All Chapters of Holiday to Wedding Day: Chapter 51 - Chapter 60
93 Chapters
The Date With Arnold
Mungkin aku sudah gila, ya?  Mungkin. Tidak tahu. Tapi yang jelas sebenarnya, sejujur-jujurnya sedari dulu itu aku sudah mencintai Batik. Berharap suatu hari dia menyadari itu, memiliki perasaan yang sama denganku dan pada akhirnya bisa hidup bersama dalam sesuatu yang bernama Bahtera Rumah Tangga. Semakin Batik menekan, menyakiti justru semakin membesarlah rasa cinta ini.  Aneh kan, gila? Tapi sumpah, rasanya tak bisa sedikit pun terlepas darinya. Termasuk setelah dengan emosional menolak lamarannya dulu, di malam keberangkatanku ke sini. Rasanya seperti anak burung yang nekat terbang meninggalkan sarang lalu terjatuh, tersesat di tempat asing. Perasaan bersalah plus penyesalan yang begitu besar selalu menghantui full time, hingga akhirn
Read more
Cewek Murahan
Sorry. Sorry. Sorry.  Mungkin aku akan mengecewakan kalian pada part ini, Guys. Karena Mungkin terkesan  murahan  atau minimal playgirl. Tapi sebenarnya tidak seperti itu kok, percayalah! Jadi, kami baru saja selesai berjalan mengelilingi danau dan duduk di bangku kayu, menghadap ke arah terbenamnya matahari. Perlahan-lahan ia merendah dan turun, menyaputkan warna jingga keunguan yang begitu indah di langit sebelah sana. Ufuk Barat? Ah, jujur ya jujur, di sini aku sampai tidak mengenal arah. Kanan, kiri, depan, belakang … Hanya itu yang kukenal sebagai bekal perjalanan. Ke mana pun bepergian, selalu mengandalkan denah atau peta.  OK, fine. Back to my story in the lake! (Baiklah. Kembali k
Read more
Balada Tamu Undangan
Oh, marah sekali rasanya mendapatkan cemoohan yang seperti itu, sakit sekali. Bisa-bisanya … Atas dasar apa? Karena aku menciumi wajah Arnold  tadi? Sungguh, tidak pernah membayangkan sebelumnya kalau ternyata selain tak punya otak, Aldert juga tak punya hati. Kalau misalnya aku diam saja, apa dia lantas berhenti memukuli Arnold? Tidak kan, dia pasti semakin menjadi-jadi dan entah bagaimana akhirnya. Ya ampun, dia tak ingin menghilangkan nyawa Arnold, kan?  Ponsel Arnold sudah ditangan tapi aku tidak langsung menghubungi Julia. Sambil menepuk-nepuk lembut dada kiri Arnold, sebisa mungkin menjawab cemoohan Aldert. "OK, thanks. Aku catat, aku pegang kata-kata kamu ya Aldert. Aku cewek murahan. Jadi, mulai sekarang jangan lagi dekat aku dalam bentuk apa pun, oke? Oh ya, satu yang kamu perlu tahu, Aldert. Walaupun seluruh orang di dunia ini memintaku untuk menikah denganmu, aku t
Read more
Let Me Go Home
"Aku harus gimana, B?" pertanyaan itu muncul begitu saja setelah saluran telepon terbuka dengan sukses selebar-lebarnya. Malam ini aku terpaksa meneleponnya, walaupun tahu kalau di sana pagi masih buta. Mungkin juga berkabut tebal dan super dingin tapi tak punya pilihan lain. Tidak mungkin menelepon Mama, sejak beberapa hari yang lalu itu aku sudah menetapkan Mama sebagai musuh. Dalam kaitannya dengan Aldert dan orangtuanya, maksudku. "Aku benar-benar buntu, B. Bingung. Nggak tahu harus gimana." Batik tertawa kecil. "Lho, kok gitu? Memangnya kamu kenapa Hill, ada apa?" Ada perasaan  tidak enak juga untuk membeberkan semuanya pasa Baik. Nanti kalau dia tersinggung atau malah marah, salah sangka bagaimana?  "Sebenarnya aku nggak betah di sini, B. Pingin cepat pulang
Read more
Brussel, Segumpal Kepahitan
Tak ada balasan apa pun lagi dari Batik, membuatku tergempur gelisah. Di satu sisi, ingin menelepon untuk memastikan tapi di sisi yang lain, Tante Ariane sudah memanggil untuk segera turun. Jadi, tanpa berpanjang kata aku mengirimkan pesan terakhir untuk Batik. [Ya sudah, aku berangkat ya B?][Jaga diri kamu baik-baik di sana, ya?][Tetap semangat dan pantang menyerah!][Life must go on kan, B?][Kirimi foto kamu yang sekarang ya, nanti aku juga kirimi foto terbaru aku][Soal cincin, konfirmasi ya?] "Oh Hill, apa kamu sudah siap?" Om Frank menyembulkan kepala dari balik pintu. "Ada yang perlu Om bantu, Hill?
Read more
Diare Keberuntungan
Siapa yang ingin jatuh sakit, Guys? Pasti tidak ada, termasuk aku tapi inilah yang terjadi bahkan sejak pertama kali menginjakkan kaki di Brussel. Diare itu mulai menyerang setelah makan siang yang cukup sadis di hotel. Maksudku, restoran yang ada di hotel. Bagaimana bisa aku menyebutnya dengan  makan siang yang cukup sadis? Karena selera makan masih switched off, aku tidak terlalu memperhatikan menu apa yang kupilih. Semacam spaghetti chilli sauce, udang krispi dan kerupuk super pedas. Minumnya orange juice dingin. Selama proses makan semua masih baik-baik saja tapi begitu kembali ke kamar, perut mulai sakit. Mulas, panas dan melilit-lilit.  Tante Ariane dan Om Frank langsung be
Read more
Fixed, Semua Gila!
Siapa sangka, liburan yang awalnya terasa begitu menyenangkan tiba-tiba berubah menjadi sebuah bencana? Tiba-tiba Tante Ariane dan Om Frank melamarku untuk dinikahkan dengan Aldert, anak angkat mereka. Kami sedang berlibur di Brussel waktu itu terjadi, mengacaukan daya kerja otak, jantung dan pernapasanku secara total. Menjajah kebahagiaan yang selama hampir satu bulan kudapatkan di Netherlands, tentu saja. Merubah istilah holiday menjadi broken day.  Apakah aku tidak berusaha untuk menolak? Sudah. Mati-matian bahkan, dengan mengerahkan seluruh kekuatan jiwa dan raga. Tapi mereka ditambah dengan Mama justru semakin gigih untuk mengalahkan pendirianku. Oh, sebenarnya aku mengalah---pada akhirnya---karena Batik tak merespon sama sekali ketika aku berterus terang dan meminta pendapatnya.  "Jadi, gimana ini, B?" tanyaku setenga
Read more
Tunangan Paksaan
"Ha, oh, eh maksud Tante?" antara terkejut, bingung dan takut aku bertanya. Berusaha mencegah kemungkinan terburuk yang akan terjadi dalam hidup ini. Ya Tuhan, berarti benar hari ini mereka akan melamarku? Oh, tadi saat melihat roti tart dan kotak perhiasan itu … Berharap hanyalah setangkai bunga tidur semata-mata tapi kenyataannya? Oh, kadang-kadang aku memang separah itu! Seharusnya aku melarikan diri, bukan? Sejauh mungkin. Lebih baik hilang dan tak ditemukan lagi dari pada seperti ini ceritanya. Alur hitam dalam sebuah drama tanpa naskah. Kalaupun ada, naskah mentah. "Para tetangga sudah menunggu kita?" Sialnya, Tante Ariane justru menyimpulkan sebuah senyuman. Memandangku dengan sorot mata super lembut, menghangatkan. "Ya, para tetangga. Kita mengundang mereka untuk menyaksikan pertunangan kalian. Aldert sudah selesai didandani papanya dan sekarang saatnya Tante mendandani Hill. L
Read more
The Craziest Story
"Saya, emh, Hill permisi ke toilet dulu Om …!" kataku pada Om Frank dengan penuh permohonan di dalam hati. "Sebentar …?"  Om Frank mengangguk, bangkit dari tempat duduknya dan mengantarkan aku sampai ke pintu ruang gang. "Bisa sendiri Hill, atau perlu Om panggilan Tante Ariane?" Secepat mungkin aku menggeleng-gelengkan kepala. Berjalan cepat ke luar ruang multi fungsi, berpikir dengan cepat bagaimana cara menghubungi Mama. Ini puncak perjuangan untuk membebaskan diri dari alur cerita gila Ariane-Rumi. Jadi, aku harus menuntaskannya meskipun sudah berada tepat di ujung tanduk. Yeaaah, aku harus mendengar langsung dari Mama mengenai semua kegilaan hidup ini. Harus.  "Mama, Mama?" aku yakin, saat ini sudah seperti Rose dalam film Titanic  saat menem
Read more
Cincin Berlian Bunga Mawar
 "Lepaskan, Aldert!" kataku setengah menjerit. Dia merangkulku dari belakang, menyentuhkan bibir hangat dan basahnya ke tengkukku.  Jelas dia semakin gila. Apa lagi?  Acara tunangan paksaan sudah selesai digelar. Mama, Tante Ruby, Uta, Eyang Putri dan Budhe juga ikut menyaksikan melalui video call. Sekarang, di jari manis kiriku sudah melingkar cincin kawin dengan huruf A terukir di bagian dalam ulirnya. Begitu juga dengan jari manis kiri Aldert. Melingkar cincin kawin berbentuk bundar polos dengan huruf T terukir di bagian dalam ulirnya.  Cincin kawin yang meremukkan seluruh hati ini dengan sempurna. Hebat, dahsyat.  "Lepaskan aku, Aldert. Jangan kurang ajar kamu, kita belum menikah!" larangku dengan air mata yang mulai berjatuhan di wajah. Jangan tanyakan lagi bagaimana kabar otak, jantung, saraf-saraf dan
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status