Share

22. Memory

Sudah hampir satu jam, Sean duduk di meja bar dengan tatapan menerawang ke depan. Percakapan dengan Ilona tadi terus terngiang di telinganya, semakin jelas memori tersebut semakin terasa nyeri di dada. Ia melampiaskan rasa sakit itu dengan kembali menegak bir di tangannya hingga tandas. Suara dentuman terdengar saat pria itu meletakkan gelas dengan kasar ke meja.

"Jika aku tau bahwa jatuh cinta bisa memberikan rasa sakit yang teramat. Lebih baik aku tidak memiliki hati sama sekali," gumam Sean dengan mata telah memerah, satu tangannya telah mencengkram kuat bagian dada kirinya.

"... ini adalah terakhir kalinya kita bertemu."

Sean meringis tanpa sengaja saat kalimat terakhir Ilona muncul di benaknya begitu saja. Tangannya telah beranjak ke gelas yang telah kosong dengan genggaman yang begitu kuat seiring luka dalam hati menganga lebar. Bahkan ia begitu sulit walau sekedar menelan ludah, mengetahui kenyataan bahwa sang pujaan benar-benar tidak menginginkan keha
Fn. Nurmala17

Jangan lupa tinggalkan vote dan komen yah setelah membaca:)

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status