepada bang Ms"Bang, boleh pinjem ponselnya?" Izinnya malu-malu. Ponsel Bara rusak akibat inside
Read more
Rumah Baru
Bara Sang Pengembara Bab 16Selama perjalanan, lelaki itu berbicara dengan temannya. Bara mendengar dengan jelas. Matanya terpejam, tapi telinga mendengar. Bus masih belum berjalan. "Kita harus segera sampai. Bos pasti marah. Dari tadi telepon terus," ucap salah satu dari mereka. "Boy, gua bilang bawa motor aja. Elu kaga mau." "Gua kaga punya SIM Jay. Elu tahu sendiri KTP gua belum jadi." Terkekeh sendiri. "Elu juga bukannya bikin. Umur dua puluh dua tahun kaga punya SIM. Badan doang gede takut sama polisi," ledek pemuda bernama Jaya. "Kayak kerjaan elu bener aja, Boy." Meninju pelan bahu temannya." Emangnya elu punya KTP?" "Punya, dong. NPWP aja gua punya." "Elu tahu sendiri, gua cuma lulus SD." "Tapi, jangan lalai juga. KTP itu penting. Kerja di Jakarta masa gak punya KTP." "Iya, besok gua bikin biar bisa kawinin Leha." "Alah, Leha janda ke
Read more
Gadis Itu
Bara Sang Pengembara Bab 17Boy mengantar Bara ke kamarnya, dekat bi Ijah. Kamar berukuran 2×7 sudah tersedia perabotan di dalamnya. Hawa dingin terasa di kulit setelah memasuki kamar tersebut.Bara memasuki kamar yang akan menjadi tempat tinggal. Menelusuri ruangan itu. Tak ada penampakan mencurigakan. Kamar terlihat bersih dan rapi. Bi Ijah selalu merawat setiap ruangan. Wanita itu sudah bekerja sejak tiga puluh tahun yang lalu. Kini, umur bi Ijah sudah kepala lima. "Ini kamar elu. Kamar gua sama Jaya di lorong. Kalau ada apa-apa. Samperin aja kita. Jam enam sudah bangun dan kumpul di dapur. Kamar mandi ada di dekat dapur. Di lorong juga ada. Kalau ada yang menyeramkan atau suara-suara. Abaikan saja." "Suara apa?" "Nanti elu tahu sendiri. Elu berani tidur sendiri' kan?" "Dia pasti berani emangnya elu," sindir Jaya berdiri depan pintu. Terkekeh meledek temannya. "Si
Read more
Figuran
Bara Sang Pengembara Bab 18"Sofie perkenalkan ini Bara. Orang yang akan menjagamu." Gadis bermata coklat menatap Bara tajam. Melangkah mendekati lelaki itu. Mengelilingi tubuhnya dan mencium aroma tubuh Bara dari kejauhan. Tersenyum menyeringai. "Aku Sofie, senang berkenalan denganmu." Menyodorkan tangan. Bara menyambut tangan lentik Sofie. Ia pikir akan bertemu gadis sombong. Ternyata, pikirannya salah. "Aku Bara." Mengenggam jemari Sofie. Tiba-tiba, mata Sofie membulat sempurna. Menatap Bara tak suka. Bola mata coklat berubah merah. Napasnya semakin cepat terlihat dari dada gadis itu.Suara tawa perempuan lain terdengar dari bibir Sofie. "Ha ... ha ... pergi kamu atau aku bunuh!" Ronald mendekati Sofie untuk menenangkannya namun, Sofie mendorong tubuh papanya hingga terhuyung ke belakang. Bara tetap mengenggam jemari Sofie. "Lepaskan ta
Read more
Hari Indah
Bara Sang Pengembara Bab 19 Bara meninggalkan bi Ijah dengan hati penasaran. Mengikuti langkah Sefia ke sebuah lorong rumah. Pemuda itu semakin penasaran. Apa yang terjadi di rumah ini. Sefia melambaikan tangan agar Bara mengikuti langkahnya ke sebuah tempat. "Mau ke mana gadis itu?" Pikir Bara. Menatap lorong gelap di belakang gudang. "Hei tunggu!" teriak Bara. Hawa dingin semakin menusuk tulang. Bara menghentikan langkahnya. Sebuah pintu berwarna merah terlihat di depan mata. Plak! Bara terbelalak, terkejut dengan pukulan di bahunya. "Bara, kamu kenapa?" tanya bi Ijah heran. Mendengar lelaki itu berteriak memanggil seseorang."Bi Ijah, itu ada gadis masuk ke pintu itu," tunjuk Bara ke pojok. Bara terkejut pintu itu tidak ada. Hanya tembok bercat putih. Ke mana pintu tersebut. Bara menoleh kiri kanan. "Pintu mana? Kamu menghayal. Ga
Read more
Teman Lama
Bara Sang Pengembara Bab 20 Bara memerintahkan supir untuk menghentikan mobilnya. Sang supir hendak menginjak rem. Namun, rem tak berfungsi. "Mas Bara, remnya tak bisa digunakan," ucap supir itu panik. "Injak terus remnya!" teriak Bara. "Gak bisa, Mas!" "Cari jalan aman. Kita masih di jalan tol dan keadaan masih sepi. Kurangi kecepatan dan tekan klakson agar pengemudi lain minggir." Supir mengikuti saran Bara. Menenangkan diri agar tak terjadi hal buruk. Bara berpindah tempat duduk ke belakang. "Mas, pasang selt belt ." "Selt belt, itu apa?" "Selt belt, sabuk pengaman. Itu tali dekat jok mobil." Supir berbicara menatap Bara dari pantulan kaca depan. Bara mencoba manarik sabuk pengaman dan mengunakannya. "Bukan seperti itu, Mas! untuk pemasangannya yang benar harus berada di pundak. Sedangkan yang di bagian bawah
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status