Semua Bab Aku Menyerah Menjadi Istrimu, Mas!: Bab 51 - Bab 60
148 Bab
Lima Puluh Satu
"Kamu tahu Mila kehilangan rahimnya dan sedang sakit? Kamu tahu dari mana, May?" Purnomo memicingkan matanya."Nggak penting aku tahu dari mana! Yang jelas, aku nggak akan kembali lagi sama kamu, Mas. Jadi, silahkan pergi sekarang juga dari sini. Pergi!" seru Mayang dengan nada kalap."Oh, pasti kamu tahu dari lelaki ini bukan? Dia pengacara kamu sekaligus laki-laki yang membuat kamu berani minta cerai dari mas! Iya kan! Dengar, mas nggak akan pernah menceraikan kamu! Kecuali kamu bersedia menyerahkan bayi yang kamu kandung saat ini pada mas setelah dia lahir! Dengar itu, Mayang!" bentak Purnomo marah.Mayang pun membentak tak kalah marah."Apa? Menyerahkan bayi ini pada mas setelah dia lahir? Mas sudah gila? Tentu saja aku nggak akan menyerahkan bayi ini begitu saja sama mas. Nggak akan! Sekarang pergi mas dari rumah ini! Pergi!" Mayang keluar dari rumah lalu menghampiri sosok Purnomo dan mendorong tubuh lelaki itu supaya segera pergi tetapi
Baca selengkapnya
Lima Puluh Dua
"Mas, kamu dari mana? Kok lesu gitu?" tanya Mila saat Purnomo kembali ke rumah sakit. Dilihatnya suaminya itu menekuk muka, membuatnya penasaran."Nggak papa. Ada masalah pekerjaan aja di kantor tadi," sahut Purnomo berusaha menutupi kegundahannya akibat kejadian bersama Mayang tadi di mana pada akhirnya mantan istrinya itu mengalami keguguran yang menyebabkan harapannya untuk punya anak dari benihnya sendiri pun menjadi gagal."Kenapa? Ada masalah apa?" Mila masih merasa penasaran.Purnomo menggelengkan kepalanya."Nggak. Udah selesai kok. Nggak usah dipikirin. Oh ya kamu kapan boleh pulang sama dokter? Sudah tiga hari lho kita di rumah sakit," jawab laki-laki itu lagi mengalihkan pembicaraan.Purnomo memang sedikit bertanya-tanya, kenapa sudah tiga hari berada di ruang perawatan ini tapi belum ada juga kabar dari dokter kapan mereka boleh pulang.Ia sudah mulai bosan harus tidur di ruang perawatan rumah sakit ini. Ia ingin tidur di rumah d
Baca selengkapnya
Lima Puluh Tiga
Yuni mendekati sosok Purnomo lalu membelai kepala laki-laki yang tengah memejamkan mata itu tanpa menyadari Purnomo masih setengah sadar dan membuka matanya lalu menatap wajah Yuni yang terpampang di hadapannya dengan perasaan bingung dan bertanya-tanya. Apalagi saat merasakan belaian tangan ART itu di kepalanya."Yuni? Kamu ngapain?" Purnomo membuka suaranya.Yuni yang baru menyadari perbuatannya ternyata diketahui Purnomo dan tidak menyangka jika laki-laki itu ternyata masih belum tertidur, menghentikan gerakannya lalu bersurut perlahan."Ma-maaf, Pak. Sa-saya tidak sengaja," ujarnya sambil menarik tangannya dari genggaman tangan Purnomo tetapi lelaki itu tak mau melepaskan, justru menahan dan kemudian menarik tangan gadis itu makin dekat hingga tubuh mereka menjadi tak berjarak.Sekarang gantian Yuni yang bingung. Taoi sebenarnya tidak benar-benar bingung karena gadis itu telah lama menunggu kesempatan seperti ini, Purnomo merespon perlakuannya.
Baca selengkapnya
Lima Puluh Empat
"Mas? Ini aku, Mila, Yun! Kamu manggil mas Purnomo dengan panggilan mas? Sejak kapan? Bukannya biasanya kamu manggil Bapak?!" tanya Mila dengan nada marah dan curiga saat telah berhasil meredakan rasa kagetnya pada Yuni yang barusan memanggil Purnomo dengan panggilan 'mas'.Di depannya, Purnomo menegakkan kepalanya dan mengernyit kaget saat mendengar perkataan Mila pada Yuni. Apa barusan Yuni telah menyapanya dengan panggilan 'mas' sehingga membuat Mila semakin menaruh rasa curiga? Ah, gawat kalau begitu, bisa marah dan mengamuk habis-habisan setelah ini kalau istrinya itu sampai tahu hubungannya dengan Yuni saat ini.Bukan apa-apa, ia hanya tak mau ribut dengan Mila sekarang. Nanti saja kalau ia sudah siap dengan keributan yang jauh lebih besar lagi saat ia akan meminta izin untuk menikah lagi pada istrinya itu. Sekarang ia ingin tenang dulu karena Mila juga baru saja menjalani operasi."Eh, oh ini Mbak Mila ya? Maaf mbak, aku kira tadi mas ... eh Pak Purnomo.
Baca selengkapnya
Lima Puluh Lima
"Kamu diam aja dan patuhi saja semua perintahku supaya selamat, Mila. Mas pria bebas dan masih sangat merindukan keturunan. Kamu bisa mengerti maksud mas bukan? Sebenarnya mas tidak ingin membicarakan hal ini secepat ini, tapi kamu terus memaksa. Jadi ... apa daya. Mas terpaksa mengatakan ini semua sama kamu supaya kamu tahu. Mas akan mencari ibu baru untuk anak-anak mas! Dan perempuan itu bisa saja Yuni atau pun perempuan lainnya!" ucap Purnomo tegas tanpa keraguan sedikitpun sambil menatap Mila dengan tatapan tajam.Mendengar kalimat yang keluar dari mulut lelaki di depannya itu, Mila menggigit bibir. Jantungnya bergolak tak karuan. Pengakuan Purnomo telah sukses membuat hatinya terkoyak. Ia tak mengira rasa cinta lelaki itu padanya ternyata hanya sebatas memperoleh keturunan saja. Saat ia tak mendapatkan itu darinya, saat itu juga Purnomo berpaling darinya. Semudah itu. Padahal selama ini ia mengira Purnomo cinta mati padanya dan bersedia melakuka
Baca selengkapnya
Lima Puluh Enam
"Suster, tolong! Istri saya mau melahirkan!" ujar Arga panik sambil memanggil perawat berbaju putih-putih yang tengah berada di unit instalasi gawat darurat."Oh, istrinya di mana, Pak? HPL-nya kapan?" Suster yang tengah berjaga di ruangan itu menanggapi dengan sigap."HPL-nya sebenarnya masih bulan depan, Sus. Tapi nggak tahu kenapa, barusan istri saya mengalami kontraksi hebat," terang Arga."Oh, apa ada kemungkinan prematur ya? Baik, Bapak tenang dulu. Sekarang ibunya di mana? Kita akan bawa masuk untuk diperiksa ya, Pak." Suster itu kemudian meminta rekan sejawatnya untuk menyiapkan brankar dan memindahkan pasien dari mobil ke ruang IGD.Andin yang sudah kesakitan dan sudah mengeluarkan cairan ketuban dari dalam rahimnya berkali-kali mengeluh kesakitan. Baru kali ini ia mengalami hal seperti ini, melahirkan sebelum cukup bulannya. Namun, sepertinya itulah yang akan terjadi.Wanita itu kemudian dengan cepat dipindahkan ke ruang kebidanan karena
Baca selengkapnya
Lima Puluh Tujuh
"Pak Arga!" Purnomo memanggil. Diulanginya lagi sampai sosok Arga menoleh dan mengernyitkan keningnya saat melihatnya berada di rumah sakit yang sama."Pak Purnomo? Siapa yang sakit?" tanya Arga sambil mendekati Purnomo dan tersenyum sambil mengulurkan tangannya memberi salam."Istri saya. Kemarin jahitan bekas operasi pengangkatan rahimnya bermasalah jadi kemarin ini dijahit lagi. Bapak sendiri siapa yang sakit?" tanya Purnomo."Istri saya, Pak.. Kemarin habis melahirkan," sahut Arga sambil tersenyum bahagia."Oh, sudah melahirkan istrinya ya, Pak? Wah ... wah ... wah selamat ya. Apa jenis kelaminnya, Pak Arga?" Purnomo ikut gembira."Laki-laki, Pak. Alhamdulillah, sesuai keinginan kakak-kakaknya," sahut Arga lagi."Kakak-kakaknya?"Arga mengangguk. "Kakaknya 'kan dua orang perempuan. Jadi, mereka ingin punya adik laki-laki. Alhamdulillah dikabulkan Tuhan, Pak Pur.""Oh." Purnomo manggut-manggut. "Kalau begitu, sekali lagi sel
Baca selengkapnya
Lima Puluh Delapan
 "Baiklah, aku hanya minta Mas beri aku uang, membangunkan rumah, memberiku mobil dan asisten rumah tangga serta sopir. Mas akan menikah lagi. Nggak mungkin aku terus berada di rumah ini sementara mas sudah punya istri lagi. Terserah mas mau mempertahankan aku sebagai istri atau tidak, tapi yang jelas, aku tidak bisa tinggal bersama dengan Yuni lagi. Aku tahu mas punya kekayaan yang cukup. Jadi, berikan sebagian buatku. Setelah itu aku akan menandatangani berkas permohonan poligami yang mas ajukan dengan sukarela. Oke?" jawab Mila sambil menatap Purnomo.Mendengar persyaratan yang wanita itu ajukan, Purnomo menghela nafas. Syarat itu cukup berat. Selain dia belum ingin berpisah dengan Mila, ia juga tak cukup punya uang untuk membangunkan istrinya itu rumah baru dan membeli mobil. Harta kekayaan yang ia miliki meskipun masih cukup banyak, tetapi semuanya masih atas nama ia dan istri pertamanya, Mayang.Kalau ia alihkan sebagian aset itu atas nama Mila sekar
Baca selengkapnya
Lima Puluh Sembilan
Mila berjalan mendekati jendela kamar dan membuka gorden saat mendengar deru halus mobil Purnomo baru saja memasuki halaman rumah. Perempuan itu lantas melirik jarum jam yang tergantung di dinding kamar dan mendapati hari ternyata sudah pukul sepuluh malam. Purnomo memang biasa keluar malam. Tak heran jam segini baru pulang, apalagi tadi siang lelaki itu mengatakan akan mengurus berkas izin poligami yang harus ia tanda tangani segera nanti. Teringat akan berkas itu, Mila pun mengulum senyum. Sekelebat rencana sudah ada di kepalanya sedari tadi. Ya! Ia tidak akan menandatangani berkas itu semudah yang diinginkan Purnomo. Ia akan menggunakan cara apa saja untuk membuat posisi mereka berimbang. Ia akan menandatangani berkas itu asalkan Purnomo juga bersedia memberikan apa yang ia inginkan sebagai syarat kesediaannya memberikan tanda tangan. Itulah yang sedang ia pikirkan saat ini. 
Baca selengkapnya
Enam Puluh
Setelah Purnomo menutup kembali pintu kamarnya, Mila membuka matanya lalu bangkit dari tempat tidur.Tadi saat ia mendengar langkah kaki suaminya itu mendekati kamarnya, wanita itu memang buru-buru naik ke atas tempat tidur dan menarik selimut, pura-pura sudah terlelap.Ia berencana membuat suaminya dan Yuni mengira ia sudah tidur. Ia ingin kedua orang itu menganggapnya tak melihat dan lantas berbuat yang tak seharusnya mereka lakukan di belakangnya. Nanti saat dua orang itu tengah terlena, ia akan mengabadikan apa yang mereka lakukan dan menjadikan itu sebagai senjata untuk mengancam mereka. Setelah lewat setengah jam dan aktivitas di dapur yang dilakukan Purnomo dan Yuni sepertinya sudah selesai, Mila pun buru-buru membuka pintu kamarnya dengan gerakan hati-hati.Dengan langkah kaki perlahan, ia kemudian mendekat ke arah kamar tidur Yuni. Semakin mendekat semakin jelas ia bisa mendengar suara-suara khas sepasang manusia yan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
15
DMCA.com Protection Status