Semua Bab Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga: Bab 101 - Bab 110
114 Bab
Kedatangan Fitri
Hari ini Alif pulang dari rumah sakit, anak itu masih menggunakan kursi roda. Kaki Alif yang patah sudah dipasang pen, hanya saja luka operasi belum sembuh, jika sudah sembuh maka diperbolehkan memakai kruk dan rutin menjalani terapi. Alif terlihat begitu senang, apalagi Romi membelikan kursi roda otomatis, bisa berjalan sendiri dikendalikan sebuah tombol tanpa perlu didorong lagi. Siang itu mereka makan siang bersama dengan memesan menu dari sebuah Restoran.  Bunda Asti mengatur ruang tengah sebagai tempat jamuan dengan memasang meja makan yang cukup besar bisa menampung dua puluh orang. Semua pegawai rumah, sopir, satpam dan pengawal diajak makan, sayangnya pembantu rumah hanya tinggal Bik Wati karena 2 orang pembantu lainnya sudah tidak bekerja lagi karena menikah, namun walau demikian Rahma dan Bunda Asti turut turun tangan membantu pekerjaan rumah. "Tante Fitri!!" pekik Alif ketika melihat sosok wanita muda berjalan di sebelah Romi yang menenteng se
Baca selengkapnya
Ucapan Bunda Asti mempengaruhi Bastian
"Ini anak hasil perzinahan kamu? Kenapa duduk di kursi roda?" tanya Bastian ditujukan kepada Rahma.Rahma yang sedang memotong daging steak untuk Alif, spontan menghentikan aktivitasnya dan menatap Bastian dengan tajam. Semua orang yang hadir sangat terkejut mendengar perkataan Bastian."Mas! Jaga bicaramu! Ada anak kecil di sini. Kalau kau tidak suka di sini, pergi saja sana!" bentak RahmaRahma benar-benar tak suka dengan perkataan Bastian. Fitri segera memegang kanan Rahma. Wajah Bastian seketika menegang, sorot matanya tajam, baru kali ini dia merasa dibentak oleh seorang pembantu, mukanya memerah menahan semua kekesalan dan emosi."Sabar, Mbak. Jangan emosi," ujar Fitri."Astagfirullah ...," ucap Rahma sambil mengelus dada."Ini, siapa lagi? Adik kamu?" tanya Bastian lagi menunjuk Fitri."Ini, calon menantu Bunda. Calon istrinya Romi," kata Bunda mengenalkan Fitri."Ooo, kau sudah punya pacar rupanya, Rom. Kenapa pacarmu k
Baca selengkapnya
Rahma diusir
Bastian masuk kantor dengan beban berat, selama dua hari dia hanya berkutat dengan mempelajari berkas perkembangan perusahaan terbaru."Pak, saya ijin keluar kantor sebentar," kata Adam sekretarisnya."Mau ke mana?""Keluar ada keperluan sebentar, nanti saya balik lagi," katanya"Baiklah."Adam segera meninggalkan ruangan Bastian, dia menuju ke lobi kantor, di sana Pak Andre sudah menunggunya. Bastian merasa jenuh, dia segera menatap ke luar gedung, ruangannya langsung menghadap tempat parkir, dilihatnya Adam dan Pak Andre pergi bersama dalam satu mobil.****Hari sudah menunjukkan jam dua siang, Bastian ingin pulang sebentar untuk makan siang. Dia benar-benar tidak berselera makan di kantor. Dia ingin istirahat sebentar, entah kenapa dia sering kelelahan.Sesampainya gerbang rumah nampak Pak Andre, Adam dan beberapa orang pria baru keluar dari rumah, Romi dan Rahma mengantar mereka sampai teras depan."Sial ... mereka m
Baca selengkapnya
Biasa memakan nasi goreng Rahma
"Rahma! Kamu apa-apaan? Kenapa kamu akan pergi dari rumah ini?" seru Bunda Asti."Biarlah, Bun ... dia tadi diusir sama Bastian. Biarkan dia menepi dari kehidupan Bastian dulu, kasihan dia sedang hamil nanti stres pula ngadepin Bastian yang bawaannya suudzon terus sama Rahma," ujar Romi"Benar kata Bang Romi, Bun," kata Rahma masih mengepak alat kosmetiknya."Kalau gitu Bunda ikut, ya?" kata Bunda Asti antusias."Kumohon Bunda dan Bang Romi tetap di sini menemani Mas Bastian, ya?""Mbak, barang-barang Alif sudah semua diangkut ke mobil." Fitri datang memberitahukan."Makasih ya, Fit. Barangmu juga jangan lupa," kata Rahma."Oke, siip. Kuambil dulu ya?" Fitri segera berlari ke kamarnya mengambil barang-barangnya."Fitri dan Alif juga ikut?" tanya Bunda."Iya, Bun ... Bunda kumohon, tetaplah di sini, ya? Kalau Bunda kangen kami, Bunda datang saja ke rumahku minta antar Pak Yadi." Rahma merengkuh tubuh Bunda Asti."B
Baca selengkapnya
Bastian mulai menyesal
Bastian ke kantor dengan mood yang buruk, harusnya aku senang wanita pengganggu itu sudah pergi, tetapi aku malah bad mood sekarang, keluhnya dalam hati."Selamat pagi, Pak," sapa AdamBastian menatap Adam dengan pandangan tidak suka, menurutnya Adam juga termasuk penghianat diam-diam telah membantu wanita itu."Ada apa?" katanya ketus.Jika sudah ada bukti kuat, kupecat kau penghianat, batinnya."Pak, ada beberapa supplier yang ingin menemui Bapak," kata Adam."Supplier?" tanya Bastian tidak mengerti."Supplier di plaza kita, Pak. Mereka dari produsen keramik, granite, roof dan rangka baja," kata Adam lagi."Ooo suruh saja mereka masuk""Mereka sudah menunggu di ruang rapat, tidak muat di ruangan ini," kata Adam"Memangnya seberapa banyak mereka?" kata Bastian."Mari, Pak .. kita keruang rapat," Adam tidak menjawab perkataan Bastian malah mempersilahkan Bastian ke ruang rapat.Sampai ruang rapat, ad
Baca selengkapnya
Penyesalan Santi
"Ini Pak rumahnya," kata Yadi"Kamu yakin ini rumahnya?""Yakin dong, Pak. Saya sudah sering kemari mengantar Bu Rahma. Ini rumah peninggalan Almarhum Ayahnya, Pak." "Oo" hanya itu yang keluar dari mulut Bastian.Bastian tidak menyangka kalau Rahma memiliki rumah warisan yang begitu mewah, berarti benar kata Bunda, Rahma anak orang kaya."Pak Yadi pulang saja, saya tidak mau Rahma mengetahui saya datang jika pakai mobil," kata Bastian,Sebenarnya dia hanya ingin tahu ada perlu apa Santi menemui Rahma, jika dia masuk memakai mobil, pasti tidak bisa menyelidiki semua itu."Terus Bapak nanti pulangnya bagaimana? Atau Bapak mau menginap?" kata Yadi tersenyum simpul."Nanti kukabari." Bastian segera turun dari mobil dan memencet bel pagar.Dari dalam muncul seorang Satpam dan segera membuka pintu pagar 
Baca selengkapnya
Kesayanganku
Yadi datang setelah lima tujuh menit berlalu. Bastian segera masuk dan duduk di sampingnya."Kita mau ke mana, Pak?" "Ke cafe atau apapun, cari tempat sepi buat mengobrol," kata Bastian."Bapak janji mau bertemu seseorang?" "Tidak, saya hanya ingin membicarakan beberapa hal denganmu.""Tentang masalah apa, Pak?" ucap Yadi, dia merasa kuatir, selama ini Bosnya tidak pernah ingin berbicara dengannya, apakah ini soal pekerjaannya?"Tidak perlu kuatir, ini bukan tentang kamu, ini tentang diriku sendiri," kata Bastian seolah tahu apa yang dipikirkan Yadi.Yadi tersenyum lega, dia segera membawa bosnya di warung Bakso di dekat taman. Mereka memilih duduk di bangku taman yang agak sepi."Ada apa, Pak?" tanya Yadi membuka percakapan."Yadi ... Aku mengenalmu, kau sudah bekerja pada Papa berapa lama?" tanya Bastian memastikan."Sudah hampir dua tahun, Pak. Makanya Bapak mengenal saya, Bapak hanya lupa peristiwa
Baca selengkapnya
Bekal untuk Bastian
Hari ini terpaksa Bastian menghubungi Romi, untuk mengantarnya menjemput Rahma. Dia menduga Romi akan mengejeknya habis-habisan tetapi ternyata tidak. Saudaranya itu malah antusias menemaninya, dia berulang kali bersyukur karena Allah telah menyadarkannya.Sesampainya di rumah Rahma, Romi segera menyampaikan maksudnya disaksikan Fitri, sedang Bastian hanya menundukkan kepala tidak berani menatap kedua wanita itu."Maksud Abang ke sini mau menjemputmu, Rahma. Pulanglah ke rumah suamimu sekarang, dia memintamu. Iya kan, Bas?" Bastian hanya mengangguk pelan."Kok Bang Romi yang bilang? Kenapa bukan suaminya langsung," kata Fitri.Mendengar perkataan Fitri, Bastian spontan mendongakkan kepalanya menatap kedua wanita di hadapannya dengan tatapan jengah."Iya, pulanglah." Hanya itu kata yang mampu terucap dari bibir Bastian. "Apa? Cuma gitu? Kemaren waktu ngusir panjang lebar, gak ada permintaan maaf, gitu? Apa ...," gerutu Fitr
Baca selengkapnya
Hujan Romantis
"Rahma, kamu kenapa, Sayang?" seru Bunda Asti ketika melihat Rahma muntah-muntah di kamar mandi."Nggak tahu, Bunda. Perutku rasanya mual banget," kata Rahma."Ya, Ampun ... Kamu sudah mulai emesis. Ya sudah kamu istirahat saja, tidak usah ikut belanja. Nanti biar Bik Wati menemanimu." "Iya, Bunda ... Aku gak bisa ikut, takutnya mualku kambuh di sana."Ketika mau berangkat, Alif ternyata bersikeras untuk ikut. Rahma meminta Bik Wati agar ikut belanja bersama mereka, untuk membantu keperluan Alif. Walau Romi dan Fitri bersikeras mereka yang akan menjaga Alif, namun Rahma ingin agar pasangan muda itu lebih bebas menjalin kedekatan diantara mereka.Setelah mereka pergi, Rahma hanya berbaring di ranjang sembari membaca novel.****Setelah jam makan siang tiba, Bastian tidak sabar membuka bekal makan siangnya. Setelah dibuka, aromanya tercium begitu sedap
Baca selengkapnya
Kau Istimewa
Suasana sore itu membuat mereka tertidur sambil berpelukan. Semua baju basah mereka ditumpuk di kamar mandi. Rahma terjaga dari tidurnya setelah mendengar suara ramai.'Ah, mereka pasti sudah pulang dari belanja,' batinnya.Rahma segera bangkit dari pembaringan dan memakai pakaian lengkap, tak lupa memakai jilbab kaosnya. Diperhatikan dengan seksama suaminya yang tengah terlelap dengan tubuh ditutupi selimut tebal. Rahma harus segera ke kamar lelaki itu untuk membawa baju ganti. Dia segera keluar dari kamar tak lupa mengunci kamarnya dari luar."Alif sudah pulang?" tanya Rahma antusias melihat putranya tengah membawa mobilan remot."Bunda, lihat deh. Om Romi membelikan Alif mobil-mobilan remote," serunya "Iya, bagus ya? Sudah bilang terima kasih belum?" "Sudah.""Sekarang Alif mandi, sudah itu salat Ashar. Selanjutnya makan ya?"
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status