Holiday to Wedding Day

Holiday to Wedding Day

last updateLast Updated : 2022-04-06
By:  Humairah SamuderaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
15 ratings. 15 reviews
93Chapters
6.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Siapa sangka, liburan yang awalnya terasa begitu menyenangkan tiba-tiba berubah menjadi sebuah bencana? Tiba-tiba Tante Ariane dan Om Frank melamarku untuk dinikahkan dengan Aldert, anak angkat mereka. Kami sedang berlibur di Brussel waktu itu terjadi, mengacaukan daya kerja otak, jantung dan pernapasanku secara total. Menjajah kebahagiaan yang selama hampir satu bulan kudapatkan di Netherlands, tentu saja. Merubah istilah holiday menjadi broken day. Apakah aku tidak berusaha untuk menolak? Sudah. Mati-matian bahkan, dengan mengerahkan seluruh kekuatan jiwa dan raga. Tapi mereka ditambah dengan Mama justru semakin gigih untuk mengalahkan pendirianku. Oh, sebenarnya aku mengalah---pada akhirnya---karena Batik tak merespon sama sekali ketika aku berterus terang dan meminta pendapatnya. "Jadi, gimana ini, B?" tanyaku setengah menjerit di saluran telepon yang tak bisa dikatakan jernih, "Aku harus gimana, apa yang harus aku lakukan?" Klik, tut tut tut, tuuuttt! Dia malah memutuskan saluran telepon yang sangat berarti dalam hidupku saat itu. Ujungnya, dalam kebingungan yang semakin memuncak ke langit, aku meminta pendapat Uta. "Jangan bodoh kamu, Hill!" Uta mengingatkan dengan ketegasan level tinggi saat aku mengakui kalau tak enak dengan Batik, "Ingat, kesempatan emas tak datang untuk yang ke dua kalinya. Menikahlah dengan Aldert dan berbahagialah, Hill!"

View More

Chapter 1

Holiday ke Eropa

Tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba Mama menawarkan padaku sesuatu yang sangat menarik. Fantastis, malah. Bulan depan, Tante Ariane akan mengajakku jalan-jalan ke Eropa. Bayangkanlah, betapa gembiranya hatiku. Setelah bertahun-tahun hidup dalam kungkungan duka dan kehilangan. Oh, meninggalnya Papa menjadi hal yang begitu menyakitkan bagiku. Seperti apa? Mustahil menggambarkannya dengan kata-kata. Terlalu sakit. Patah hati terberat, sungguh. 

"Haaa, Eropa?" refleks, aku bertanya sambil memindahkan tubuh ke samping Mama, "Serius, Ma? Mama nggak lagi ngusilin aku, kan?"

Dalam detik-detik yang begitu heroik, aku menelisik ke dalam bola mata Mama. Rasa-rasanya tak ada sesuatu yang ganjil. Bahkan, aku menemukan sesimpul senyum tulus di wajah senja Mama. Kalaupun Mama bersikap usil, apa ini tidak berlebihan? Eropa, lho. Lagi pula, apa Mama dan Tante Ariane tidak punya pekerjaan lain sehingga malah sibuk menyusun rencana usil untukku? Bodoh sekali bukan, kalau aku tetap pada pemikiran spontan beberapa menit yang lalu itu? 

"Iya, serius." tegas tapi lembut Mama menyahut, "Ya, itu kalau kamu mau, Hill. Kami nggak maksa, kok. Lagian kamu kan sudah selesai kuliah. Apa salahnya kalau ikut? Ya, siapa tahu, di sana nanti kamu bisa dapet banyak pengalaman? Tiga bulan kan, nggak lama, Hill?"

Apa, tiga bulan?

Wah kalau selama itu sih, sepertinya aku harus memikirkan dan mempertimbangkan lagi. Ya ampun, proyek perpustakaan keliling bersama Uta kan, baru saja berjalan? Masa, aku meninggalkannya begitu saja. Kalau seminggu atau dua minggu sih tidak masalah tapi kalau tiga bulan? 

OK!

Uta mungkin bisa menerima tapi kan, aku jadi tidak enak hati kalau seperti itu? Mati-matian kami merintis MMB (Mari Membaca Buku) sampai akhirnya memiliki banyak pelanggan. Apa bukan pengecut namanya kalau harus libur selama tiga bulan  full? Belum nanti kalau ada apa-apa, bagaimana? Misalnya,  waktu pulang nanti aku  mengalami jet lag parah. Apa tidak menambah level tak enak hatiku pada Uta? 

"Oh, tiga bulan ya, Ma?" 

"Iya, tiga bulan. Kenapa, Hill? Kamu sudah ada jadwal?"

Ditanya seperti itu oleh Mama, aku hanya bisa bergeming. Kalau yang dimaksud Mama itu jadwal kerja ya aku belum punya. Tapi bukankah mengembangkan MMB itu sebuah kewajiban yang paling hakiki dalam hidupku? Iya, kan? Duh, bisa jadi ribet nih, urusannya!

"Nggak sih, Ma. Hanya perpustakaan  keliling saja tapi kan ...?"

Aku baru mau melanjutkan kalau sebenarnya tak enak hati dengan  Uta tapi Mama sudah merangsek dengan full ekspresi kegembiraan. Seolah-olah, diajak Tante Ariane jalan-jalan ke Eropa itu sebuah prestasi yang luar biasa. Eh, hebatnya di bagian mana, sih? Oh, pasti Mama berharap akan mendapatkan banyak oleh-oleh dari sana. Apa lagi? Dua puluh dua tahun  menjadi anaknya, pasti tak meleset dugaanku tentang Mama. 

"Oh, itu?" Mama mengibaskan tangan sambil tersenyum lebar,  "Kalau soal itu kamu tenang saja, Hill. Mama bisa kok, gantiin kamu selama liburan. Swer!" 

Haaa, serius? 

Hahahaha, bukannya Mama takut dengan sinar ultraviolet, ya? Wah, jangan-jangan budget Mama untuk membeli krim wajah yang mengandung anti UV jadi membengkak. Terus, dia mengeluh siang dan malam di chat room yang akan membuat notifikasiku sederas arus lalu lintas kota-kota besar di Indonesia tercinta.

Oh, big no! 

Bisa-bisa liburanku malah jadi kacau balau. Hemmm, bagaimana, ya? Apa yang harus aku lakukan sekarang? Yes or not? Ikut Tante Ariane berlibur ke Eropa dan menikmati setiap butir udara di sana atau tetap di sini, berjuang untuk MMB? Oh, mungkin aku juga harus mulai mencari pekerjaan? Maksudku memadatkan kegiatan sehari-hari agar bayang-bayang gelap tentang Papa ... Ah! Kenapa sih, semua itu harus terjadi pada Papa? Apa salah Papa? Oh, para perampok itu pasti tidak tahu kalau Papa adalah orang yang baik. Sangat baik, malah. Bukan hanya terhadap Mama dan aku, keluarganya tapi juga tetangga sekitar dan siapa saja yang membutuhkan. Siapapun pasti tahu kalau Papa adalah sosok yang sangat dermawan. Kenapa mereka tega menganiaya Papa, sih? Padahal, Papa sudah angkat tangan dan membiarkan  mereka menguras harta benda yang ada di rumah kami. Kata Mama sih, begitu. Hiks. 

Jahat. Jahat. Jahat. 

"Hill!" panggil Mama membuatku terkejut, "Kok, malah melamun?" 

Aku hanya nyengir, tak tahu harus berkata apa. Sekarang, yang ada dalam benakku hanya satu, menerima tawaran Tante Ariane atau menolaknya. Itu saja. Tak mungkin memilih semuanya, kan? Kecuali sambil liburan, aku masih bisa membantu Uta. 

Nah, itu dia ide yang cemerlang! 

"Mama, enggg, boleh nggak kalau aku pikir-pikir dulu?"

"Pikir apa? Kayak mama-mama aja kamu ini, Hill. Diajak liburan saja mikirinnya udah kayak mama-mama yang anaknya selusin. Udah, berangkat aja!"

"Nanti aku kasih tahu Mama lagi, ya?"

"Kasih tahu ...?"

"Pokoknya, begitu aku ambil keputusan, aku cepet-cepet kasih tahu Mama. Ya? Biar Tante Ariane pun nggak nunggu-nunggu. Nggak enak juga kita nanti kan, Mama?"

Satu-satunya hal yang aku syukuri adalah, Mama tersenyum tipis. Senyum misterius sih tapi aku tak memperdulikan itu. Sekarang aku harus menemui Uta dan mendiskusikan masalah ini dengannya. Siapa tahu, sahabatku yang baik hatinya itu malah langsung punya solusi. Ya ampun, dia kan motivator tunggal dalam hidupku? Terutama setelah Papa meninggal. Sungguh, tak tahu apa jadinya kalau tak ada Uta. Mungkin aku sudah terkena skizofrenia atau sejenisnya karena gagal move on. 

"Aku ke rumah Uta dulu ya, Ma?"

"Ya, hati-hati, Hill!"

"Oke, Mama. Aku jalan kaki kok, Ma. Sekalian jalan-jalan sore. Siapa tahu kan, ketiban langit eh lowongan pekerjaan  ramah pengangguran."

"Hehehehe  ... Hill, Hill. Iya deh, asal jangan meleng aja tuh, jalannya?"

"Siap, Boss!"

Eropa. MMB. Eropa. Cari kerja plus MMB. Eropa dulu sambil cari kerja plus MMB. Eropa. Eropa. Eropa. 

Wah, jelas otakku konslet! 

Belum pernah lho, aku separah ini dalam memikirkan sesuatu. Selama menyusun skripsi saja bisa senyum-senyum santai. Seolah-olah ujian akhir itu sama dengan penilaian akhir semester untuk anak TK B. Bukan karena super cerdas atau semacamnya sih tapi karena berprinsip easy going. Lah tapi begitu mendapatkan tawaran liburan ke Eropa itu tadi, seluruh hidupku jadi sekacau laut saat terguncang Tsunami. 

Bayangkanlah!

"Eh, kamu Hill?" sapa Uta saat mengetahui kedatanganku di rumahnya, "Duduk Hill, kelihatannya capek bener?"

Seperti yang ditawarkan Uta, aku duduk di kursi bambu di depannya, "Makasih, Ta. Iya nih, lagi pening kepalaku, Ta."

Aku selalu jujur dan terbuka pada Uta. Demikian juga Uta, tak ada yang ditutupinya dariku. Setidaknya, begitulah pengakuannya padaku beberapa waktu lalu. Kalau dia tak mengakui itu ya aku takkan pernah tahu. Asli, bukan cenayang yang bisa tembus pandang. Bisa melihat ke masa lalu atau pun masa depan. Sungguh.

"Walah, pening kenapa sih, Hill?" tanya Uta santai, sesantai orang-orang yang bermain pasir di tepi  pantai, "Dipikir karo turu wae!" (Dipikir sambil tidur saja!)

Aku mengikutinya tertawa lalu menceritakan semuanya dengan jujur apa adanya. Termasuk soal keinginan mencari pekerjaan yang belum pernah terpikir selama ini. Pokoknya, keinginan itu muncul setelah Mama menawarkan liburan tiga bulan di Eropa. Aneh, kan? Kuakui, kadang-kadang aku separah itu dalam hal mempertimbangkan sesuatu. 

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Agus Irawan
hai izin promosi ya... mampir ke Novelku. judul" Kembang Desa Sang Miliarder" nama pena " Agus Irawan ceritanya menarik banget.
2023-05-13 09:52:07
0
user avatar
Bach Rony
Hill hamil ya Thor?
2022-02-10 18:22:10
0
user avatar
malapalas
BACA novel berjudul :FREL. Banyak kejutan di dalamnya. Selain tentang cinta segitiga yang bikin baper, gemes dibumbui humor dan mengharubirukan, kalian akan disuguhi dg persahabatan, keluarga, luka dan rahasia di masa lalu orangtua yang akan membuat cerita lebih seru dan menjungkirbalikkan perasaan.
2022-01-28 22:21:50
0
user avatar
Bach Rony
Pingin bawa Hill kabur jadinya :-(
2022-01-24 07:32:31
0
user avatar
Bach Rony
Lanjut ... Semakin ke sini semakin seru ceritanya. Tapi kalau bisa jangan sama Batik lah Thor.
2022-01-19 17:28:15
0
user avatar
Bach Rony
Penasaran bagaimana endingnya? Arnold, Aldert dan Batik. Kira-kira sama siapa nih, akhirnya?
2022-01-13 22:46:32
1
user avatar
Khoirul N.
Baguuuus banget. Syuka syuka pokoknya. Lanjuuut yaa
2021-11-04 13:42:12
1
user avatar
Dewa Amour
Wah, penasaran sama kisah Aldert dan Hill ini, Thoor... Ditunggu chapter selanjutnya yaa ...
2021-11-04 13:36:12
1
user avatar
KSATRIA PENGEMBARA
keren ceritanya.. semangat y
2021-11-04 13:24:25
1
user avatar
Roesaline
Ceritanya keren banget Kak semangat Up ya semoga sukses
2021-10-29 02:49:16
1
user avatar
RAZILEE
bagusss thorr ceritanya seru
2021-10-27 14:22:25
1
user avatar
angeelintang
seruuuu, bahas kebudayaan sana juga dong kak, lanjut terus thorrr ......
2021-10-27 12:19:28
1
user avatar
Rainfall
Mau dong jalan-jalan ke Eropa juga. Sekalian request dong ngebahas budaya sana juga seru kayanya XD
2021-10-26 17:59:33
1
user avatar
Lavender My Name
Baguuuuus kak... ada kejutan apa di eropa?
2021-10-26 17:45:15
1
user avatar
Kim Ly
Wooww keren kak. Saya baru baca part 1, dan keren bangett. Cara penyampaiannya lugas khas anak gadis yang ceria, selalu berpikir positif, dan penyayang. Semangat kak.
2021-10-26 09:44:53
1
93 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status