All Chapters of Mantan Menantu Insyaf Setelah Dicerai: Chapter 21 - Chapter 30
38 Chapters
Isi hati Darma
"Apa didepan udah selesai beres-beres nya, Pak?" tanyaku sambil mengelap meja. "Sudah, kalo masih ada sisa lauk bawakan untuk Fatimah, Bu!" titah Bapak. "Hem, bapak udah mulai perhatian nih sama calon mantu," godaku. "Ssttt, jangan keras-keras Bu! Ntar didengar Fatimah, bapak malu," ucap bapak ngeloyor pergi. Aku lalu mengambil rantang dan mengisi nasi serta lauk, hingga empat rantang juga kue tak ketinggalan. "Untuk siapa, Bu?" tanya Fatimah saat aku menyodorkan rantang padanya. "Ini kamu bawa pulang, untuk orang tuamu." "Nggak usah, Bu! Nanti disini nggak ada lauk," tolaknya halus. "Ada, sini liat masih banyak di almari," kataku menarik tangan Fatimah. Selesai semua pekerjaan, Fatimah akan pamit pulang. Memang sudah sore dan mendung bergelayut di atas. Sebelum hujan, Fatimah bergegas pulang. Fatimah menyalami dan mencium tanganku dengan takzim. 
Read more
Hari pertama sebagai kepala pabrik
Sesuai kesepakatan, Darma akan memulai pekerjaan barunya sebagai kepala pabrik. Aku sudah bangun sedari subuh, menyiapkan sarapan dan bekal untuk di bawa Darma. Walaupun sebagai kepala pabrik, aku menyuruh Darma agar berhemat dulu.  "Bu, Pak, Darma pamit ya mau berangkat kerja!" ujarnya sambil mencium tangan dengan takzim.  "Iya, hati-hati dijalan," sahutku.  "Kerja yang baik-baik, Le. Jangan sombong dan selalu rendah hati," timpal bapak memberi nasehat.  "Iya Pak, Darma pamit. Assalamualaikum!"  "Wa'alaikumussalam," jawab kami serempak.  Kami mengantar Darma sampai depan pintu. Melihatnya menaiki motor, mendoakan keselamatan dan keberhasilan kerjanya.  "Alhamdulillah, ya Pak! Sekarang Darma bisa bekerja yang lumayan," ucapku begitu Darma sudah me
Read more
Godaan ditempat kerja
Seperti biasa, setelah pamit dan salaman pada ibu dan bapak, aku berangkat kerja. Dengan semangat empat lima kulajukan motor, berharap hari ini dapat melaksanakan tugas dengan lancar."Selamat pagi, Pak!" sapa satpam di gerbang pabrik."Pagi!" jawabku ramah.Begitulah, setiap berpapasan pada karyawan lain semua ramah menyapa. Aku pun menjawab dengan tersenyum, agar karyawan merasa akrab denganku.Memasuki kantor, beberapa karyawan sudah mulai bekerja. Ya walaupun masih pagi tapi banyak karyawan pabrik yang rajin. Hal itu sudah aku umumkan tiap bulan ada bonus untuk karyawan yang rajin.Sebelum menetapkan peraturan ataupun bonus, aku sudah merundingkan dengan Pak Radit. Beliau menyerahkan semua kepadaku, karena beliau yakin akan usahaku untuk membuat pabrik berkembang.Jika ingin usaha kita maju, maka kita juga harus mensejahterakan karyawannya. Itulah moto yang mesti aku t
Read more
Aku mencintaimu karena Allah
POV Darma "Pak, Bu, Darma mau ngomong," kataku usai makan malam.  Aku mengajak keduanya duduk di ruang tamu. "Mau ngomong opo toh, Le?" tanya bapak setelah duduk di depanku.  Wajahku menegang dan sedikit ragu. Aku berniat untuk melamar Fatimah secepatnya, agar tidak terus menimbulkan dosa. Memandang dan membayangkan juga termasuk zina walaupun tidak menyentuh.  Apalagi wanita Solehah seperti Fatimah hanya layak langsung dikhitbah. Aku juga sudah tak sabar untuk membangun rumah tangga yang sakinah, mawadah, warahmah.  Belajar dari pengalaman pahit dahulu, aku akan jadi suami yang baik untuk Fatimah kelak. Terlihat bapak dan ibu sudah tak sabar ingin mendengarkan aku bicara.  "Begini, Pak, Bu, Darma ingin melamar Fatimah secepatnya," ucapku lancar.  "Alhamdu
Read more
Kejutan mobil mewah
Seperti biasa tugasku sebagai kepala pabrik mesti mengawasi tiap kegiatan di pabrik. Alhamdulillah sampai sekarang tetap berjalan lancar, seluruh karyawan juga sangat rajin bekerja. Tidak ad ayang bermalasan atau membuat masalah.  Tok, tok, tok  Aku yang sedang didalam kantor memeriksa berkas mendengar pintu diketuk. "Masuk!" seruku.  Pintu terbuka dan masuk seorang lelaki yang tak kukenal. Dari seragamnya aku mengetahui datang dari kantor pusat.  "Maaf Pak Darma, saya di utus Pak Radit kesini. Beliau menyuruh Pak Darma agar segera menemuinya sekarang!" lapornya padaku.  "Baiklah, saya akan segera kesana!" jawabku sambil menutup berkas dan menyimpannya.  "Kalo gitu saya permisi dulu, Pak!" katanya lalu keluar.  Aku bergegas menuju kantor pusat, se
Read more
Undangan pernikahan Rose
Sesuai jadwal, tiap Sabtu akan diatur sebagai pembagian gaji. Baik kepala pabrik, staf, juga karyawan. Setelah berkas rapi dan siap, aku akan meluncur ke kantor pusat tepatnya bagian keuangan untuk mengambil gaji bagian pabrik.  Setiap mengambil slip gaji, aku pasti melapor kepada Pak Radit dan juga laporan lainnya. Pak Radit menanggapi dengan puas atas kerja semua orang.  Sejak mendapat pinjaman mobil perusahaan, sungguh memudahkan pekerjaan ku. Apalagi saat mengambil uang gaji yang banyak. Sangat terlindung jika membawa mobil. Jika membawa pake motor khawatir jadi rawan kejahatan.  Mobil ku lajukan perlahan, membelah jalanan yang padat merayap. Cuaca juga terik, untunglah mobil dilengkapi AC, jadi dalam keadaan panas begini bisa mendinginkan suasana. Pak Radit benar, mobil sungguh berguna melindungi dari panas dan hujan.  Setelah tiba di depan g
Read more
Aku bersedia, Mas!
"Nggak apa-apa, Mas! Tapi aku salut, Mas masih mau menghadapi kelakuannya dengan sabar. Begitulah akhlak orang beriman, kepada orang yang membencinya pun tetap didatangi dan ditanggapi dengan baik," ucap Fatimah lembut.Masya Allah, aku sangat senang mendengar Fatimah berkata seperti itu. Kamipun terdiam lagi menunggu Fatimah mengatakan keputusannya. Tegang tidak, tegang tidak, tegang dong!"Fatimah, sebelumnya ibu tidak pernah bilang padamu kalo Darma sudah pernah menikah. Bukannya ibu nggak mau bilang, hanya menunggu waktu yang tepat. Tapi sepertinya kamu udah melihat langsung bagaimana mantan istri Darma. Ibu jadi ragu, apakah kamu mau menjadi istri Darma karna Darma pernah gagal dalam berumah tangga," jelas ku panjang lebar.Fatimah mengangguk sabar mendengar perkataanku dan kadang melirik Darma sebentar lalu beralih padaku.Wajah ayu Fatimah tersenyum. Bibir itu mulai bergerak, dengan tak sabar kami s
Read more
Pernikahan Rose
Acara lamaran di rumah Fatimah berjalan lancar, semua orang pulang dengan senang. Sepanjang jalan tak hentinya para tetangga berceloteh. Mereka merasa kagum pada Darma.  "Acara nikah Darma Minggu depan ya, Mbak! Pasti meriah nanti," ujar Rami.  "Insya Allah, Ram. Alhamdulillah kalo pihak besan nggak memberatkan uang pesta. Mereka juga nggak minta pake hiburan, malah bagus undang anak-anak yatim," jawabku tersenyum.  Ya, mengundang anak yatim permintaan Fatimah. Sebagai pengantin ingin berbagi kebahagiaan dengan anak-anak yang kurang mampu. Darma hanya tersenyum terus melihat pembicaraan kami.  Aku tau hatinya lebih bahagia, bisa mempersunting seorang wanita idaman. Darma juga tidak menyesal telah gagal berumah tangga, karena dia tau Allah SWT memberi ujian untuk mendapat ganti yang lebih baik.  "Ngomong-ngomong, p
Read more
Hadiah pernikahan Darma
Setelah turun kami menikmati hidangan, sementara Darma dan Pak Radit sedang berbicara sambil berbisik-bisik. Aku mengernyitkan dahi, sebenarnya apa yang sedang mereka bicarakan sampai serius begitu?  Sebelum acara selesai kami pulang, tentunya setelah kenyang menikmati prasmanan. Dalam perjalanan pulang, kami tak hentinya bicara mengenai pernikahan Rose yang mewah.  "Bu, ternyata mewah juga pernikahan Rose," kata bapak kagum.  "Namanya juga orang kaya, Pak! Sudah tentu mengadakan acara yang luar biasa, apalagi itu juga keinginan Mamanya Rose," jawabku.   "Iya, Bu. Semakin angkuh tadi juga bapak geram, kalo dia laki-laki pasti udah bapak hih tuh orang," ujar bapak emosi.  "Bapak, ibu, ngomongin Rose ya?" tanya Darma sambil melihat dari spion kecil.  "Ngomongin Mamanya Rose, Ma
Read more
Akhirnya ijab qabul
"Saya terima nikahnya Fatimah binti Abdullah, dengan mahar seperangkat alat sholat dibayar tunai!" ucap Darma lancar.  "Bagaimana, bapak-bapak?" tanya penghulu pada hadirin.  "Sah!" seru ramai suara hadirin menyatakan ijab qobul itu sah.  "Alhamdulillah," ucapku senang.  Ya, hari ini adalah pernikahan Darma dan Fatimah. Sebelum mengadakan upacara adat temu pengantin, dilakukan akad nikah terlebih dahulu.  Fatimah duduk di samping Darma dengan anggun. Balutan kebaya gamis dan mahkota yang menghiasi kepalanya sungguh indah. Kecantikan Fatimah begitu membuat pangling siapapun yang melihat.  Bahkan saat Fatimah keluar dari kamar, Darma sampai tak berkedip memandangnya. Aku pun menyenggol lengannya agar Darma bersabar sambil terkekeh.  Selesai ijab qob
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status