All Chapters of DUKU (DUDA KUAT): Chapter 61 - Chapter 70
100 Chapters
60. Drama Mak Piah
Mak Piah menyelipkan beberapa helai rambutnya ke belakang telinga sambil duduk di kursi ruang tamu. Satria yang tadi sempat datang, sudah menghilang, tetapi motornya masih parkir di depan rumahnya. Wanita tua itu yakin Satria pasti akan kembali untuk melihat Samudra. Ini kesempatan yang tepat untuknya mengambil kesempatan.Mak Piah memandang gelas air minum yang sudah ia bubuhi obat perangsang. Gelas itu akan ia berikan pada Satria saat pemuda itu bertamu nanti. Ia sudah meletakkan gelas itu persis di depannya agar ia hapal mana gelas bagiannya mana gelas bagian Satria.Tok! Tok!"Mak, buka pintunya!" seru Pak RT dari depan pintu. Mak Piah bangun dari duduknya, lalu menyambar sweeter yang ada di kursi. Ia harus menutupi kulit keriput di bawah ketiaknya saat panggilan di depan sana bukanlah suara Satria.Cklek"Eh, ada apa ini lame-lame?" tanya Mak Piah terheran melihat ada lima orang dewas
Read more
61. Ngakak Pokoknya!
Satria yang terlalu asik bermain bersama Samudra di kamarnya, tidak tahu menahu bahwa Mak Piah baru saja dilarikan ke rumah sakit. Riuh-ramai dari halaman rumah Mak Piah sama sekali tidak terdengar oleh lelaki itu karena sambil menemani Samudra main, ia menyetel musik.Semua yang ia lalui sebulan belakangan ini benar-benar menguras emosi, tenaga, pikiran, serta tabungannya. Ia perlu santai sejenak sambil memikirkan ucapan Mak Piah tentang kutukan yang mengikutinya.Tok! Tok!Suara ketukan di jendela kamarnya membuat Satria tersentak dari lamunannya. Samudra sibuk dengan mainan bunyi-bunyian yang sengaja ia tebar di atas tempat tidur.Tok! Tok!"Ya, sebentar!" kata Satria yang bergerak cepat turun dari tempat tidur sambil menggendong Samudra."Eh, Pak RT, ada apa, Pak?""Wah, gawat Mas Satria, begini, Mak Piah ditemukan tidak sadarkan diri di kamar mandi de
Read more
62. Haya Cemburu Pada Salsa
Satria baru saja berhasil menidurkan Samudra lima menit yang lalu. Kini, ia tengah merapikan rambutan Aceh yang baru saja ia panen dari pohon di depan rumahnya. Besok ia akan membawanya ke tukang buah langganan untuk ditaruh di sana. Harga rambutan Aceh berbeda dengan rambutan biasa, harganya lebih mahal dan Satria bisa mendapat untung lebih banyak.Tok! Tok!"Assalamualaikum, Satria, ini Mpok Mimi," suara wanita yang tidak asing terdengar dari balik pintu rumahnya."Wa'alaykumussalam, Bu, sebentar," sahut Satria yang bergerak cepat bangun dari duduknya, lalu berjalan untuk membukakan pintu."Eh, Mpok Mimi, ada apa?""Ini loh, Ibu kamu telpon!" Mpok Mimi menyerahkan ponselnya pada Satria."Ya, halo, Bu? Ada apa? Udah deket?""Udah deket kepala lu! Ke mana aja lu gue telponin kagak bisa?""Ada di rumah lagi metikin rambutan. Ini lagi saya j
Read more
63. Satria Demam
Haya masuk ke dalam kamar mandi, diikuti oleh Satria. Pintu sengaja tidak ditutup rapat karena Samudra ada di atas karpet; depan televisi. Satria yang melarang Haya untuk menutup rapat pintu kamar mandi, karena khawatir akan bayi delapan bulan di depan sana."Bang, sini saya bukain!" bisik Haya dengan suara mendayu. Satria pun mengangguk. Kamar mandi yang sempit, membuat gerak Satria dan Haya terbatas.Keduanya sudah tanpa busana. Satria melancarkan serangan pada Haya dan disambut penuh sukacita oleh wanita itu."Pelan, Bang, dengkul saya kebentur bak," bisik Haya dengan mata terpejam."Memang sempit, Ya, t-tadi Abang bilang apa?"Bugh!"Aw! Sakit!" rintih Haya saat lagi-lagi dengkulnya terbentur dinding bak.Satu jam tiga puluh menit pun berlalu. Asep belum juga sampai, begitu pun Haya. Konsentrasinya terpecah karena dengkulnya yang nyeri.
Read more
64. Kabar Kematian Satria
Innalilahi wa innaa ilaihi roji'un. Telah berpulang ke Rahmatullah saudara Satria Kuat dan sang Istri Nurhayati. Baru saja di rumahnya. Mari kita doakan ...."Woy, orangnya gak jadi meninggal! Bukan meninggal, tapi demam!" teriak Pak RT pada marbot masjid yang mengumumkan perihal wafatnya Satria. Maaf, tidak jadi meninggal rupanya. Mohon dimaafkan informasi yang salah ini. Terima kasih.Puluhan warga berkumpul di depan rumah Satria, mereka berbondong-bondong ingin melihat keadaan Satria dan istrinya yang menurut gosip beredar, meninggal dalam keadaan mengenaskan di dalam kamar. Banyak warga yang memotret penampakan rumah Satria dengan caption innalilahi. Foto pun tersebar cepat kepada teman-teman Satria. Seluruh karyawannya, serta para penyewa kontrakannya. Termasuk Ramlan, pemuda itu kaget dengan berita duka cita yang diterima dari salah satu temannya. "Kenapa, Bang?" tanya seorang wanita yang duduk di belakang kemudi Ramlan. Saa
Read more
65. Apakah Harus Berpisah?
"Sayang, kamu masih demam," kata Satria saat meraba kening Haya dengan punggung tangannya. Handuk kecil basah kembali ia rendam ke dalam baskom air, lalu ia peras kuat dan ditaruh kembali di kening istrinya. "Bang, AC kamar matikan saja. Saya kedinginan," pinta Haya pada suaminya. Satria pun menuruti keinginan Haya. Malam ini, Samudra tidur bersama Bu Mae karena Bu Mae tidak mau Samudra sakit lagi, karena tertular penyakit ibunya. Satria masih setia menemani Haya sama terus memijat kedua kaki istrinya. Hanya memejamkan mata, tetapi tidak tidur. Seharian ini ia sudah banyak tidur sehingga mata yang terasa panas tidak bisa dilelapkan, hanya bisa dipejamkan saja. "Apa yang dirasa, Ya?" tanya Satria sambil berbisik."Matanya panas, Bang. Kepala juga sakit banget. Padahal udah minum obat," jawab Haya lemah."Sabar ya, besok insyaAllah kamu sembuh." Haya hanya bisa mengangguk lemah tanpa mau membuka mata. Rasanya sungguh berat sekali da
Read more
66. Salsa dan Fajar
Siang ini, Salsa baru saja kembali dari rumah sakit. Ia masih menempati apartemen yang disewa oleh papanya. Bukan tinggal di apartemen milik suaminya. Fajar sudah berangkat ke Amerika untuk urusan pekerjaan. Ia meninggalkan Salsa dan wanita hamil bernama Sintya begitu saja.Salsa memandang pemandangan lalu-lintas dari kamar apartemennya yang berada di lantai enam. Ia termenung memikirkan nasib pernikahan yang tidak tahu harus bagaimana dan ke mana. Ia tidak mau dengan Fajar, tetapi ia juga belum ditalak oleh suaminya. Semua hubungan dibuat menggantung oleh pria itu."Bunda baru tahu kalau Fajar udah berangkat. Apa yang ada di kepalanya meninggalkan istri yang sakit dan seorang wanita hamil di Jakarta sana? Bunda tidak habis pikir bagaimana Papa kamu bisa menjodohkan kamu dengan lelaki seperti itu," omel Juwi sambil mengupas buah apel untuk putrinya. "Kenapa kamu tidak bilang, Bunda? Apa dia pamit sama kamu?" cecar Juwi yang masih penasaran."Mas Faj
Read more
67. Satria Dirukiyah
"Ibu bicara dengan siapa? Siapa yang mau bercerai? Kalau yang Ibu bicarakan saya, maka tidak akan saya menceraikan Haya, apapun alasannya!" tukas Satria dengan rahang mengeras. Ia tidak suka dan sangat trauma dengan kata cerai. Sudah tujuh kali ia berhadapan dengan kata itu dan ia sama sekali tidak ingin mengulanginya. Bu Mae meletakkan ponselnya kembali di atas meja, lalu menghela napas, mengumpulkan tenaga untuk memberikan nasihat untuk putranya."Kamu memang tidak pernah menceraikan istri-istrimu, Satria, tetapi kamu yang digugat cerai oleh mereka. Jika mantan-mantan istrimu terdahulu adalah para perawan ting-ting, janda juga janda tanpa anak, bukan janda satu anak yang masih kecil seperti Samudra. Umurnya saja baru delapan bulan. Bundanya sudah sakit-sakitan sejak menikah sama kamu. Tubuhnya juga semakin kurus sejak sering ditinggal bundanya masuk rumah sakit. Apa kamu tidak kasihan? Begini, jika kamu ingin Haya tidak terus saja sakit, maka kamu yang harus be
Read more
68. Setelah Dirukiyah
Satria pun selesai di rukiyah. Ia pulang ke rumah dengan tubuh teramat lemah. Tak sanggup rasanya ia untuk mengendarai motornya pulang, sehingga Satria meninggalkan motornya di rumah Ustadz Nurdin dan pulang dengan naik taksi online.Bu Mae menyambut kepulangan Satria dengan wajah sumringah sekaligus penasaran. Ke mana motor anaknya?"Motor lu mana, Sat?" tanya Bu Mae."Ditinggal di sana, Bu, saya lemas banget mau bawa pulang motor. Ini saja masih enneg." Satria langsung berbaring di sofa ruang tamu sambil memejamkan mata. Bu Mae pergi ke dapur untuk membuatkan teh manis hangat untuk putranya."Samudra mana, Bu?" tanya Satria saat ia tidak melihat ibunya menggendong Samudra."Diajak Bu Fitri main ke rumahnya. Kasihan balita itu kalau di rumah isinya orang sakit semua. Biarin dia di sana dulu deh. Kamu sakit, Haya sakit, Ibu ya gak kuat ngurusin dua orang dewasa payah ditambah bayi satu." Bu Mae menyodorkan cangkir teh ke bibir anaknya. Satria meneg
Read more
69. Haya Pergi dari Rumah
"Talak? tidak akan, Haya! Cukup sudah saya berurusan dengan perceraian. Kamu akan tetap menjadi istri saya sampai maut memisahkan kita. Tolong bersabar sedikit lagi, saya sudah berobat dan saya yakin akan sembuh. Kamu jangan mempercayai ucapan Mak Piah. Wanita tua itu bisa-bisanya menyebarkan berita bohong tentang hidupku, padahal dia sendiri tidak bisa mengurus hidupnya. Tolong Haya, percaya saya. Jangan tinggalkan saya." Satria memeluk istrinya dengan begitu erat. Keduanya menangis tersedu untuk beberapa saat. Takdir kembali mempermainkan hatinya. Ya, Haya dan Satria merasa Tuhan tengah mempermainkan perasaan mereka. Saat keduanya sudah dekat dan saling cinta, ujian terus saja datang bertubi-tubi. Entah harus percaya ucapan Mak Piah atau tidak, tetapi pesan Mak Piah cukup mempengaruhi Haya. Wanita itu merasa memang hanya berpisah adalah jalan satu-satunya. "Bang," panggil Haya sambil mengurai pelukan. "Ada apa?" tanya Satria sambil memegang d
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status