All Chapters of After That Night: Chapter 11 - Chapter 20
135 Chapters
Mengejar Ayas
”Bagaimana?” tanya Tira saat sudah tiba di bandara. Ia sengaja mendatangi bandara lebih dulu karena Tira pikir kemungkinan besar Ayas akan naik pesawat menuju ke Bali.   Panji hanya menggelengkan kepala. Ia bingung bagaimana cara menjawabnya. Sebab, jawaban apa pun akan salah selama Ayas tidak ditemukan.   “Argh! Kenapa mencari satu wanita saja kalian tidak becus?” bentak Tira. Suaranya menggelegar hingga mengalihkan pandangan semua orang.   “Maaf, Tuan. Tapi sepertinya Nona Laras tidak datang ke bandara,” ujar Panji, gugup.   Tira yang sedang kesal pun terhenyak. “Apa kamu sudah mengirim orang ke stasiun?” tanya Tira lagi.   “Sudah, Tuan. Tapi sampai saat ini belum ada tanda-tanda kedatangan Nona Laras di stasiun mana pun,” jawab Panji lagi.   Tira pun berpikir keras. Ia bingung bagaimana cara mencari Ayas.   “TERMINAL!” Ia baru teringat
Read more
Mulai Bekerja
Ketika sedang mewawancarai Ayas, HRD mendapat telepon dari asisten Yoga yang bernama Vito. Kring! Kring! “Maaf, tunggu sebentar!” ucap HRD pada Ayas. Ia pun mengangkat telepon yang ada di mejanya. Ayas mempersilakannya, kemudian ia menunggu dengan tenang. Telepon terhubung. “Ya, halo,” sapa HRD. “Halo, Pak. Saya Vito,” jawab Vito di seberang telepon. “Oh iya, Mas Vito. Ada apa?” tanya HRD. “Begini. Pak Yoga minta agar Bapak menerima calon staf yang saat ini sedang diinterview,” ujar Vito. HRD langsung menoleh ke arah Ayas. “Oh, iya Mas,” jawabnya. Dengan melihat penampilan Ayas, ia sudah dapat menebak mengapa Yoga memintanya untuk menerima Ayas. “Baik kalau begitu. Tapi tolong ja
Read more
Berusaha Akrab
Yoga tersenyum saat melihat Ayas ternganga dan sedikit malu melihatnya duduk di kursi direktur. “Iya, saya Yoga yang kemarin bertemu kamu di lift,” ucapnya.   Ayas tersenyum kaku. Seandainya ia tahu Yoga adalah direktur perusahaan itu, sudah pasti dirinya akan lebih menghormati Yoga. “Oh, maaf saya tidak tahu, Pak,” ucap Ayas kikuk.   “It’s okay, santai saja! Silakan duduk!” sahut Yoga. Ia menyuruh Ayas duduk untuk yang ke dua kalinya.   “Terima kasih,” jawab Ayas. Ia pun masuk dan duduk di hadapan Yoga.   Saat itu kondisi mereka masih canggung karena ini kali pertama mereka duduk berhadapan. Terlebih Ayas, ia malu karena kemarin tidak mengenali Yoga, bahkan menjawab pertanyaan Yoga dengan sedikit malas.   “Terima kasih ya, Pak,” ucap Yoga pada HRD.   “Oh iya, silakan dilanjut!” jawab HRD. Ia pun menutup pintu dari luar.   Yoga tersenyum
Read more
Pria Bajingan
Saat Tira sedang melamun, tiba-tiba ada seseorang yang menerobos masuk ke ruangannya. Brak! Orang itu mendobrak pintu ruangan Tira. “Maaf, Tuan. Saya sudah melarangnya masuk. Tapi dia tetap memaksa,” ucap sekertaris Tira. Ia terlihat panik karena tahu Tira memintanya untuk melarang orang itu masuk. “Ya sudah, biarkan saja!” jawab Tira, sinis. Ia ingin tahu apa yang akan dilakukan oleh pria yang memaksa masuk itu. Akhirnya sekertaris Tira pun dengan berat hati membiarkan pria tersebut. Kemudian ia meninggalkan ruangan Tira tanpa menutup pintu. Sebab, ia khawatir akan terjadi sesuatu terhadap tuannya. Saat diizinkan masuk, pria itu langsung berlutut di hadapan Tira. “Saya mohon ampuni saya, Tuan. Tolong kembalikan perusahaan saya,” lirih orang itu dengan tampang memelas. Tira menyeringai dengan penuh kebe
Read more
Bertemu Seseorang
Bak tertimpa langit runtuh. Harapan Yoga seketika hancur kala mengetahui Ayas sedang mengandung. “Iya, Mas. Sebelumnya saya sudah mengatakan pada HRD, tapi beliau bilang tidak masalah,” jelas Ayas. Saat Vito menghubungi HRD, Ayas memang mengatakan sedang mengandung. Namun, karena Vito meminta HRD menerima Ayas, ia tidak mempedulikan hal itu. Entah memang tidak mendengar atau terlalu patuh pada arahan Yoga. “Oh, jadi kamu sudah menikah?” lirih Yoga. Ia berusaha tegar meski saat ini sedang terguncang. Ayas menelan saliva. Ia bingung ingin mengatakan apa. Ia pun menjawabnya sambil menunduk. “Saya diperkosa, Mas,” ucapnya sambil menahan napas. Hatinya terasa perih karena pertanyaan Yoga telah membuka luka lamanya. Yoga terhenyak. Ia tak menyangka ternyata wanita yang ia cintai memiliki beban hidup yang cuku
Read more
Minta Tolong
Ayas terkesiap saat menyadari bahwa klien Yoga adalah orang yang ia kenal. Mendengar nama Ayas disebut dengan panggilan yang asing, Yoga langsung menoleh ke arahnya. “Kamu kenal Pak Fajar?” tanya Yoga. “Iya, Fajar ini temen kuliah aku,” jawab Ayas. Ia menyebut nama karena mereka memang satu angkatan. Oleh karena itu Fajar pun mengetahui nama panggilan Ayas. “Oh, pantesan … dunia sempit sekali, ya?” gumam Yoga untuk mencairkan suasana. “Apa kabar, Yas?” Fajar terlihat antusias bisa bertamu dengan Ayas di Solo. Akhirnya mereka pun basa basi, kemudian membahas pekerjaan mereka. Selama pembahasan itu Ayas gelisah. Ia khawatir Fajar akan mengatakan keberadaannya di Solo pada rekan yang lain dan Tira akan mengetahui hal itu. Setelah selesai membahas pekerjaan, Ayas mengajak Fajar untuk berbicara empat mata. &ld
Read more
Pergi ke Jakarta
Panji bingung melihat Tira tiba-tiba berbelok dan mengejar seorang wanita.   “Laras!” panggil Tira. Ia bahkan berlari kecil demi mengejar wanita yang ia yakini adalah Laras. Padahal selama ini Tira tidak pernah berlari demi menjaga wibawanya.   Hingga akhirnya Tira dapat meraih tangan wanita itu dan langsung menarik ke pelukannya. “Kamu ke mana aja? Aku sampai putus asa mencari kamu ke mana-mana,” desis Tira sambil memeluk wanita tadi.   “Maaf, Anda siapa?” tanya wanita itu. Deg!   Tira menyadari ada yang salah. Suara wanita tersebut jauh berbeda dengan Laras. Ia pun segera melepaskan pelukannya. Benar saja, dia memang bukan Laras.   “Maaf, saya salah orang,” ucap Tira, kikuk. Ia pun langsung berbalik dan kembali melanjutkan jalannya.   Wanita yang Tira peluk hampir marah. Namun, ketika melihat wajah Tira begitu tampan dan aroma tubuhnya h
Read more
Papah Murka
Ayas sudah tiba di hotel. Sebelumnya ia sudah melakukan reservasi di hotel tersebut dengan nama lain. Saat turun dari mobil, Ayas mengenakan masker dan kacamata hitam.Ia bahkan mengubah penampilannya agar tak dikenali oleh Tira seandainya mereka tak sengaja bertemu. “Huuh, akhirnya selamat,” gumam Ayas. Ia sangat lega karena berhasil lolos dari Tira. Padahal ia memang tidak bertemu Tira sama sekali. Hanya saja Ayas selalu merasa dikejar oleh pria itu. Saat ini Ayas baru saja tiba di kamarnya. Ketika ia hendak duduk, bel pintu kamarnya berbunyi. Ting-tong! Ayas mengerutkan keningnya. “Apa itu Mamah, ya?” gumam Ayas. Ia sedikit gugup karena jika Sri melihat perutnya yang sudah mulai membesar, pasti akan sangat shock. “Oke, aku sudah siap.” Ia pun melangkah ke arah pintu dan mengintip dari lubang pintu tersebut. Ayas m
Read more
Menutup Akses Hotel
Tebakkan Panji benar. Tira terkesiap setelah mendengar ucapan Panji. “Maksud kamu apa?” tanyanya. Ia sedang tidak bisa berpikir dengan jernih. “Kemungkinan Nona Laras ada di hotel tersebut, Tuan,” jawab Panji. Tira pun langsung berdiri. “Maaf, saya ada urusan mendesak. Selebihnya bisa kita atur ulang jadwal untuk membahas hal ini lagi,” ucap Tira. Kemudian ia berlalu. “Kenapa kamu tidak mengatakan sejak tadi?” tanya Tira, kesal. “Maaf, Tuan. Saya pun baru mendapat laporan. Tadi mereka melihat orang tua Nona Laras masuk ke hotel dan ketika mereka keluar dari hotel, kondisi mereka terlihat seperti sedang kesal serta bersedih,” jelas Panji sambil membuntuti Tira. Tira langsung mengehntikan langkahnya. “Jadi, maksud kamu kemungkinan mereka bersedih dan kesal karena mengetahui kehamilan Laras?” tebak Tira.
Read more
Kontraksi
“Jangan khawtair! Aku sudah menyewa jet pribadi dan data kamu akan aman,” ujar Yoga. Ayas ternganga mendengar jawaban Yoga. “Serius, Mas? Ngapain Mas buang-buang uang kayak gitu, sih?” Ayas tahu berapa biaya untuk menyewa pesawat jet. “Pake nanya lagi, ya demi kamu, lah,” sahut Yoga sambil tersenyum. Raut wajah Ayas langsung berubah. “Mas ini susah banget dibilangin, ya? Lagian heran, deh. Apa sih bagusnya aku? Udah bukan gadis, lagi hamil pula,” keluh Ayas. Ia tak habis pikir mengapa Yoga masih menaruh hati padanya. Padahal dilihat dari segi mana pun dia merasa tidak ada hal yang istimewa darinya. Justru Ayas merasa memiliki banyak kekurangan. “Kelebihan kamu itu bisa mengusik yang ada di sini, Vi,” ucap Yoga sambil menyentuh dadanya. “Sejak pertama kali kita ketemu di bandara, kamu udah narik
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status