All Chapters of KALI KEDUA: Chapter 11 - Chapter 20
141 Chapters
Harga diri yang diinjak
Basri menghela napas berat, kemudian ia menatap Byanca. “Tidak ada. Beliau hanya berpesan bahwa rumah ini beserta isinya, villa yang ada di Bali, Appartement lama, Alphard dan Range Rover semua akan ditangguhkan atas nama anda dan Ken. Ah, iya saya lupa ia juga memberikan saham 10% atas perusahaannya untuk Ken dewasa kelak, Bu.” “Saya tidak butuh harta.” Dada Byanca naik turun menahan emosi. Apa Bian berpikir bahwa selama ini Byanca bersamanya hanya karena harta? Apa Bian tak merasakan ketulusan di hati Byanca. Keterlaluan sekali. Bian sama sekali menjijikkan dan tak punya hati. Mengapa Byanca bisa mencintai pria seperti itu. “Sampaikan pada Bian. Aku tak menginginkan harta. Yang aku inginkan adalah ia datang menemui ku dan Ken. Setidaknya ia menyampaikan maksudnya dengan baik. Aku tidak akan menahannya untuk pergi atau menghancurkan mimpi indahnya untuk menikah lagi. Tidak sama sekali. Yang aku inginkan hanya s
Read more
Terbang Bersama Angin
Yang membencimu akan semakin membenci ketika kamu dalam kerterpurukan. Tak peduli seberapa baik usahamu menyenangkannya. Karena itu semua hanya kamuflase. “Pak Bian tidak ada. Anda dilarang masuk!” Resepsionis itu — Amel mengusir Byanca dengan nada ketus. Ia bahkan berkacak pinggang seakan lupa bahwa dulu ia sangat menghormati wanita ini. “Amel jangan kurang ajar kamu. Saya mau ketemu Bian,” tekan Byanca. Ia sebenarnya bukan tipe orang yang selalu mempermalukan diri di hadapan publik. Namun, Amel terus saja menghalangi langkahnya. “Kamu yang kurang ajar. Saya sudah bilang kalau kamu tidak boleh masuk.” Amel mencengkeram tangan Byanca kemudian mendorongnya keluar. “Pak… Usir wanita ini! Dia mengganggu saja.” Seorang sekuriti berlari menghampiri Byanca dan segera menarik pergelangan tangan Byanca. Ia tak mengenal siapa se
Read more
Berganti Buku Baru
“Kalau ada apa-apa telepon Tante, ya?” Clara mengelus rambut tebal Ken. Sebenarnya dia enggan berpisah dengan Byanca dan Ken. Ia ingin tetap bersama keduanya. Baginya, Byanca tidak hanya sahabat namun sudah seperti kerabat. Namun, dia juga setuju pada Tante Rina. Jika Byanca berlama-lama di sini yang ada ia akan semakin terluka, lebih baik ia ke Korea bersama Tante Rina, untung-untung Byanca dapat Oppa yang lebih tampan dari Bian. Biar Bian menyesal. “Nirina, aku percaya pada kamu. Tolong urus perusahaan. Sekitar dua atau tiga hari lagi seorang direktur baru akan datang. Mami mengutus keponakannya mengelola perusahaan untukku.” Byanca menyerahkan segala dokumen kepada Nirina. “Aku ingin semua aset dan sahamku ditangguhkan atas nama Ken. Tolong ya.” Byanca memiliki perasaan tak enak atas nasib perusahaannya mendatang, oleh karenanya ia sudah memberikan beberapa persiapan untuk Nirina. Setidaknya ia bisa men
Read more
Upaya Melupakan
“Cucu Oma sudah besar sekali.” Rina menggendong Ken kemudian membawanya memutar. “Mi, Ken sudah gede lo. Nanti Mami sakit pinggang,” ucap Byanca tak enak hati. Ia tak ingin maminya nanti mengeluh sakit pinggang dan berujung dengan Byanca yang memijatnya. “Mami kamu ini bagaimana sih, Ken? Orang Oma sehat begini, malah dibilang sakit pinggang,” ujar Rina dengan mencebikan bibirnya, sementara Ken hanya tertawa lepas. Baginya, pemandangan Oma Rina dan Mami Byanca sedang berselisih paham sangat lucu. Yang tidak diketahui oleh Byanca bahwa Rina sangat rajin berolah raga akhir-akhir ini. Jadi, dia terlihat lebih sehat dan muda. Banyak teman-temannya yang menyarankan agar Rina merawat diri agar tak termakan oleh usia. “Eh… Maksud Byanca nggak gitu, Mi.” Byanca meraih pundak Rina dan menciumi wajahnya. “Byanca kan juga kangen Mami. Masak cuma Ken a
Read more
Bian dan Bulan Kesepian
Pancaran bahagia dari raut wajah Ken tak bisa dimanipulasi. Bayi empat tahun itu tak hentinya tertawa dan mengoceh ria. Ia menceritakan semua kisah sekolahnya pada Rina. Tentu saja, ia menyelipkan cerita Rayya di sana. Sesekali ia menutupi mulutnya yang suka keceplosan. Rina terbahak-bahak menyaksikan tingkah konyol Ken.  Pemandangan itu menohok Byanca. Selama ini ia hanya sibuk bekerja dan menyampingkan keinginan Ken. Maunya sederhana rupanya hanya liburan kecil dan menemani bermain. Itu saja tidak mudah dikabulkan oleh Byanca. Ingin mengutuk diri sendiri karena belum bisa menjadi ibu yang baik untuk Ken. Mulai sekarang, Byanca berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan meluangkan waktu lebih kepada Ken dari pada pekerjaan yang tak berujung itu. Ken adalah nafasnya. Sumber kebahagiaannya. Maka, segala cara ia korbankan demi putra semata wayangnya ini. Ya, Byanca akan berjanji itu. Bian telah meninggalkan Ken bersama impian yang lenyap dimakan pengkhian
Read more
Hierarki Kebahagiaan
“Ken tidak mau berenang lagi,” rajuk Ken karena mendapati dirinya yang selalu kalah adu renang bersama Rina. “Oma terlalu jago.”Rina tertawa riang. Melihat aksi Ken mengingatkannya pada Byanca kecil. Byanca juga tidak sehebat dirinya berenang, justru Byanca sangat malas berenang karena menurutnya itu terlalu merepotkan dan melelahkan. Namun, Rina terus menyemangatinya dan mengimingkan hadiah mahal jika Byanca bisa menandinginya. Byanca akan setuju namun ketika tiga kali putaran dan ia selalu kalah, maka ia akan merajuk seperti Ken. Pada saat itulah Dewo akan memujuknya dengan makanan dan mainan yang Byanca sukai. Oleh sebab itu, Byanca menjadi putri yang sangat manja.Semua kenangan itu hancur ketika Dewo mengaku telah menikah dengan wanita lain. Byanca, si putri manja berubah menjadi seseorang tertutup bahkan kepada Rina. Ia cenderung mengobati lukanya seorang diri. Byanca lebih suka menghabiskan waktu di kamar kecilnya. Byanca lebih suka memb
Read more
Menolak Bian
“Duar…”Ken berhenti di tengah tawanya. Ia dan Byanca kompak berbalik untuk melihat siapa yang mengejutkan mereka. Padahal mereka sedang asyik bercanda dan melahap braised makarel, jeonbok-juk dan beberapa hidangan seafood lainnya.“Akhirnya Oma menemukan kalian.” Rina duduk di depan keduanya kemudian menyeringai tipis. “Kalian meninggalkan Oma sendirian di villa. Kalau Oma diculik bagaimana?”Wajah Ken mendadak jadi takut. Ia pernah menonton film bahwa penculik adalah seseorang yang menakutkan dan penculik juga sengaja memisahkan kita dari keluarga. Ia jadi bergidik membayangkan omanya diculik. Ken turun dari kursinya kemudian memeluk pinggang Rina. “Maafin Ken dan Mami, Oma.”Rina tersentuh akan kemanisan cucunya ini, maka ia menggendong Ken dan membawanya di atas pangkuan. “Oh sayangnya Oma.” Rina memeluk Ken begitu hangat dan membubuhi ciuman hangat di seluruh wajah m
Read more
Putus Komunikasi
Rina buru-buru mengambil ponselnya kemudian keluar kamar. Sementara Byanca mencoba menenangkan Ken.“Bian, kamu dengar sendiri keinginan Ken. Terima kasih karena menyakiti dua hati kesayangan Mami. Kamu tidak hanya melukai putri kesayangan Mami tapi kamu juga melukai putramu sendiri.”Bian tampak tak mampu mengolah kata-kata. Ia mengalihkan ponselnya pada Rentina. Rentina pun sama, ia berderai air mata dan suaranya terdengar parau. “Rina sebenarnya ada kesalah pahaman di sini.”“Aku tidak mau ikut campur urusan rumah tangga mereka. Tapi yang aku tahu bahwa putramu telah mencamapkkan putriku. Maka sekarang aku akan melindunginya semampuku. Jika kalian ingin menyakitinya lagi, maka langkahi mayatku!”“Rin… kita adalah sahabat. Kita tidak akan berkelahi karena ini, bukan?”Rina menghela napas kasar. “Tadinya aku tidak memikirkan itu. Tapi, setelah mendengar suara hati Ken, maka aku meminta m
Read more
Tak Tersentuh Dengan Kata Romantis
Clara ikut senang melihat tawa Byanca dan Ken pada potingan Tante Rina. Namun, ia juga tersandung pilu ketika membaca keterangan foto itu. Banyak arti tersirat dalam kalimat yang dituliskan oleh Tante Rina. Namun yang tertangkap hanya kalimat larangan untuk Bian kembali lagi.“Permisi, Bu. Ada tamu yang ingin bertemu.”Clara mengingat-ingat janji yang dimiliki hari ini. Seingatnya tidak ada, lantas siapa yang ingin bertemu dengannya. Ia menatap sekretarisnya dengan kebingungan. “Siapa?”Eca bingung-bingung menjawab, pasalnya tadi sang tamu sudah memohon pada Eca agar tidak memberi tahukan bahwa ia adalah Darrel. Mengingat Clara benci pada Bian, pasti ia juga akan menolak Darrel untuk bertemu. Namun kehadiran Darrel kali ini tidak ada sangkut pautnya dengan Bian ataupun Byanca. Ia datang murni karena urusan pekerjaan.“A-anu, Bu. Pak …”Brughhh…Suara pintu didorong begitu kuat berhasil meleba
Read more
Marahnya Sang Ayah
Hujan mengguyur kota. Rintiknya menyapa lewat jendela. Mengabarkan bahwa ia telah tiba. Angin menggelitik bumi. Menerbangkan dedauan kering dan sampah ringan sesuka hatinya. Suara desakan petir ikut memeriahkan pertunjukan hujan kali ini.Dewo menatap kota Jakarta dengan sendu. Sudah lebih dari tiga tahun ia meninggalkan kota ini dengan semua kisah haru. Dewo tak pernah mengharapkan dirinya hadir kembali karena kisah pilu. Ia selalu berharap akan datang ke Jakarta ketika mendengar kabar bahagia dari putri semata wayangnya—Byanca.“Pak, kita sudah sampai,” beri tahu supir.Dewo menatap lekat rumah yang tampak sepi, seakan tak ada penghuni. Ia menurunkan sedikit kaca dan bertanya pada sekuriti yang berjaga. “Byanca ada di dalam?”“Ibu Byanca? Maaf Pak. Setahu saya rumah ini bukan milik Ibu Byanca lagi. Rumah ini sudah dijual tiga minggu yang lalu.”Alis Dewo bersatu. Seribu guratan kebingungan melintasi wajah
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status