All Chapters of Pembantu Kaya Tuan Tampan: Chapter 11 - Chapter 20
134 Chapters
Part - 11 Omlet
  “Sebentar Al, Tante sepertinya meneleponku,” dengan berat hati Lala menyambar ponsel dan menjauh dari Alan untuk mengangkatnya. Setidaknya Lala harus menjaga perasaan Alan agar tidak terjadi salah paham. Setelah dirasa cukup Lala berhenti dan menempelkan benda pipih itu di telinganya. “Hallo,” ucapnya pelan. “Cil, ke sini sebentar,” terdengar suara Glenn begitu menyebalkan. “Nggak bisa Glenn, ada Alan aku takut dia melihat kita....” tolak Lala masih dengan volume suara yang cukup kecil. “Ini penting,” ucap Glenn memaksa. “Lebih penting Alan, daripada sekedar mengurusimu.” Lala menutup pembicaraan itu sepihak. Kemudian berjalan menghampiri Alan. “Kenapa? Kelihatannya begitu kesal? Apa Tantemu marah-marah?” Tanya Alan menyelidik. Lala mengangguk lesu tak berniat membalas ucapan Alan. Dirinya fokus mengaduk mie cup yang di pesannya. Tetapi sayang sekali rasanya sudah tidak begitu enak karena sudah terlalu lembek mie
Read more
Bab - 12 Bumi dan Langit
“Apa yang kalian lakukan di belakangku!!” teriak Sabila menggema.“Tidak, ini tidak mungkin!” Sabila menggeleng, di detik selanjutnya berteriak sejadi- jadinya, “Glenn apa kau tega mengkhianatiku setelah semua ini?!” ucap Sabila miris sambil menatap tajam Glen mengharap penjelasan. Glenn sedikit bingung, tidak menyangka reaksi Sabila seperti ini. Tiba-tiba hatinya terasa perih melihat bulir bening itu sudah menetes deras di kedua pipi Sabila. Tidak, Glenn tidak akan membiarkan kekasihnya salah paham dengan adanya Lala di apartemen bersamanya. “Sayang, a-aku bisa menjelaskannya, kita duduk dulu,” Glenn membimbing Sabila duduk, kemudian mengusap pipi basah itu dengan lembut. “Aku tidak pernah mengkhianatimu, sungguh,” ucap Glenn meyakinkan. Glenn meraih telapak tangan Sabila dan menggenggamnya erat. Kemudian menatap Sabila begitu dalam. “Jangan bohong Glenn. Kita baru saja berbaikan. Bahkan orang tuaku baru saja berdamai dengan hubungan ini atau kau memang senga
Read more
BAB-13 Jangan Nakal
  Lala sudah berada di kamarnya dan mulai mengerjakan tugas. Tidak lupa sebelum itu dirinya menutup pintu, takut suara mereka masih terdengar dari kamarnya. Mengingat kamar Lala dekat dengan ruang tamu. Sesungguhnya Lala sedih terjebak dalam situasi yang membingungkan ini, tapi ya sudahlah terlanjur kepalang basah, apa mau dikata. Hati Lala terlalu sensitif untuk menyaksikan orang di sekitarnya berbagi kasih. Dirinya merasa sepi di antara hiruk-pikuk kota. Sesungguhnya Lala rindu datangnya perhatian. Lala menggulung rindu itu menyimpan di sudut hati yang paling dalam dan menyandingkannya dengan resah, jika saatnya tiba akan memanennya bersama gembira. Ketika tiba saat di mana Lala sanggup memboyong piala kesuksesan di depan Harjito dan Iriani. Lala sangat menunggu saat itu, bagaimanapun Lala sangat merindukan mereka. Di sini Lala merasakan dinginnya sendiri, tatkala ponsel kakak tercinta pun sudah tidak bisa dihubungi lagi. Sebenarnya Lala masih
Read more
Part_14 Hari Pertama
Bunyi alarm dari ponsel mengusik kedamaian pagi. Lala terperanjat dan hampir saja terjatuh, dirinya sangat menyesal dan jengkel mengingat mimpi di alam tidur sedang seru-serunya harus terhenti begitu saja. "Sepertinya baru tidur sebentar, eh sudah pagi saja," dengusnya sebal. Lala semalam tidur terlalu larut gara-gara-gara terganggu suara dua sejoli yang memadu kasih itu. Sialnya lagi Lala tidak punya bacaan apa pun yang membuat dirinya lebih sulit untuk terpejam. Tangan Lala merayap mencoba menjangkau ponsel yang masih berbunyi di atas nakas. Sesaat memeriksa layar tersebut dengan ekor matanya. Angka di sudut atas layar ponselnya menunjukkan angka 04.00, Lala mematikan begitu saja suara itu, melemparkan ponsel asal ke kasur dan kembali bergelung dalam selimut tebal yang masih menawarkan kehangatan. Semalam sebetulnya Lala sengaja memasang alarm agar bisa terjaga lebih awal mengingat dirinya harus menunaikan tugas sebagai seorang pembantu. Tapi sepertinya Lal
Read more
Part- 15 Dewi
Part- 15 Dewi Terburu langkah Lala menuju kantin, cacing di perutnya sepertinya lincah menari-nari. Lala tidak boleh membiarkan keadaan ini. Bagaimanapun Lala harus bisa menjaga diri jangan sampai sakit. Siapa yang peduli jika dirinya sakit? Bahkan Lala merasa tidak punya siapa-siapa. Kali ini bukan mie cup yang ia pesan, kata Bi Narsih pagi-pagi harus susu dan nasi. Hmm Lala sudah memesan makanannya dan hendak menuju tempat favoritnya meja paling belakang pojokan dekat jendela besar itu. Tempat biasanya bersama Alan. Bola matanya seketika berbinar menemukan sahabat dan kekasihnya sudah berada di sana. Sungguh Lala merindukan mereka berdua dengan riang Lala menyusul mereka. “Hei, selamat pagi. Wah! Wah! Sudah duluan di sini saja,sih,” sapa Lala cukup ramah. Sontak keduanya kaget dengan kedatangan Lala yang tiba-tiba. “Boleh gabung nggak nih,” canda Lala. Dewi tiba-tiba tersadar akan kemunculan Lala. Bahkan kesusahan menelan makanannya saking kagetnya,
Read more
Part-16 Terjebak Kecewa
Mata kuliah hari ini cukup menarik, tapi tidak dengan perasaan Lala. Rasa bersalah pada Alan dan kecewa pada Dewi  terus mengikuti ke mana pun otaknya berpikir. Sialnya Lala merasa terganggu dengan masalah ini dan tidak bisa berkonsentrasi dengan baik. Romadhon dosen Bahasanya sedang menjelaskan tentang materi kuliah. “Untuk materi bahasa tentu berbeda dengan materi saat di sekolah.Tanpa kalian sadari kalian telah mempelajari bahasa selama dua belas tahun pada masa sekolah. Nah untuk taraf kuliah pada kelas ini, kita tekankan pada ketrampilan menulis. Karena ketrampilan menulis yang ditekankan, maka kita harus menguasai bahasa tulis. Seperti kalian ketahui bahasa itu dasarnya ada dua yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis,” terang Romadhon. “Sekarang bapak akan menerangkan dan sekiranya penting langsung saja di catat. Ingat saya tidak mengulangnya jadi tolong perhatikan baik-baik, setelah ini kita lanjut tanya jawab,” imbuhnya. Semua mahasiswa tampak sudah
Read more
Part - 17 Pengaman
“Tapi, Lan ....,” Bola mata Lala memutar mencari jawaban. Wajahnya memucat, gugup, bingung dan khawatir bercampur menjadi satu. “Kenapa? Apa kau malu mengenalkanku dengan tantemu?” tanya Alan curiga dengan tatapan tajam seakan menguliti Lala. Dirinya merasa selangkah akan menang dan kecurigaan bahwa Lala selingkuh akan terkuak. Saat ini sungguh sudah ditunggunya, bahkan rencana membuntuti Lala sudah dipikirkan matang-matang, tentu saja itu semua atas ide Dewi. Setelah Dewi memperlihatkan video rekaman Lala masuk ke dalam mobil hitam bersama laki-laki yang tampak lebih dewasa. Alan tersinggung dan mulai merasa kekasihnya bukan gadis baik-baik saja. Alan berpikir mungkin dirinya tidak menjanjikan masa depan yang baik sehingga kekasihnya memilih laki-laki yang lebih mapan. “B-bu-bukan begitu, Lan. Tapi tanteku belum pulang, iya belum pulang, seperti itu?” jawab Lala dalam nada mengambang terlihat jelas dia bukan pembohong yang ulung. “Jadi, yang bener ya
Read more
Part-18 Tertidur
  “CIL!!!” teriak Glenn memenuhi seluruh ruang di apartemen tersebut. “CILL!! Astaga! Di mana kau? Sudah tuli apa nggak punya kuping?” Glenn mengomel demi mendapatkan sahutan dari Lala. Tapi rupanya Lala tidak mendengar karena sedang asyik di belakang menjemur pakaian Glenn yang sudah berhasil dicucinya. “Hoiii, Lala, bocah kecil, gadis miskin, gadis tuli, .... Sungguh nggak berguna ...” Omelan Glenn terhenti saat menemukan orang yang dicarinya sedang menggantung celana dalam. Sesaat Glenn menutup mulut dengan tangannya, bahkan Lala memegang celana milik pribadinya itu. Menyadari sang majikan datang Lala mempercepat pekerjaannya, takut jika saja ada pekerjaan baru yang harus dia kerjakan. Meskipun seorang pembantu bukankah dia harus profesional? Celana dalam terakhir ia gantung, kemudian Lala menyimpan ember itu dan berjalan mendekati Glenn, yang tampak angkuh dengan tangan bersedekap menunggunya. Sudah seperti mandor dan budak, seperti itulah gambaranny
Read more
Part-19 Wanita Sialan
PART 19 Hentakan musik itu memenuhi ruangan berkolaborasi dengan gemerlap lampu. Kondisi bar begitu riuh seolah seluruh pengunjungnya adalah pemilik malam ini. Untuk kesekian kalinya Glenn dan Sabila merayakan kemerdekaan hubungan mereka. Bahkan orang tua Sabila pun sudah mempercayakan putrinya sepenuhnya pada Glenn dan tidak mempermasalahkan tidak pulang asal bersama Glenn. Bahagia tak terkira hati Glenn, lampu hijau benar-benar bersinar terang dari calon mertuanya, setelah sebelumnya sempat redup dan nyaris padam. Apalagi yang dilakukan untuk pasangan berusia muda selain bersenang-senang. “Sudah cukup, Glenn. Kamu tak biasa minum banyak,” Sabilla merebut gelas dari tangan kekasihnya, dirinya kawatir jika kekasihnya mabuk dan tidak bisa mengontrol diri gara-gara minuman sialan itu. Tapi sayang usahanya merebut gelas itu sia-sia dan gelas itu terlepas. Bertepatan dengan seorang wanita yang kebetulan lewat. Wanita itu mendelik, melihat dress hitam seje
Read more
Part - 20 Sprei Abu
Glenn berjingkat kaget spontan melempar ponselnya ke sofa dan segera berlari, demi mengetahui penyebab Sabila berteriak. “Ada apa ini?” batinnya resah. Jantungnya semakin tidak mau tenang kala melihat tubuh kekasihnya bersimpuh di lantai dengan pandangan menunduk dan wajah tertutup kedua tangannya. Tubuh Sabila bergetar. Sabila ditemukan terisak. Di sebelahnya Lala duduk dan memegang bahu Sabila, sepertinya sedang menenangkan calon tunangan Glenn tersebut. Rupanya dirinya terbangun juga ketika mendengar teriakan Sabila. Sama dengan sabila dirinya pun kaget karena ketiduran di kamar Glenn. “Ini salah paham kak, percayalah, ”ucap Lala memohon. Tubuh kecil terbungkus baby doll dengan motif panda itu tampak gemetar. “Gadis miskin apa yang kau lakukan pada Sabila?” Glenn datang tiba-tiba menodongnya dengan pertanyaan yang sungguh tidak masuk akal. Lala bertambah bingung. “A-a-aku tidak melakukan apa pun, Glenn. Sungguh!” jawab Lala. Glenn memicingk
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status