All Chapters of DUKU (DUDA KUAT): Chapter 41 - Chapter 50
100 Chapters
40. Malam Pertama yang Berkeringat
21+ Tuk! Tuk!Suara ketukan lembut di pintu kamarnya membuat Salsa menoleh. Cepat ia menghapus air mata dan membetulkan air wajahnya yang sangat berantakan. "Sebentar, Bun," ujarnya sedikit berteriak, lalu berlari ke kamar mandi untuk mencuci muka. Sungguh tidak mudah melepas lelaki yang ternyata kamu cinta untuk bersanding dengan wanita lain. Apalagi kamu pernah benar-benar tidak menganggapnya. Cklek"Ya, Bun?" "Kamu baru mandi?" tanya Juwi memperhatikan putri cantiknya dari atas sampai bawah. "I-iya, kenapa, Bun? Salsa tidak ingin makan, mau langsung tidur saja," kata Salsa dengan tangan yang siap mendorong pintu kamarnya. Juwi menahan pintu lebih cepat dari perkiraan Salsa. "Ada Fajar di depan. Katanya dia menelepon kamu seharian tetapi diabaikan. Selesaikan ya, Sayang. Jangan memberikan harapan jika kamu tidak yakin. Temui Fajar!" pinta Juwi diiringi senyuman. Wanita dewasa itu sangat mem
Read more
41. Salah Asep
"Sepertinya istri Mas terlalu kelelahan. Dehidrasi, dan maaf, Mas bilang tadi masih suasana pengantin baru ya? Ini ... mm ... ada sedikit luka lecet di organ intimnya." Satria menghela napas berat, lalu menoleh pada ibunya yang sudah meneteskan air mata. Satria pun kini tengah berusaha menahan air matanya agar tidak tumpah. "Saran saya, biar istri Mas dirawat dahulu mungkin dua malam ya. Mas bisa konsultasi ke dokter kelamin jika nanti memang diperlukan bagaimana kiranya berhubungan dengan pasangan secara normal dan tentu saja yang sehat," lanjut dokter lagi sambil tersenyum tipis. "Baik, Dok, terima kasih atas penjelasannya." Dokter itu pun pamit meninggalkan Satria dan Bu Mae di ruangan VIP. Haya masih terlelap dengan jarum infus menancap di punggung tangan kirinya. Satria mendekati brangkar, mencium kening istrinya dengan satu dua tetes air mata yang jatuh di dahi kain kerudung yang dipakai istrinya. "Yah, Sat, kasihan Haya. Emangnya gimana
Read more
42. Hanafi Ramlan Prawira
"Sat, lu udah bangun?" tanya Bu Mae menghampiri putranya yang sedang meraih gelas di atas meja."Bu, masa orang lagi tidur bisa ngambil gelas? Ya jelas saya sudah bangun," balas Satria sambil memutar bola mata malasnya. Bu Mae menyeringai, lalu meletakkan bokongnya dengan pelan di tempat tidur Satria. Persis di ujung kaki putranya."Sini, turun sebentar! Ada yang mau Ibu tanyain. Jangan sampai kedengaran Haya, Ibu malu," ujar Bu Mae sambil berbisik pada putranya. Satria menurut dengan langkah yang masih gontai berjalan ke arah sofa depan TV."Ada apa sih, Bu? Kayaknya penting banget," tanya Satria penasaran."Sat, temen lu yang namanya Ramlan udah nikah belum?" Satria mengernyit saat mendengar sebuah pertanyaan aneh dari ibunya."Setahu saya belum, Bu. Emangnya kenapa? Ibu mau jodohin Ramlan sama Mak Piah? Ha ha ha ... saya dukung."Sstt .... Bu Mae meletakkan telunjuknya
Read more
43. Haya Keluar Rumah Sakit
Ramlan baru sadar dari pingsannya setelah diberi minyak kayu putih pada hidung, tenggorokan, serta juga dua telapak kakinya yang dingin. Untunglah baru dua kustomer yang datang sehingga bisa di-handle oleh temannya yang lain."Akhirnya lu sadar juga, kalau nggak, pan lumayan motor buat lu jadi diwariskan ke gue. Secara nenek kita sepupu ipar," ujar Sapto sambil menyeringai."Enak aja! Mana mau gue mati meninggalkan motor baru. Yang ada kalau gue mati, motornya harus ikut gue masuk ke kuburan berserta kunci dan BPKB," balas Ramlan sengit."Mau balapan sama mayat yang lain lu? Atau pas mau digadein ada berkasnya? Ha ha ha ... Sakit lu, Raam!" keduanya tertawa terbahak-bahak. Sapto memberikan secangkir teh untuk Ramlan agar tenaganya kembali pulih."Gue telepon Bos Satria dulu, mau ngucapin terima kasih," kata Ramlan pada Sapto. Pemuda itu bangun dari duduknya, lalu berjalan keluar bengkel dan berdiri di bawa
Read more
44. Status WA Juwi
Malam ini, cuaca di luar sedang gerimis. Keadaan yang sangat pas untuk sepasang pengantin baru yang ingin kembali menikmati manisnya madu kumbang sangar yang ditawarkan pasangan.Beda keadaannya pada sebuah rumah yang berada di dalam komplek perumahan cukup elit. Dua keluarga besar sedang duduk di sebuah ruang tamu untuk membicarakan masa depan anak mereka.Malam ini, Fajar melamar Salsa. Ia beserta keluarga besar datang dengan mobil mewah dan membawa aneka buah tangan eksklusif untuk Salsa. Juwi dan Devit turut senang dengan keputusan yang akhirnya diambil Salsa. Anak perempuan kesayangan mereka telah memutuskan untuk menerima pinangan dari Fajar."Bagaimana, Nak Salsa? Apakah pinangan Fajar diterima?" tanya seorang pria yang usianya mungkin sama dengan Papa Devitnya. Salsa hanya tersenyum, lalu diikuti anggukan pelan."Alhamdulillah." Semua orang di dalam ruangan mengucap syukur sambil mengangkat kedua t
Read more
45. Saran Dokter
"Ini pasti akan telus teljadi sama anak kamu Mae. Siapapun yang menikah dengan Satlia pasti kalah dengan kemampuannya," seru Mak Piah dari depan rumahnya, saat Bu Mae berdiri di depan pintu rumahnya untuk menunggu dokter yang dipanggil ke rumah.  Bu Mae menoleh, lalu berjalan menghampiri Mak Piah dengan wajah amat penasaran. Sudah lama ia ingin menanyakan hal ini pada nenek tua itu, ada apa sebenarnya? "Mak, maksud Mak apa siapapun istri Satria akan kalah? Mak tahu darimana? Kalau Mak tahu kenapa, berarti Mak tahu juga apa yang harus dilakukan agar Satria tidak kembali gagal berumah tangga?" cecar Bu Mae dengan tak sabar. Mak Piah tertawa kecil, lalu berbalik badan ingin masuk ke dalam rumah, tetapi Bu Mae gerak cepat menahan lengan nenek tua itu.  "Mak, tunggu! Mak belum jawab pertanyaan Mae! Ada apa sebenarnya, Mak? Kasihan Satria dan Haya. Mereka nampak sudah saling mencintai dan sa
Read more
46. Sunat atau Rukiyah
Salsa mendengarkan penjelasan salah satu tetangga Satria perihal yang terjadi pada Haya. Sudah bukan sebuah rahasia lagi bahwa kemampuan aneh Satria di ranjang sangatlah mengejutkan. Satu kampung mengetahui hal itu karena kegagalan Satria berkali-kali dalam berumah tangga. Bulu tangan Salsa sampai merinding sekilas membayangkan betapa garangnya Satria di ranjang dengan Haya. Masih ada rasa cemburu di hatinya, walau tinggal setitik.Hek! Hek!Samudra menangis dan Salsa iba dengan bayi yang baru berusia beberapa bulan itu. "Biar saya gendong, Bu!" Salsa mengambil Samudra dari gendongan si Ibu, lalu menimangnya dengan penuh sayang. "Aduh, kamu Endut banget, Dek," kata Salsa sambil mencubit pelan pipi Samudra. Salsa berdiri, lalu berjalan ke bawah pohon rambutan sambil menenangkan Samudra yang terlihat mengantuk."Mbak, maaf, bukannya Mbak yang kemarin menolak lamaran Satria?" pertanyaan itu membuat Salsa menoleh lalu tersenyum
Read more
47. Satria Lelaki Unik
"Sat, setelah Ibu rembukan sama Haya, maka kami memutuskan Asep untuk di ... mm ... disunat lagi, gimana?" ujar Bu Mae serius pada putranya. Dengan gerak cepat Satria mengamankan aset terbaik hidupnya, menyembunyikan kembarannya dari dua orang wanita yang menatapnya dengan horor. "Ya habis dong, Bu. Jangan ah! Gak rela saya." Satria menolak dengan tegas permintaan konyol ibunya. "Terus bagaimana lagi caranya biar Asep gak hiperaktif, Sat? Lu harus usaha gimana caranya, biar istri lu gak bolak-balik masuk rumah sakit. Sekarang dia masih senyam-senyum, coba Minggu depan, bulan depan, tidak ada yang tahu kemampuan Haya. Ibu gak mau Haya celaka gara-gara penyakit kamu, Satria!" ujar Bu Mae dengan suara bergetar menahan tangis. "Bu, maafin Satria. Satria juga bingung harus bagaimana? Asepnya gak bisa disuruh stop, kayak ada yang gerakin diluar kendali Satria," balas Satria sambil merangkul pundak ibunya yang sudah naik turun karena menangis. 
Read more
48. Pernikahan Salsa
Haya sudah kembali ke rumah setelah dirawat di rumah sakit selama tiga hari. Kondisinya sudah benar-benar pulih dan cara berjalannya juga sudah baik. Samudra terlihat sekali rindu dengan bundanya sehingga terus saja menyusu ASI tanpa henti. Ia akan menangis jika ASI terlepas. Samudra sangat manja dan Satria tidak mau mengganggu perhatian Haya pada putranya."Mana Haya?" tanya Bu Mae saat Satria tengah memakai sepatu di teras."Lagi menyusui Samudra, Bu," jawab Satria. "Lu kagak? Biasanya lu malah duluan," timpal Bu Mae sambil mencebik. Satria tergelak, lalu menggelengkan kepalanya. "Nanti malam aja, biar Samudra dulu yang puas main dan manja sama bundanya," jawab Satria lagi. Kini ia sudah berdiri hendak memakai jaket motornya, bersiap untuk ke bengkel cabang yang kedua. "Oh, iya, lu beneran gak mau datang ke acara Salsa? Gak enak loh, dia baik banget. Waktu Haya dibawa sama Ibu pakai ambulan, Salsa kemari mengantar undangan dan B
Read more
49. Salsa Depresi
Salsa, Fajar, kedua orang tua mereka, serta ibu, dan seorang perempuan muda yang mengaku hamil anak dari Fajar sudah berada di dalam satu ruangan tertutup. Acara resepsi dibatalkan oleh Devit secara sepihak karena ia tak sanggup menanggung malu atas perbuatan amat menyakitkan baginya, terutama bagi Salsa. Pengantin wanita itu masih terduduk dengan tubuh lemas sambil bersandar pada bundanya. Juwi menangis tersedu, sedangkan Salsa hanya terdiam dengan pandangan kosong. "Katakan yang terjadi sebenarnya, Fajar, katakan!" Devit berteriak pada menantunya sambil meraih baju Fajar dan mencengkeramnya. Om dari Salsa yang menikahkan gadis itu hanya bisa mengepalkan tangannya, lalu dengan cepat menepis tangan Devit."Ini semua tanggung jawab kamu, Devit! Kamu yang menjodohkan Salsa dengan lelaki bajingan seperti ini dan sekarang, lelaki ini ... argh!" wajah Devit mengeras dengan mata yang berkaca-kaca. Benar sekali, ia yang harus dipersalahkan atas semua ini, k
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status