Semua Bab Holiday to Wedding Day: Bab 41 - Bab 50
93 Bab
Jangan Sampai Kecolongan
Sejak saat itu, tragedi ciuman Aldert yang ke dua kemarin lusa, aku mewajibkan diri untuk lebih berhati-hati dan waspada. Jangan lengah sedikit pun apalagi sampai kecolongan. Misalnya di rumah sepi, Tante Ariane berbelanja dan Om Frank sibuk bekerja di lantai tiga, aku menyibukkan diri di kebun bunga belakang rumah. Ya, walaupun hanya melihat-lihat saja, sih. Well, itu jauh lebih baik dari pada harus berdekatan dengan Aldert.  Kalau tidak di kebun bunga---waktu mereka menghadiri undangan makan malam teman sekantor Om Frank---aku menyibukkan diri dengan  laundry. Meskipun selama ini sangat jarang terhubung dengan mesin cuci, jemuran atau setrikaan tapi aku merasa jauh lebih aman. Wah, tak terasa aku menyelesaikan semuanya hanya dalam waktu satu setengah jam. Mulai dari memasukkan semua pakaian koto
Baca selengkapnya
Cinta Beracun?
"Oh, Hill … Sekarang Tante Arianenya ada?" terdengar panik, Mama langsung merespons luapan isi hatiku yang mengandung badai Tornado.  "Biar Mama atasi masalah ini, segera. Tolong kasih ponsel kamu ke Tante Ariane, ya?" Aku melongok ke luar kamar, memastikan kalau Tante Ariane masih menyusun belanjaan di lemari persediaan, samping ruang laundry. Oh, aku memang selalu beruntung. Pucuk dicinta ulam pun tiba. "Sebentar ya, Mama?"  Suara Mama terdengar sedih tapi aku tak memperdulikan itu lagi. Terpenting Mama sudah tahu tentang semuanya dan sekarang lah saatnya mendapatkan pembelaan sekaligus perlindungan darinya. Malaikat tanpa sayapku yang baik budi, indah lisan, bening hati, jernih akal. Cantik lahir batin dunia akhirat. Yippie, kupastikan besok pagi waktu Den Haag, Frank family akan mengirimkan aku pulang ke Yogyakar
Baca selengkapnya
Semoga Happy Ending
Tak terpancing sedikit pun untuk terlibat pembicaraan dengan Aldert---jangan sampai lengah dan tersihir lagi---aku meninggalkan dia di ruang keluarga. Kembali ke tujuan awal, membuat sup sayuran plus makaroni. Sebentar lagi masuk waktu makan siang. Kalau melihat dari daftar menu sih, Frank family mau makan roti, salad dan jagung manis rebus.  Apa lebih baik mengikuti menu mereka saja, ya? Lagi pula aku masih dag dig dug menunggu hasil pembicaraan darurat antara Mama, Tante Ariane dan Om Frank. Takut kurang konsentrasi. Berbahaya sekali kan, karena harus melibatkan benda-benda tajam dan api? Ya, memang aku bukan Aldert si Crazy Brengsek Predator ganas yang bisa membakar bajunya sendiri, sih. Tapi, kan …? Ah, sepertinya selera makanku juga belum switched on, kan?  
Baca selengkapnya
Crazy Parent
"Hi, Hill?" sapa Arnold dengan nada gembira meskipun sempat terdengar tersentak. Hihihihi, dia pasti tidak menyangka kalau aku akan menelepon kan, Guys? Apa dia tidak tahu kalau aku masih merasa bersalah setengah mati? Oh, jangan-jangan benar kata Uta, laki-laki terlahir tanpa perasaan dan kepekaan? Wah, kalau benar, berarti … Eh tapi bagaimana ceritanya laki-laki bisa jatuh cinta dan menikahi pilihan hatinya? Dia juga bisa patah hati, kan? Nah, dari manakah datangnya perasaan itu? Hemmm, sepertinya Uta harus belajar lebih banyak laki tentang laki-laki, deh! "Is it you?"  Aku tertawa lirih. "Yes Arnold, its me." Arnold lalu menanyakan apakah aku baik-baik saja? Tentu saja aku mengatakan yang sesungguhnya. Selain sudah terlanjur
Baca selengkapnya
Rahasia Besar Mama
Kalau tidak ingat ini Netherlands yang jauhnya berpuluh-puluh ribu kilometer dari rumah, aku pasti sudah kabur. Lebih baik hilang ditelan bumi dari pada harus mengikuti permintaan Mama. Gila! Mama pasti tidak tahu kalau Aldert itu lebih ganas dari pada Tirex, kan?  "Hill, sebenarnya ada sesuatu yang harus Mama sampaikan sama kamu, Hill." kata Mama kemudian setelah sekian detik lamanya terdiam. Aku jujur saja sudah lebih dari meradang, nyaris sekarat tapi tak mungkin menghindar. Mau menghindar ke mana? Ya, kalau ini Yogyakarta sih, aku pasti sudah kabur ke rumah Eyang Putri di Bantul. Tidak pernah pulang ke rumah lagi setelah itu, selama-lamanya. "Hill, pokoknya Mama minta kamu harus tetap di Netherlands Hill, sampai 3 Months Holiday berakhir. Berangkat bersama-sama pulang juga harus bersama-sama. Mama mohon kamu bisa mengerti, Hill. Lagian tinggal dua bulan lagi, kan?"&nbs
Baca selengkapnya
Woman Time Modus
"Oh Hill, maafkan Tante, ya?" cakap Tante Ariane membuka pembicaraan. Kami sudah di jalan, mau ke play park. Tante Ariane sudah membawa bekal untuk minum teh. "Sudah hampir satu bulan kita di sini tapi belum jadi liburan juga. Semoga hasil kontrol Oma bagus ya, Hill? Jadi, besok lusa ini kita bisa benar-benar berangkat ke Brussel. Wah, sebenarnya Tante juga sudah nggak sabar, Hill. Hemmm, liburan musim panas tahun ini memang cukup parah. Banyak insiden tak terduga. Oh not so bad at all, masih ada dua bulan  lagi. Lebih dari separuh waktu liburan. Iya kan, Hill?"  Aku hanya diam menyimak. Enggan sekali rasanya untuk berbasa-basi meskipun hanya dengan melengkungkan senyuman. Pahit. Kering. Ditambah dengan pemikiran keras tentang Batik, rasanya sudah benar-benar hambar. Ambyar mood untuk melanjutkan 3 Months Holiday super gila ini, sungguh. 
Baca selengkapnya
Selamat, Anda Kena Prank!
Ajaib!  Tante Ariane justru terdiam. Menundukkan pandangan. Mengerjap-ngerjapkan mata. Memandangku lagi, menunduk … Anak TK sekalipun pasti bisa menyimpulkan kalau dia sedang menutupi sesuatu yang berarti berbohong. Minimal, dalam perjalanan ke sana.  "Tante?" atas nama Papa dan Mama (meskipun masih kecewa dengan segala kebohongan dan kelemahannya) aku sudah memutuskan untuk tidak mundur sedikit pun dalam hal ini. Harus segera tahu jawaban yang sebenarnya. Karena jujur ya jujur, selama ini aku merasa sangat aneh dengan perubahan sikap Aldert yang drastis. Walaupun  perubahan baik tapi tetap saja aneh. Ugh, kalau benar dia mencintai aku, ingin segera menikah, bagaimana bisa di bersikap sejahat itu? Mengusir saat kami makan siang di rumah pohon, menyiram dengan seember air, mencuri peta dari tas punggung dan terut
Baca selengkapnya
Jebakan Frank Family
Tidak hanya menyebutkan nama, Julia juga bercerita---mengakui dengan jujur---kalau Arnold anak tirinya tapi sudah menganggap seperti anak kandung. Dia menikah dengan papa Arnold sekitar tiga tahun yang lalu dan sekarang mengandung bayi pertama mereka. Katanya, hari perkiraan lahirnya tinggal beberapa minggu lagi. Itulah mengapa mereka sudah mulai prepare perlengkapan bayi, terutama kamar bayi.  "That was my bed room when I was a baby, Hill." (Itu kamarku waktu aku masih bayi, Hill) Arnold menjelaskan dengan mimik wajah bangga plus haru. "Mama decorated it lovely, Papa said. It is a pity that I can see her face. Never. Only photos …," (Mama yang mendekorasi kamar
Baca selengkapnya
Cinta Lama Bersemi Kembali
"Tapi Uta, mereka sudah jahat banget sama aku!" terisak-isak aku menyanggah pendapatnya yang hampir mirip dengan kebijakan Mama. Uta memintaku memberikan  kesempatan pada mereka untuk memperbaiki diri. Bedanya, Mama setengah menekan karena merasa sudah terlalu banyak berhutang budi. Maksudnya, Mama menjual aku, begitu? Ya ampun! "Kamu nggak tahu kan Uta, gimana aku berusaha untuk mengerti, mengalah  … Ngemong lah, karena kupikir Aldert benar-benar sakit. Skizofrenia atau ODGJ alias Oranh Dengan Gangguan Jiwa tapi nyatanya apa? Semua itu hanya prank, Uta!"  Sepi. Tak ada sahutan apa pun dari bagian kecil Benua Asia sana. Mungkin Uta berpikir super keras untuk memberikan  tanggapan terbaiknya? Apa pun itu semoga Uta bisa mengerti posisi dan semua yang kualami selama di sini. Kalau tidak, artinya kami akan terlempar ke dalam sebuah konflik dan terus terang aku tak mau
Baca selengkapnya
Arnold, Brussel dan Cincin Kawin
Trik, trik! Kami baru mau mulai makan pagi, ketika ada pesan masuk di chat room. Sialnya, aku lupa meninggalkan ponsel di kamar dan malah terbawa ke ruang makan. Bisa membayangkan kan Guys, betapa hebohnya Tante Ariane akan hal itu?  "Siapa itu yang chat, Hill?" tanya Tante Ariane dengan tingkat penasaran tinggi terpancar dari sorot matanya. "Oh, pesan pendek ya? Dibuka dulu lah Hill, mana tahu penting?" sarannya yang menurutku sangat berlebihan. Aku sudah dua puluh tahun, sudah bisa memutuskan apa yang harus kulakukan terhadap perkara kecil sekelas pesan masuk. Oh ya, aku bukan Aldert si Anak mama itu, tentu saja. "Nanti saja, Tante." kataku menegaskan sambil memasukkan dua kotak gula ke dalam banana tea. "Hill mau makan dulu, lapar …," imbuhku dengan n
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status