Semua Bab Aku Menyerah Menjadi Istrimu, Mas!: Bab 41 - Bab 50
148 Bab
Empat Puluh Satu
"Sayang, kamu kenapa?"    Purnomo cemas bukan main saat sosok istri mudanya mendadak lunglai dan hampir tumbang jika tak buru-buru ia pegangi.   Sementara dalam dekapannya, Mila terus menghela nafas berulang-ulang, berusaha meredakan gejolak batinnya yang menjerit meronta-ronta.    Ya, benarkah Calvin adalah putra kandung yang pernah dijual Heru pada sepasang suami istri yang butuh keturunan?   Dan pasangan suami istri itu ternyata adalah Mayang dan Purnomo, laki-laki yang saat ini telah resmi menjadi suaminya?   Ya, Tuhan. Mengapa dunia bisa jadi sesempit ini? Keluh Mila. Selama ini ia sering bertanya-tanya ke mana perginya putra yang pernah ia lahirkan dulu. Namun, tanpa ia duga-duga ternyata bayi itu sudah ada di depan matanya tetapi tak disadari karena kebodohan, keegoisan dan ketidakpekaan dirinya s
Baca selengkapnya
Empat Puluh Dua
"Jadi istri saya hamil dan sekarang keguguran? Benar begitu ya, dokter?" tanya Purnomo lemah. "Benar, Pak. Dan kita harus melakukan pembersihan rahim secepatnya supaya istri anda cepat pulih kembali. Gimana, Pak?" "Baiklah, dokter! Lakukan yang terbaik untuk istri saya. Masalah biaya tidak usah dipermasalahkan dok, berapa pun biayanya, akan saya sanggupi." "Baik, Pak. Kalau begitu, saya siapkan operasinya segera." "Terima kasih, dok. Tolong istri saya ya. Sudah bertahun-tahun saya mendambakan keturunan tetapi ternyata kenyataannya seperti ini. Hanya satu harapan saya, istri saya segera pulih kembali,  dan bisa hamil lagi, dok!" sahut Purnomo. Dokter mengangguk lalu mengaminkan doa dan harapan Purnomo. ***** Purnomo menatap lemah saat sosok Mila didorong menuju ruang operasi. Hatinya remuk redam tak karuan. Harapannya kandas. Namun, tak ada yang bisa ia lakukan selain pasrah karena semua sudah terlambat. Mila sudah
Baca selengkapnya
Empat Puluh Tiga
"Jadi, Nyonya beneran hamil? Alhamdulillah. Saya ikut seneng dan bahagia mendengarnya, Nya. Akhirnya Nyonya akan punya keturunan juga. Ya, Allah. Seneng mendengarnya, Nya. Kesabaran Nyonya akhirnya dibalas Allah dengan kebaikan seperti ini,"  pekik Bi Intan dengan ekspresi bahagia yang sangat saat Mayang pulang kembali ke rumah dan mengabarkan soal kehamilannya pada asisten rumah tangga setianya itu.Mayang tersenyum bahagia lalu memeluk sang bibi dengan haru biru."Makasih ya, Bi. Untung aja tadi Bibi udah ingetin saya buat cepet-cepet periksa ke dokter kandungan. Kalau nggak, mungkin sampai sekarang saya belum tahu kalau sedang hamil dan nggak jaga kesehatan. Makasih ya, Bi. Sudah ingatin saya," sahut Mayang terharu."Sama-sama, Nya. Walaupun sekarang hidup sendiri, saya pernah ngerasain hamil dan melahirkan. Dan tanda-tandanya seperti yang Nyonya alami beberapa hari ini sehingga saya yakin, Nyonya juga kemungkinan sedang mengandung. Oh ya, sudah berapa b
Baca selengkapnya
Empat Puluh Empat
Purnomo menatap layar ponsel dalam genggamannya lalu mengernyitkan keningnya. Arga? Ah, ia baru ingat hari ini ada janji bertemu dengan rekan bisnisnya itu untuk membahas suatu pekerjaan yang sedang mereka kerjakan sama-sama. Mungkin lelaki itu menghubunginya perihal itu.Cepat digesernya tombol terima panggilan pada layar ponselnya lalu menyahut.[Ya, Pak Arga, gimana? Jadi kita ketemu makan siang ini?] tanya Purnomo.[Jadi, Pak. Bapak di mana sekarang? Saya otewe ke Resto Cempaka sekarang kalau Bapak sudah ready?][Hmm, gimana ya, Pak, sepertinya saya nggak bisa sekarang. Soalnya istri saya pagi tadi masuk rumah sakit dan langsung operasi, Pak. Sekarang sudah di kamar perawatan, tapi nggak ada yang nungguin karena lagi gak punya ART, Pak.] sahut Purnomo lagi.[Oh, kalau gitu lain kali saja ya, Pak. Tunggu Bapak ada waktu dulu baru kita ketemu lagi?][Hmm, kalau Bapak mampir sebentar ke rumah sakit ini nggak bisa ya, Pak? Saya butuh berkas
Baca selengkapnya
Empat Puluh Lima
Hari ini Mila sudah boleh pulang ke rumah. Begitu sampai di rumah, Purnomo langsung menyuruhnya istirahat supaya lekas sembuh kembali seperti sedia kala.Di atas pembaringan, Mila membuka mulutnya."Mas, kita cari asisten rumah tangga baru ya, soalnya Bi Intan kan sudah ikut Mayang. Nggak mungkin kita nggak punya ART kan?" ujarnya saat Purnomo membantunya membaringkan tubuh di atas atas ranjang.Purnomo mengangguk."Ya, nanti mas carikan ART untuk bantu kamu di rumah," sahut laki-laki itu. Namun, Mila menggelengkan kepalanya. Ia berencana mencari asisten rumah tangga sendiri yang bisa diatur untuk menjalankan rencananya, melumpuhkan Purnomo diam-diam. Itu sebabnya ia ingin mencari ART sendiri. "Nggak usah, Mas. Biar aku aja yang nyari. Kebetulan aku punya kenalan orang yang biasa kerja rumah tangga," tolak Mila."Tapi kamu masih sakit, gimana caranya mau jemput dia ke sini? Biar mas aja yang nyari.""Tapi, Mas ... aku sudah meng
Baca selengkapnya
Empat Puluh Enam
 "Yuni, kenapa luka mbak ya? Kok basah gini?" tanya Mila dengan nada panik sambil mengamati telapak tangan yang basah oleh cairan dari luka jahitan di bawah perutnya. Dada wanita itu berdegup kencang, takut sesuatu yang buruk menimpa dirinya."Mana, Mbak? Lukanya infeksi kali ya? Ini juga ada darahnya. Kok bisa sih, Mbak?" Yuni justru ikut panik. Dibukanya blouse Mila lalu menatap bingung pelapis jahitan yang terlihat basah dan sedikit berbau."Itu dia yang mbak tanya! Aduh ...! Perut mbak sakit banget lagi! Ambilkan handphone mbak, Yun! Mbak mau hubungi Mas Pur dulu!" teriak Mila pada Yuni.Yuni mengangguk lalu buru-buru mengambil ponsel Mila di atas lemari. Begitu menerima ponselnya, bergegas Mila menghubungi Purnomo.[Mas, jahitanku sakit dan berdarah! Nggak tahu kenapa. Anterin ke rumah sakit yuk cepat. Aku nggak tahan lagi ini!] seru Mila saat panggilan tersambung.[Lho, kok bisa? Oke, kalau gitu mas pulang cepat! Tunggu ya.] jawab Purnom
Baca selengkapnya
Empat Puluh Tujuh
"Permisi, pasien darurat, Pak. Minta pertolongan segera," ujar Purnomo pada petugas yang berjaga di ruang Unit Gawat Darurat.Demikian juga Surya yang masuk ruangan dengan buru-buru dan menghampiri petugas yang sama."Pak, tolong ... klien saya tiba-tiba pingsan dan belum sadarkan diri sejak lima belas menit yang lalu."Mendapat laporan dua orang laki-laki yang sama-sama membawa pasien darurat dan butuh pertolongan segera, petugas tampak bingung. Namun, petugas itu kemudian segera menginstruksikan sejawatnya untuk sama-sama melakukan tindakan.Dua buah brankar kemudian didorong cepat menuju mobil di mana pasien berada.Mila yang sedang meringis kesakitan di jok depan mobil Purnomo dan Mayang yang ditidurkan di kursi tengah sambil dijaga oleh staf Surya langsung dipindahkan ke brankar dan didorong masuk ke ruang UGD.Purnomo yang tengah fokus pada kondisi Mila sama sekali tak mengenali Mayang yang terbaring tak sadarkan diri di atas brankar.
Baca selengkapnya
Empat Puluh Delapan
"Mana mas tahu itu anak siapa? Mayang kan sudah lama pergi dari rumah!" sahut Purnomo mengelak, pura-pura tak tertarik membahas soal pertemuan tak terduga mereka dengan sosok wanita yang pernah menghuni hidupnya itu yang lebih sebulan lalu pergi dari rumah. Padahal dalam hati lelaki itu gelisah dan ingin tahu bukan main.Ya, pertanyaan yang sama yang saat ini sepertinya tengah menggelitik benak Mila, anak siapa yang ada dalam kandungan Mayang itu?"Alah, Mas. Nggak usah pura-pura cuek dan nggak mau tahu begitu deh! Sekarang ini kamu pasti sedang mikir keras kan, yang ada di dalam rahim Mayang itu anak kamu atau bukan?" sergah Mila lagi dengan nada marah.Wanita itu memang merasa cemburu dan kesal bukan main. Di saat ia baru saja kehilangan rahimnya, Mayang yang selama ini dikabarkan mandul, justru katanya sedang berbadan dua. Siapa yang tidak keki dan iri hati?"Kok kamu jadi marah sama mas? Memangnya salah mas apa?" tanya Purnomo pura-pura tak mengerti m
Baca selengkapnya
Empat Puluh Sembilan
Purnomo menghembuskan nafasnya begitu keluar dari ruang perawatan Mila. Benaknya masih terngiang ucapan istrinya itu soal Mayang. Tapi apa yang akan dilakukannya pada anak yang saat ini berada dalam kandungan mantan istrinya itu ya? Apa ia harus mengejar kembali mantan istrinya itu dan menafikan ketakutan Mila, sebab wanita itu sekarang tak bisa lagi memberinya keturunan karena telah kehilangan rahimnya? Purnomo mengeluarkan ponsel dari saku celananya lalu mencoba menghubungi nomor telepon Mayang, tetapi ternyata nomor telepon itu sudah tidak aktif. Begitu pun akun whatsapp mantan istrinya itu juga hanya centang satu saat ia berusaha mengirim pesan. Ah, ke mana ia harus mencari Mayang? Sudah dua bulan sejak kepergian perempuan itu, ia tak berusaha untuk mencari tahu sebab berpikir tak butuh lagi keberadaan perempuan itu.  Namun, tern
Baca selengkapnya
Lima Puluh
"Saya Surya. Pengacara Ibu Mayang. Saya ke sini untuk mengecek kondisi Bu Mayang karena beliau klien saya. Jadi saya berhak memastikan kondisi kesehatan beliau karena beliau telah mempercayakan saya menangani kasus hukum yang saat ini sedang saya upayakan untuk menangani. Anda sendiri, ke sini mau apa? Di atas kertas, anda mungkin masih berstatus suami ibu Mayang, tetapi secara pribadi, Anda dan Bu Mayang mungkin sudah tidak bisa dikatakan suami istri lagi," sahut Surya sambil mengulurkan tangannya tetapi dengan kasar ditepis oleh Purnomo."Oh ya? Maksud, Anda? Pengacara? Ada apa dengan istri saya sampai harus menyewa jasa pengacara seperti Anda segala?" Purnomo makin bersikap ketus dan arogan."Hmm, begini. Jadi, Bu Mayang sudah menyerahkan perkaranya pada saya untuk ditangani. Dia ingin menggugat cerai Anda sebagai suaminya. Jadi, saya kira tidak usahlah bersikap pura-pura atau pun basa-basi lagi, Anda dan Bu Mayang mungkin tak lama lagi akan bertemu di pengadilan ag
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
15
DMCA.com Protection Status