All Chapters of Pembantu Kaya Tuan Tampan: Chapter 31 - Chapter 40
134 Chapters
Part-31 Tentang Alan
Ada apa dengan hati Lala? Mungkinkah dia jatuh cinta dengan Glenn? Tidak! Semoga saja tidak, mungkin saja itu pelarian rasa sedihnya karena putus sama Alan. Alan Arya Wibisono namanya. Lala mengenalnya pertama kali saat acara out Bound pelantikan anggota baru teater sastra. Lelaki itu berbeda dengan yang lain, pendiam dan suka menyendiri. Pelantikan itu di adakan di puncak tepatnya di lereng gunung Anira. Alan adalah seniornya di UKM teater sastra fakultas Nuansa. Bodohnya sudah tahu acara di adakan di puncak Lala tidak membawa jaket. Sudah tentu tubuhnya menggigil. Malam itu seluruh rangkaian acara telah usai. Lala masih belum bergeming dari duduknya, gadis itu sendirian menekuk kaki dan memeluknya sesekali tertunduk menenggelamkan kepalanya. Ketika tiba-tiba Alan datang dan mengulurkan sweater army berbahan rajut. “Sudah pakai saja,” ucap Alan. “Tapi bagaimana dengan kamu, bukankah cuaca begitu dingin?” tolak Lala. “B
Read more
Part 32_ Nyonya Besar
PART 32_NYONYA BESAR Mengingat Alan itu menyakitkan, bersama Glenn jauh lebih makan hati. Alan dan Glenn jangan di bandingkan ibaratnya langit dengan bumi. Alan bersama sifat rendah hatinya sementara Glenn mendominasi sifat sombong. Soal fisik tentu saja Glenn lebih gagah, tapi Alan juga tidak terlalu buruk. Lala selalu nyaman bersandar di bahu itu. Alan menghembuskan nafas kasar kenapa isi kepalanya terus-terusan diisi ke dua laki-laki itu. TOK!! TOK!! TOK!! Siapa yang datang malam-malam begini? Pakai ketuk pintu pula. Lala mematikan Chanel televisinya. Kemudian membuka pintu. “Buka pintu lama sekali! Lagian ponsel kenapa gak aktif sih?!” ucap wanita dengan dress maroon, mungkin usianya setara dengan Iriani. Lala tersentak mendengar Omelan itu, Dahi Lala mengernyit baru pertama kali melihat wanita itu dan tiba-tiba saja langsung marah-marah. “Kamu?!! Siapa kamu?” Wanita itu tak kalah kagetnya melihat Lala. “Apa yang kau lakuka
Read more
Part 33_ Cemilan Tuan Muda Alan
  Pasangan kekasih itu sudah datang membuat Lala sedikit lega. Glenn memeluk dan menciumi Sintia bertubi-tubi seperti tidak bertemu mamanya selama bertahun-tahun. Sudut hati Lala tersentil, kapan momen seperti itu dapat ia rasakan? Sabila mencium tangan Sintia dengan takzim, kemudian keduanya berpelukan. “Mama kangen kamu, cantik! Kamu apa kabar?” ucap Sintia, masih terus memandangi calon menantunya itu. “Sabila baik, Ma.” “OKE, Ayo kita duduk, ngobrol-ngobrol cantik dulu.” Sintia menarik tangan calon menantunya dan mengajaknya duduk, “ Ehh ... Siapa tadi namamu,” ucapnya sambil memegangi kepalanya, kemudian menunjuk ke arah Lala. “Lala, o iya ... Lala! bikin minum atau apa kek? cemilan ini itu dikeluarin semua, bagaimana sih! Masa iya harus ditunjukkan.” “Persis ... Sum
Read more
Part_34 Gelap
Sepulangnya di Indonesia Sintiya jadi sering datang ke apartemen Glenn. Sintiya sengaja datang karena ingin bertemu calon besan dan calon menantunya. Sebagai bentuk peduli, meskipun pertunangan mereka masih tiga bulan lagi. Tetapi Handoko, tidak ikut pulang mengingat pekerjaannya di Singapura tidak bisa di tinggalkan. Handoko adalah ayah Glenn yang workaholic. Selama di Indonesia Sintiya tinggal di rumah Melati, tentu saja neneknya Glenn sangat merindukan Sintiya. Lagi pula apartemen Glenn tidak nyaman buat Sintiya. Meskipun begitu setiap hari Sintiya datang ke apartemen itu sekedar mengirimi makanan kesukaan putranya dan terkadang mampir makan bersama. “La, atur yang benar makanan ini, dengerin baik baik, wanita itu harus terampil masalah dapur. Jangan sampai suami kamu kelak selingkuh dengan restoran! UPS... Lupa nggak level ya? Aku ralat. Jangan sampai suami mu kelak selingkuh dengan warteg!! Paham nggak?” ucap Sintiya panjang lebar menyuruh Lala menyusun makan ma
Read more
Part-35 Pemilik sesungguhnya
Lampu sudah menyala, tautan bibir itu belum terlepas. Lala tersentak menyadari dirinya begitu terbuai dalam pesona Glenn. Tidak terkira begitu merahnya pipi Lala dan tidak tahu harus disembunyikan di mana lagi. “Astaga Lala tanganmu berdarah?!” Glenn kaget melihat darah di telapak tangan Lala, dan di kemejanya juga. “Kakimu juga berdarah,” serunya. Kemudian laki-laki itu pergi mengambil kotak obat. Perih, memang perih tapi itu tidak seberapa di bandingkan ketakutan Lala. Lala kecil tidak takut gelap, sebelum dia bertemu makhluk mengerikan di kamarnya saat mati lampu. Saat itu di rumah hanya ada bi Narti dan bi Narti datang terlambat. Lala terlanjur pingsan di kamarnya. Sejak itu Lala begitu takut gelap. “Akhh ...” Lala meringis menahan sakit. Ketika obat dalam botol itu di oleskan ke bagian lukanya. “Sakit banget ya?” tanya Glenn begitu khawatir. “Iya,” ucap Lala mengangguk. “Sudah di obatin masih sakit?” tanya Glenn lagi.
Read more
Part-36 Dia Perhatian
Lala tertatih kembali ke kamarnya, hari ini dia bolos kuliah. Luka di kakinya masih terasa nyeri. Di depan laptop gadis itu fokus merangkai untaian kata, menyambung satu demi satu menjadikan kalimat. Terkadang terjeda sejenak karena butuh berpikir, setelah mendapat inspirasi jemari lentik itu kembali menari di atas keyboard.Sudah beberapa sinopsis berhasil ia kirimkan, dari platform lokal dulu baru merambah ke platform yang lebih besar dan banyak di kenal. Apalagi yang bisa ia lakukan selain mengandalkan kerajinannya menulis. Guru bahasanya pernah berkata Apa pun pekerjaanmu jika di tekuni dengan baik pasti mendatangkan rezeki. Bukankah kerja hannyalah cara paling indah dalam menjemput rezeki, setelah itu biarkan doa bertarung di angkasa demi merayu sang Maha pemberi rezeki.Thing.Lala membuka ponselnya. d[Sudah makan]_Glenn.Lala menatap angka di sudut atas ponselnya pukul 14.00. Astaga dirinya dari pagi baru makan roti. Tetapi ada yang aneh, t
Read more
Part-37 Pencuri
 Sepanjang perjalanan pulang, Sabila terus mendiamkannya.  Semua jurus sudah di coba Glenn, tetapi tetap saja tiada guna. Mulai dari merayu, menawari barang branded, mengajak ke salon untuk perawatan, sampai ngajak nonton. Sabila tetep saja bertahan pada posisi marah. Pikirannya buntu. Glenn memutuskan mengantarnya pulang saja. Besok dia akan memikirkan cara untuk mencairkan hati beku kekasih. “Cill, aku sudah pulang? Kamu di mana?” Sebenarnya percuma saja teriak-teriak. Lala nggak bakal menyahutnya. Glenn mencari pembantu kecilnya itu, di mana lagi kalau bukan di kamar? “Enak ya, pembantuku makan gaji buta. Kerjanya di kamar, main hape, main laptop, makan, tidur!” sindir Glenn dan tanpa basa-basi langsung ngeloyor masuk dan merebahkan tubuhnya di kasur. Lala menutup laptop, sebenarnya dirinya sedang membaca kontrak untuk novelnya, tapi membaca dengan buru-buru itu sungguh tidak bagus dan memperbesar resiko kesalahan. Lala me
Read more
Part-38 Menjadi Percuma
Pagi masih begitu dingin tapi Lala sudah terbangun, setelah buang air kecil dan cuci muka gadis itu sudah duduk di depan laptop. Ceritanya Curi start, sebelum semua rutinitasnya hari ini. Ya. Lala harus pintar membagi waktu antara, menjadi pembantu, kuliah dan kegiatan menulisnya. Sesaat dirinya melirik cangkir kopi yang masih penuh itu, “Maksudnya apa coba? Pas meminta begitu memaksa tapi akhirnya di sentuh pun tidak sama sekali, untung ganteng kalau jelek sudah pasti kusiramkan ke mukanya,” ucap Lala sebal. Lala mulai berkonsentrasi, sebagai penulis pemula dirinya menyukai hening sewaktu menulis. Karena untuk menghadirkan tulisan bagus perlu penjiwaan, dirinya tidak mengejar jumlah kata yang banyak. Menulis sedikit nggak apa-apa asalkan dirinya bisa memberi rasa nikmat untuk tulisan itu. Terutama untuk dirinya dulu. Setelah di rasa cukup, gadis itu membawa keluar kopi Glenn semalam ke dapur, baru dua langkah dari pintu kamarnya. BRAKKK!!! Tu
Read more
Part-39 Sudahlah
Serapuh hati wanita, jangan sekalipun berani menyakitinya. Asal kamu tahu, jika kau pernah menorehkan luka, maka rasa sakit itu akan kekal dan tidak mudah terhapus oleh kata maaf. Meskipun sudah terdengar kata maaf dari mulutnya. Bukan berarti dia sudah baik-baik saja. Satu hal lagi wanita itu lebih kuat dari apa pun, apalagi ketika harus menanggung luka seumur hidupnya. Jangan sekali pun kau meremehkannya, atau kau akan dibuatnya menyesal. Selesai kelas paginya Lala masih mendapati Alan menunggunya di depan gedung. Mau apa lagi dia, kalau tidak untuk memperjuangkan cintanya. Setelah bertemu dengan Glenn di mall itu. Pikiran Alan baru terbuka, dan menyesal sempat tidak mempercayai Lala. Dia menyadari jika sudah dikendalikan emosi dan mengambil keputusan salah. “La, aku ingin bicara,” ucapnya kaku. Lala menatap Alan sesaat kemudian mengangguk. Bagaimanapun dia harus menyelesaikan masalah yang sebenarnya sudah selesai sejak lama.  Bahkan se
Read more
Part-40 Glenn Aku Benci Kamu
“Glenn, kamu sudah pulang?” tanya Lala berbasa-basi. Sekilas dirinya melihat raut muka Glenn yang tidak suka. “Hmm iya ... Tolong kamu simpan tas ini di kamar ya, setelah itu siapkan air hangat, dan handuk putih yang kemarin kamu cuci itu, setelah itu siapkan juga makan malam. Oya aku mau makan sup iga pake lada yang agak banyak biar pedes. Jangan lupa wortel dan kentangnya jangan terlalu matang karena aku tidak suka,” ucap Glenn dengan gaya bossy dan mengulurkan tasnya. Lala sudah paham, pasti ini semua cuma akal-akalan Glenn untuk mempermalukan dia di depan Alan. Karena biasanya tidak pernah sekalipun menyuruh membawa tasnya masuk. Meskipun Lala jengkel, apa boleh buat akhirnya Lala bangkit dan menerima tas itu. “Kalau begitu aku permisi pulang saja, La. Sepertinya kamu sangat sibuk, oiya besok pagi aku akan menjemputmu,” ucap Alan. Perasaannya mengatakan jika Glenn tidak suka dengan dirinya. Mengingat perlakuan Glenn di mall tempo hari. “Oh
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status