Mantan Menantu Insyaf Setelah Dicerai

Mantan Menantu Insyaf Setelah Dicerai

last updateLast Updated : 2022-01-03
By:  Rini AnnisaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
9 ratings. 9 reviews
38Chapters
5.7Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Mempunyai seorang menantu yang pemalas dan suka membantah, membuat Khadijah terus berusaha menasehati. Namun, usaha Khadijah hanya sia-sia. Hingga akhirnya putra semata wayangnya habis kesabaran dan menceraikan istri sekaligus menantu Khadijah. Hidayah itu datang setelah mantan menantunya dicerai untuk kedua kalinya dan mengalami hidup penuh derita akibat ulah suami barunya. Apakah Khadijah menerima kembali mantan menantu atau mendapat menantu yang lebih baik lagi? Ikuti cerita penuh haru dan pelajaran hidup dalam kisah ini.

View More

Chapter 1

Ratu kesiangan

"Rose, kenapa nggak masak?" tanyaku begitu pulang dari sawah. 

"Ngantuk, Bu. Lagian ngapain sih pagi-pagi udah masak? Kalo mau sarapan beli aja, gitu kok repot!" jawabnya ketus lalu membaringkan tubuhnya lagi. 

Aku cuma menggeleng kepala melihat kelakuan menantuku yang super males dan manja itu. Bukannya aku keras, tapi tiap hari setelah aku dan suami pulang dari sawah tak pernah ada masakan terhidang di meja. 

Kalo sudah begitu, aku juga yang memasak. Badan sudah pegal sehabis dari sawah, sampai rumah mesti memasak lagi. Menantuku itu kalo belum jam sepuluh belum puas tidurnya, entah kenapa anakku bisa punya istri sepertinya. 

Pernah aku menasehatinya agar bangun pagi, tapi lagi-lagi dia hanya membantah. "Rose, bangun udah siang! Nggak bagus bangun siang ntar rezekinya dipatuk ayam!" 

"Halah, kata siapa? Itu cuma mitos doang, ngapain percaya gituan!" ucapnya sinis sembari melengos masuk kedalam kamar.  

"Sudah, Bu. Kalo dia nggak mau nggak usah dipaksa, daripada ribut ntar di dengar tetangga, malu kita," tegur suamiku. 

"Iya, Pak. Cuma ya nggak bisa juga di biarkan terus nanti jadi kebiasaan," omel ku. 

"Bapak tau, pelan-pelan aja dinasehati. Kalo dia merajuk mengadu sama orang tuanya, mau taruh dimana muka kita?" 

"Ish, bapak cumanya membela menantu aja. Sebel!" kataku sambil berjalan menuju dapur. 

Di dapur, sembari memasak tak hentinya aku berfikir bagaimana agar Rose bisa bangun pagi dan memasak. Ingin minta bantuan anakku, tapi cuma dianggap angin lalu saja. 

Anakku Darma, tidak pernah sekalipun menegur istrinya. Pergi kerja mungkin dia tak pernah sarapan, tapi Darma tak mengeluh. Darma bekerja di pabrik kain, gaji tak seberapa banyak. 

"Nak, nasehati istrimu! Jangan suka bangun siang, nggak bagus!" kataku suatu malam pada Darma selesai makan. 

"Sudahlah, Bu! Suka hati dia aja, yang penting dia senang," jawab Darma acuh. Begitulah selalu yang dikatakannya bila aku sudah bicara mengenai istrinya. 

"Sekarang kamu bisa bilang begitu, tapi nanti lihatlah! Jangan sampai kamu menyesal, nggak berkah seorang istri bangun siang apalagi nggak sholat Subuh, nggak ada rezekinya!" ucapku dengan intonasi tinggi. 

Darma terdiam, cukup membuat dia berpikir ulang. Memang kalo tidak ditegur dari sekarang nanti jadi kebiasaan yang susah diubah. 

Namun, Darma tidak menegur itu juga karena sudah tau watak istrinya. Selalu membantah. Pernah suatu pagi Darma membangunkan Rose, tapi susah sampai Darma sudah kehabisan akal. 

Darma pun membiarkan istrinya, yang penting Rose tidak berbuat macem-macem dan selalu di rumah. 

Namun, pagi itu tidak seperti biasanya. Darma yang bangun sedari Subuh sudah merasakan tidak enak badan. Darma bolak balik buang air besar, aku yang lagi di dapur memasak air panas melihat Darma berulang kali ke toilet. 

"Kenapa kamu, Nak?" tanyaku saat dia keluar sekian kalinya. 

"Perut Darma mules, Bu! Mungkin masuk angin," ucapnya sambil memegang perutnya dan duduk di meja makan. 

"Tunggu, ibu buatkan teh manis hangat," kataku sambil menuju dapur. 

Darma mengangguk, kemudian masuk ke kamar membangunkan istrinya. "Ros, bangun ...," Darma mengguncang tubuh Rose. 

Rose cuma menggeliat kemudian tertidur lagi. Darma kembali mengguncang dengan sedikit kasar. "Rose, tolonglah bangun. Perut Mas sakit ini," keluh Darma merintih. 

"Apa sih Mas? Ganggu orang tidur aja!" omel Rose sembari menguap. 

"Mas masuk angin, tolong kamu kerokin badan Mas," pinta Darma. 

"Males lah, suruh ibu aja sana! Aku nggak bisa," sahut Rose kembali akan tidur. 

"Kamu kan istri, Mas! Kok semuanya nyuruh ibu, lalu kerjamu apa?" kata Darma mulai emosi. 

"Kenapa kamu marah, Mas! Nggak senang? Baiklah aku pulang aja kerumah orang tuaku," ancam Rose beranjak bangun. 

Aku yang mendengar keributan mereka segera menengahi dan masuk kedalam. "Sudah sini biar ibu yang kerokin," sahutku. 

"Nah, gitu dong. Ibu aja yang kerjakan, udah sana, Mas. Aku mau tidur lagi, awas kalo dibanguni!" cibir Rose. 

Dengan jengkel dan malu, Darma keluar dari kamar. "Huh, dasar istri tak tau diri. Bisanya cuma tidur, ntar ada geledek nyambar pun nggak tau," umpat Darma menyumpahi istrinya. 

Aku yang mendengar segera menegurnya. "Husst, nggak boleh ngomong gitu. Pamali, ucapan adalah doa!" 

"Abisnya Darma kesal, Bu. Sakit gini kalo bukan istri yang ngurus siapa lagi? Masa' iya terus repotin ibu," sungut Darma. 

"Ya sudah, ibu nggak repot. Anak ibu cuma kamu satu-satunya, selama kalian tinggal di sini ibu akan bantu semampu ibu," kataku menenangkan Darma. 

Selesai kerokan, tubuh Darma kembali hangat. Aku menyuruhnya minum teh manis yang kubuat tadi, lalu menyuruh Darma  tidur kembali sembari menungguku membuat sarapan. 

Hari ini Darma kuminta cuti dari kerja, awalnya dia memaksa ingin bekerja tapi aku larang. Bapak yang terbangun heran melihatku sepagi ini sudah masak. 

"Loh, Bu. Tumben udah masak?" tanya Bapak begitu keluar kamar. Kamar kami berada dibelakang dekat dapur, jadi jika keluar langsung mengarah ke dapur. 

"Iya Pak, ibu buat sarapan untuk Darma. Masuk angin dia, tadi aja baru ibu kerokin," jawabku yang masih mengaduk sayur bayam. 

Hari ini aku masak sayur bayam bening, tempe goreng dan sambel terasi. Masakan yang disukai suamiku dan Darma. Siap masak, aku bangunkan Darma yang tertidur di sofa. 

Bapak yang juga jarang makan pagi sangat lahap, bahkan tambah dua kali. Begitu juga Darma, kami makan bertiga saja. Rose jangan ditanya, jam tujuh masih di alam mimpi. 

Usai sarapan, aku dan suamiku berangkat ke sawah setelah memberikan Darma obat. "Karena kamu di rumah, nanti bantu bapak berikan ayam makan dibelakang rumah, ya Le," titah bapak pada Darma yang dibalas anggukan. 

Sepulang dari sawah, saat menuju dapur aku terkejut. Ceceran nasi dimana-mana, bahkan mangkuk dan piring berjatuhan dari rak. Aku memanggil Darma, namun tidak disahuti. 

"Darma ... Dimana kamu, Nak? Kenapa di dapur berserak begini," kataku sembari memungut mangkuk dan piring lalu meletakkan ke atas meja. 

Aku berjalan menuju kamar Darma, saat kulihat dia meringkuk dibawah ranjang dengan tatapan bengong. 

"Ya Allah, Nak. Kenapa kamu? Trus mana Rose?" tanyaku celingukan. 

"Dia pergi, Bu!" 

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
shave ara
lanjut kak, keren
2022-01-16 22:36:26
0
user avatar
Pemanis Aksara
Keren thor
2022-01-16 22:33:59
0
user avatar
Eka Satria
KEREN ... bagus ceritanya ...
2022-01-16 22:09:58
0
user avatar
Maylafaisha
Ceritanya keren habis, rugi kalau baca.
2022-01-16 22:01:59
0
user avatar
BlackJoe
Keren, Thor. Lanjut
2022-01-16 21:50:51
0
user avatar
Aisyah J. Yanty
Keren kali Thor. Lanjut
2022-01-16 21:44:30
0
user avatar
NAS
wowww .. seru banget ceritanya thor! suka!
2022-01-16 19:24:41
0
user avatar
Naily L
seru banget ceritanya, aku suka:)
2022-01-15 06:47:09
0
user avatar
Sylviana Mustofa
Suka banget Mbak. MashaAllah kerennn ......
2021-12-21 11:14:42
0
38 Chapters
Ratu kesiangan
"Rose, kenapa nggak masak?" tanyaku begitu pulang dari sawah. "Ngantuk, Bu. Lagian ngapain sih pagi-pagi udah masak? Kalo mau sarapan beli aja, gitu kok repot!" jawabnya ketus lalu membaringkan tubuhnya lagi. Aku cuma menggeleng kepala melihat kelakuan menantuku yang super males dan manja itu. Bukannya aku keras, tapi tiap hari setelah aku dan suami pulang dari sawah tak pernah ada masakan terhidang di meja. Kalo sudah begitu, aku juga yang memasak. Badan sudah pegal sehabis dari sawah, sampai rumah mesti memasak lagi. Menantuku itu kalo belum jam sepuluh belum puas tidurnya, entah kenapa anakku bisa punya istri sepertinya. Pernah aku menasehatinya agar bangun pagi, tapi lagi-lagi dia hanya membantah. "Rose, bangun udah siang! Nggak bagus bangun siang ntar rezekinya dipatuk ayam!" "Halah, kata siapa? Itu cuma mitos doang, ngapain percaya gituan!" ucapnya sinis sembari melengos masuk kedalam kamar.  "Sudah,
last updateLast Updated : 2021-10-31
Read more
Menjemput Rose
Aku berjalan menuju kamar Darma, saat kulihat dia meringkuk dibawah ranjang dengan tatapan bengong. "Ya Allah, Nak. Kenapa kamu? Trus mana Rose?" tanyaku celingukan. "Dia pergi, Bu!" "Apa? Pergi kemana? Kenapa nggak kamu cari?" cerca ku cemas. Aku takut kalo Rose pulang ke rumahnya, mengadu pada orangtuanya. Pasti bisa malu kami sekeluarga, apalagi mengingat orang tua Rose yang temperamental. Aku hanya bisa berdoa semoga Rose tidak kesana. "Ayo cari istrimu, Nak! Apa kamu mau di omel mertuamu?" Aku mendesak agar Darma bangkit mencari Rose. Namun, Darma tak bergeming sedikitpun dari duduknya. Dia sangat marah atas perlakuan Rose tadi, terlihat dari wajahnya yang memerah. "Coba kamu jelaskan apa yang terjadi tadi?" tanyaku ingin tau. "Ibu lihat kan di dapur, semua berantakan karena ulah Rose. Saat Darma masih memberi makan ayam, Rose yang bangun tidur terus berteriak. D
last updateLast Updated : 2021-10-31
Read more
Tetangga kepo
Darma yang semakin emosi mendengar mertuanya mengepalkan tangannya. Saat akan beranjak bangun, aku mencegah Darma agar bersabar dulu. Darma pun menuruti lalu duduk kembali, walau dengan hati dongkol. "Bagaimana, besan? Setuju nggak?" tanya orang tua Rose dengan mencibir Aku menghela nafas sebentar, sungguh permintaan yang berat. Seharusnya sebagai seorang ibu ingin anaknya menjadi baik dan sholehah. Akan tetapi, wanita yang seumuran didepanku ini malah ingin terus memanjakan anaknya. Namun, aku tak ingin menyerah dulu sebelum berusaha. Tak ada kata terlambat untuk berubah, selagi kita terus ikhtiar dibarengi doa, insya Allah seberat apapun ujian hidup ini bisa dilewati. "Baiklah besan, kami setuju. Namun, setelah di rumah kami harap besan bisa maklum bahwa Darma sebagai suami lebih berhak terhadap diri Rose. Bagaimanapun setelah menikah, surga Rose terletak pada suaminya. Selama saya masih hidup, saya akan menjaga Rose dan membimbi
last updateLast Updated : 2021-11-02
Read more
Kedatangan ustadzah
Rose yang dijemput dari rumahnya, setelah sampai dia langsung masuk kamar. Bahkan suamiku yang bertanya pun tak digubrisnya. "Rose kenapa, Bu?" "Biasa, merajuk. Saat kami jemput tadi dia nggak mau pulang, malah Mamanya ajukan syarat yang berat," jawabku sembari duduk di kursi disamping suamiku. "Memangnya syarat apa?" tanya Bapak ingin tau. "Ya mengenai kebiasaan bangun siangnya itu. Besan minta kita nggak mengusik tidurnya, juga jangan menyuruh-nyuruh Rose kerja ini itu," kataku menghela nafas. "Jadi bagaimana? Apa Ibu setujui?" "Terpaksa, Pak. Biar Rose mau pulang, tapi Ibu juga bilang bagaimanapun Darma itu suaminya Rose lebih berhak mengatur Rose. Ibu juga akan bantu membimbingnya agar bisa berubah," kataku semangat. "Betul itu, Bu. Walaupun Rose menantu tapi sudah menjadi keluarga kita, anak kita ya jadi sudah tanggung jawab kita juga yang menasehati dan membimbingnya," ucap Bapak memberi
last updateLast Updated : 2021-11-02
Read more
Bertamu
Sepulangnya Ustadzah Aisyah, aku yang akan kembali ke dapur mendengar derap suara kaki melangkah masuk. "Assalamualaikum," "Wa'alaikumussalam," jawabku menoleh kebelakang, rupanya Darma baru saja pulang dengan menenteng belanjaan. "Ini, Bu. Belanjanya, semoga cukup untuk stok seminggu," ucap Darma menyerahkan kantong plastik ukuran besar. "Ya Allah, Nak. Banyak banget belanjanya," kataku berbinar sambil melihat isinya. Ada beras sepuluh kilo, minyak goreng, sabun cuci dan sabun mandi, sampo, tepung, dan lainnya semua lengkap di beli Darma. Saat asyik mengeluarkan isi belanjaan, Rose keluar dari kamar. Mungkin dia mendengar Darma sudah pulang. "Mas, mana makanan pesananku?" tanyanya sambil mengambil kantong plastik dan mengacak isinya. "Nggak beli!" sahut Darma. "Kenapa? Mas nggak tega keluar uang untukku? Dasar pelit!" cemooh Rose memonyongkan bibirnya. "
last updateLast Updated : 2021-11-02
Read more
Pengajian
"Ayo Bu, Rose, kita masuk kedalam. Apa Rose mau bantu ibu memasak?" "Ogah, Rose nggak pintar masak. Biar ibu aja yang masak," ucap Rose menolak. Aku menatap Ustadzah dan meminta pengertiannya agar Ustadzah Aisyah mau memaklumi. "Kalo begitu, kamu ikut saya aja. Mau kan?" tawar Ustadzah. "Kemana?" tanya Rose penasaran. Tanpa menjawab, Ustadzah menggandeng Rose lalu di bawah masuk ke dalam rumah. Sementara aku menuju dapur dan langsung memasak, melihat semua bahan tersedia aku pun paham. Ustadzah Aisyah ingin aku memasak soto ayam. Di dapur, aku tidak sendiri. Ada seorang art Ustadzah, usianya masih muda. Art itu hanya di tugaskan untuk membantuku, seperti memotong sayur dan bumbu. Sibuk di dapur, aku tidak tau apa yang di perbuat Ustadzah Aisyah dengan menantuku. Selama dia tidak membuat masalah, aku pun tenang. Semoga saja di tangan Ustadzah, Rose bisa berubah sedikit demi sedikit. 
last updateLast Updated : 2021-12-08
Read more
Apa yang terjadi pada Rose?
Saat asyik makan, tiba-tiba terjadi keributan di luar. "Ada apa ini?" tanya Ustadzah Aisyah keluar. "Permisi Ustadzah, Bu Ijah nya ada?" tanya Mang Asep celingukan. "Ada di dalam, ada apa Mang?" tanya Ustadzah Aisyah bergegas memanggilku ke belakang. "Bu Ijah, di cariin Mang Asep di depan!" "Ada apa Ustadzah?" "Nggak tau, coba datangi dulu. Sepertinya dia cemas!" jawab Ustadzah Aisyah. Aku pun bergegas ke depan dan menghampiri Mang Asep. "Ada apa Mang?" "Bu Ijah, gawat. Cepat pulang, mantumu ... Ayo ikut saya!" ajak Mang Asep terburu-buru. "Rose? Kenapa dengan dia, Mang?" tanyaku gelisah. "Sudah, kita pulang dulu!" ujar Mang Asep. "Ya sudah, saya pamit dulu sama Ustadzah Aisyah!" kataku sembari masuk ke dalam. "Ada apa Bu Khadijah?" tanya Ustadzah Aisyah. "Sesuatu terjadi pada Rose, entah apa. Saya pulang dulu ya Ustadzah mau lih
last updateLast Updated : 2021-12-08
Read more
Kerumah sakit
Keesokan harinya, aku sengaja masak pagi-pagi untuk dibawa kerumah sakit. Rose pasti ingin masakan ku, karena selama ini aku yang memasak dan Rose tidak pernah mengeluh. "Nak, udah siap belum?" tanyaku sambil mengetuk pintu kamar Darma. Tidak ada sahutan dari dalam, aku coba ketuk lagi. Mungkin Darma masih tidur, biasa saat ada Rose di rumah Darma cepat bangun bahkan tanpa perlu aku mengetuk pintu. "Darma ... Ayo bangun, anter ibu ke rumah sakit," pintaku. Tak lama pintu terbuka, berdiri Darma yang masih menguap karena ngantuk. "H'mm, ada apa Bu? Masih pagi udah banguni Darma?" tanyanya dengan mata masih merem. "Anter ibu kerumah sakit, ibu bawakan makanan untuk Rose," jawabku sumringah. "Ngapain kesana lagi, Bu? Ntar diusir Mamanya Rose, apa ibu nggak marah?" Darma terlihat malas dan berjalan menuju ranjang dan akan tidur kembali. "Kamu kok tidur lagi, Nak? Sudah salat Subuh dulu
last updateLast Updated : 2021-12-08
Read more
Pertengkaran
"Kamu udah makan Rose? Ini ibu masakan kesukaanmu," kataku sambil membuka rantangan. "Taruh aja di situ, aku belum lapar," jawab Rose ketus. "Mama kemana, Rose? Dari tadi nggak nampak!" ujar Darma sambil celingukan. Sedari tadi Darma hanya diam memperhatikan aku dan Rose bicara. Sengaja aku minta Darma tidak banyak bicara agar suasana tidak keruh. "Mama keluar membeli sarapan," jawab Rose pendek. "Ya udah, kita tunggu besan aja trus minta izin untuk membawamu pulang," kataku sambil menutup rantang. "Aku nggak mau pulang, Bu. Aku mau di rumah Mama aja, lebih tenang dan nggak berisik ibu ganggu terus," cibir Rose melipat tangannya. "Kalo kamu mau di rumah Mamamu, nggak apa-apa Rose. Mungkin kamu bisa cepat sembuh disana," kataku menatap Rose sendu. "Pasti cepat sembuh, dong! Kan Mama tidak pernah menyuruh Rose ini itu, jadi Rose bisa tidur sampai lama," ujar Rose senang. 
last updateLast Updated : 2021-12-08
Read more
Talak
Aku juga tidak rela di hina terus-terusan, aku kasihan melihat Darma. Kulihat Rose hanya diam memperhatikan keributan ini, aku heran dimana perasaannya itu, sama sekali tidak perduli. Darma juga menatap Rose tajam, sepertinya Darma sepemikiran denganku. Darma berjalan mendekati Rose dan berkata tegas. "Rose, katakan sekali lagi kamu ikut kami pulang atau ikut Mamamu?" tanya Darma sembari menunjuk dia dan mertuanya. "Tentu aja aku ikut Mamaku, dong!" jawab Rose ketus. "Baiklah, kalo begitu Bu sekarang ini Darma minta izin," ucap Darma tegas, aku mengerti apa yang mau di ucapkan nya. Itu sesuatu yang akan buat dia berpisah dari Rose, Darma pasti udah mantap hingga dia mesti mengatakannya. Apakah aku harus mengangguk dan memberi izin? Darma masih terus menatap menunggu persetujuanku. Aku masih bimbang dan bergantian menatap Darma dan Rose. Namun, Rose tetap acuh terhadap peringatan Darma. "Darma,
last updateLast Updated : 2021-12-08
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status