Semua Bab Dinikahi Om Duda: Bab 11 - Bab 20
113 Bab
Egois
Mobil milik Raffael sudah terparkir di halaman rumah nan luas milik Carlos. Revalina turun terlebih dulu sambil menggendong Aldevaro tanpa sepatah kata. Kedatangan mereka disambut hangat oleh Cindy dan Carlos. "Eeh ... cucu Nenek," sapa Cindy sambil mengelus pipi Aldevaro. "Ada apa, Sayang? Bukankah pakaian dan barang-barangmu sudah Mama kirim semalam?" sambung Cindy bertanya kepada Revalina. "Iiih ... jadi Mama gak mau Rere pulang, gitu?" Bibir Revalina mengerucut kemudian duduk di sofa.Cindy tersenyum. "Bukan begitu juga, Sayang. Udah ah, jangan ngambek. Gak malu apa sama bayinya?"Revalina mengangkat kedua pundaknya. "Silakan duduk, Nak Raffael," titah Carlos. "Iya, Pa." Raffael duduk di samping Revalina."Aku titip Al dulu," ucap Revalina sambil menyerahkan Aldevaro kepada suaminya. "Loh, ke mana, Sayang?" tanya Cindy. "Kamar," jawab Revalina
Baca selengkapnya
Hak Asuh
Revalina sudah merasa tenang. Ia menghubungi James --sopirnya, untuk menjemput. Tidak berselang lama, James tiba di sana."James, ikut aku ke keluarga Xie. Kau tetap jadi sopir pribadiku," ucap Revalina saat di mobil. "Iya, Nona, dengan senang hati."Mobil melaju dengan kecepatan sedang sampai akhirnya tiba di kediaman Xie. Revalina gegas turun dan masuk. Kedatangannya disambut gembira oleh Aldevaro yang tengah digendong oleh Raffael dan disuapi oleh Hanna. "Dari mana?" tanya Raffael. "Kafe," jawabnya singkat lalu meminta maaf kepada Hanna karena sudah repot menyuapi Aldevaro. Revalina membawa Aldevaro ke kamar sambil membawa bubur dalam mangkuk diikuti oleh Raffael. Di kamar, Aldevaro didudukkan pada kereta bayi untuk melanjutkan makannya. "Maaf," kata Raffael. Revalina tersenyum kemudian berkata, "Tidak apa. Terserah kau mau melakukan apa. Aku tidak akan peduli. Yang aku pikirk
Baca selengkapnya
Cuti Kuliah
Sesampainya di rumah, Revalina membaringkan bayinya yang masih tertidur nyenyak setelah menangis tadi. Pun dengan dirinya, ia ikut merebahkan diri di samping Aldevaro. Badannya menyamping sambil memeluk tubuh mungil sang bayi. Suara langkah mengalihkan perhatian Revalina. Ia mendongak kemudian fokus lagi kepada Aldevaro setelah tahu siapa yang datang. "Kalau besok ada luka lebam pada bokong anakku, kau harus melaporkan mantan istrimu. Aku tidak mau tau!" ujar Revalina. Raffael duduk di tepi ranjang kemudian menjawab, "Iya, tentu saja aku akan memperpanjang kasusnya, jika itu terjadi." "Kau sangat menyayangi Al?" sambung Raffael bertanya. "Ck! Pertanyaan macam apa itu? Tanpa bertanya seharusnya kau tahu itu semua, Tuan!"Raffael mengangguk. "Ya, tentu saja aku bisa melihatnya. Aku hanya memastikan saja," imbuhnya. "Terima kasih sudah menyayangi putraku. Dan aku berharap itu yang akan terjadi juga dengan kita."
Baca selengkapnya
Memulai Hidup Baru
Pagi sudah menyapa. Laiknya seorang ibu rumah tangga, Revalina sudah berkutat di dapur sedari pukul empat pagi. Keinginannya untuk bisa memasak sangat kuat. Dibantu oleh asisten rumah tangga keluarga Xie, ia menyajikan menu sarapan favorit untuk suami, anak, juga mertuanya.Satu jam sudah berlalu, bersamaan dengan selesainya tugas memasak mama muda itu."Bagaimana, Bi? Enak tidak?" tanya Revalina kepada Jumi --orang kepercayaan keluarga Xie untuk menjadi koki.Jumi tersenyum. "Untuk awalan, ini sudah lumayan enak, Nyonya Muda.""Benarkah?" tanya Revalina memastikan dengan wajah senang. "Bi, jangan panggil aku Nyonya Muda. Panggil saja Rere.""Ah, tidak. Nanti Bibi kena marah Tuan Muda. Bibi kapok dimarahin gara-gara dulu Nyonya Casandra.""Memangnya kenapa, Bi?"Jumi pun bercerita, jika dulu Casandra sangatlah sombong. Semua yang dilakukan pembantu di kelu
Baca selengkapnya
Sama-sama Cemburu
Revalina mengetuk pintu ruang Dekan, tetapi tidak ada jawaban dari dalam. "Masuk saja, Dekan belum datang. Mungkin sebentar lagi," kata seorang Dosen. "Baik, terima kasih."Revalina memutar tuas pada pintu kemudian masuk. Matanya menyisir setiap sudut ruangan."Apa perasaan aku saja, ya. Suasana ruangan seperti ini sangat tidak asing lagi. Seperti ruang kerja suamiku," gumam Revalina.Sesaat kemudian, matanya membulat sempurna ketika melihat tulisan pada papan nama yang ada di meja. "Ra-ffa-el Ge-rrald Xie," ucapnya mengeja. "Iya, itu aku." Suara bariton dari arah belakang tiba-tiba saja mengagetkan Revalina. Gadis itu menoleh ke arah suara. "Om Suami? Benarkah nama yang tertera di situ adalah kau?" tanya Revalina memastikan seraya mengikuti Raffael melangkah. Raffael tidak memedulikan pertanyaan istrinya. "Mana pengajuan cutimu," pintanya. Revalina mengeluarkan selembar k
Baca selengkapnya
Harus Kompak
Setelah mendengar penuturan dari Hanna mengenai Kitty, Revalina merasa waswas karena tak hanya orang tua mereka saling kenal, tetapi sikap genit Kitty kepada Raffael bisa membuat suaminya tergoda."Ya, sudah, Ma, Rere ke kamar dulu, ya? Mau kompres dulu kening," pamit Revalina."Mana coba, Mama liat." Hanna menyibak rambut yang menutupi kening menantunya."Ya, ampun, Sayang. Pasti keras banget jatuhnya. Lebih baik kita periksa ke dokter saja, yuk?" sambung Hanna cemas."Tidak usah, Ma. Rere baik-baik saja, kok. Di kompres air hangat saja nanti hilang sakitnya.""Baiklah, kalau begitu Mama suruh Bi Jumi untuk membawakan air hangat ke kamar. Kamu rebahan dulu saja, ya." Hanna beranjak ke dapur.Revalina mengangguk kemudian pergi ke kamar.Di kamar, rupanya Raffael sedang mencoba menidurkan Aldevaro. Bayi gembul itu sedang meminum susu dengan memegang botol s
Baca selengkapnya
Kepolosan Yang Hakiki
Aldevaro sudah di tangan Hanna. Raffael bergegas kembali ke kamar untuk memastikan kondisi Revalina. Saat tiba di kamar, rupanya sang istri sudah tertidur pulas. "Cepat sekali dia tidur," gumam Raffael. Tangannya terayun menyentuh kening Revalina. "Astaga! Panas sekali."Raffael menghubungi dokter pribadinya. Sambil menunggu dokter datang, Raffael kembali mengompres luka memar di kening istrinya yang mulai terlihat benjolan."Bagaimana, El?" tanya Hanna yang datang bersama Aldevaro. "Dia demam, Ma," jawab Raffael. "Kebetulan ada Mama, tolong ganti baju Revalina, Ma," sambungnya. Hanna tersenyum. "Kenapa gak sama kamu aja? Toh kamu sudah menjadi suaminya, El.""Ya-yang benar saja, Ma. Enggak, ah.""Kau ini, mau apain Rere juga bebas, El. Gak bakal Mama protes. Justru Mama seneng, siapa tau aja Aldevaro punya adik.""El serius minta tolong, Ma.""Mama juga serius," timpal Hanna kemudian pergi
Baca selengkapnya
Mendadak Agresif
Malam menjelang.Raffael membawakan makan malam ke kamar untuk Revalina. Matanya menangkap jika istrinya sedang khusyuk mengerjakan tugas kuliah di atas kasur.Pria itu menyimpan nampan di atas meja kemudian menghampiri Revalina."Sudah, makan dulu," titah Raffael kemudian mengambil bolpoin di tangan Revalina."Sebentar, belum selesai." Revalina mencoba merebut alat tulisnya dari tangan Raffael, tetapi tidak bisa."Makan dulu!" tegas Raffael. "Awas saja kalau aku selesai mandi, tapi makananmu belum habis.""Kalo aku gak mau makan, mau apa?"Raffael kembali menggoda Revalina dengan mengangkat kedua tangan dan menggerakkan gaya meremas.Revalina bergidik ngeri kemudian bergegas meraih makan malam yang Raffael sediakan untuknya.Raffael tersenyum puas karena berhasil membuat istrinya menurut.Tiga puluh menit
Baca selengkapnya
Menjalankan Misi
Usapan lembut di pipi membuat Revalina perlahan membuka mata. Senyum seringai khas bayi, Aldevaro berikan kepada sang mama saat membuka mata."Aaah, Sayang. Kenapa sudah bangun, hm?" Revalina menciumi pipi gambul Aldevaro."Tate kangen sama Mbul. Dan mulai sekarang, waktu Tate hanya untukmu, Sayang. Apa kau senang?" ucap Revalina seraya menggelitik perut Aldevaro.Tawa renyah Aldevaro mampu membuat tidur Raffael terusik."Jam berapa ini?" gumam Raffael sambil melihat weker. "Hmm ... masih jam empat, tapi ada suara Al di sebelah."Raffael mengetuk pintu kamar putranya. "Buka, Re," titahnya.Revalina yang sedang asyik bermain dengan Aldevaro pun beranjak dan membuka pintu kemudian bermain kembali."Eh, anak Papa bobok di sini?" ucap Raffael seraya merebahkan diri di samping Aldevaro."Papa masih ngantuk, mau tidur lagi, ah," ucapnya lagi lal
Baca selengkapnya
Godaan Sekretaris Genit
Suasana sarapan di kediaman keluarga Xie sangat berbeda sekarang. Tentu saja karena Revalina sudah tidak merasa canggung lagi. Dengan cekatan, wanita itu menyiapkan sepiring nasi dan lauk-pauk untuk mertua dan suaminya. Setelah semua lengkap, barulah ia menyiapkan untuk putra dan dirinya sendiri. Tak sedikit celoteh dari mulut Revalina mampu membuat Hanna maupun Raffael tertawa. "Om Suami, aku minta schedule ngantor dan mengajarmu. Boleh?""Untuk apa?""Agar aku tau, kapan harus menyiapkan keperluan ngantor, kapan harus menyiapkan keperluan mengajar. Tadi juga Mama yang kasih tau kalo pagi ini ternyata Om Suami ada meeting di kantor."Raffael tersenyum kemudian mengatakan hari apa saja ia berangkat ke kantor dan mengajar. "Oke, terima kasih. Istrimu yang cantik dan baik ini akan setia melayani."Raffael mengangguk, sedangkan Hanna tersenyum sambil mengangkat ibu jarinya.Ritual sarapan sudah selesai. Revalina
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status