Semua Bab SABDA CINTA: Bab 11 - Bab 20
30 Bab
Promise
"Kamu mau membawaku ke mana?" tanya Cinta bingung. Sabda tak menjawab, pria itu terus saja menggandeng tangan Cinta. Berjalan menyusuri jalanan itu, hingga tiba-tiba saja langkah pria itu terhenti. Cinta kembali memperhatikan raut wajah Sabda yang tiba-tiba saja tersenyum. Wanita itu melirik tangannya sekilas, Sabda masih saja betah menggenggam tangannya. Cinta menghela napas panjang, detik berikutnya dia tersentak ketika mengingat apa yang terjadi di jalan Cempaka itu. "Kembalikan!" teriak Sabda. "Nggak, sepatunya sudah jelek, aku bisa membelikanmu yang lebih bagus," bantah Cinta. Sabda menggelengkan kepalanya, wajah pria itu tampak menghiba, berharap Cinta tidak membuang sepatu itu. Karena sepatu itu kenang-kenangan dari almarhum ayahnya. "Ini bukan soal harga, tapi sepatu itu kenang-kenangan dari ayahku, to
Baca selengkapnya
Coming Soon
Cinta tertegun ketika melihat Farel di depan rumahnya. Biasanya wanita itu akan menyambutnya dengan penuh semangat, tapi sekarang berbeda. Jangankan menyapa, untuk melihat wajah pria itu saja rasanya malas.'Mungkin dia sedang menunggu wanita murahan itu. Ck! Jadi mereka sudah mulai terang-terangan di depanku. Kalian pikir aku ini wanita lemah?' batin Cinta sambil tersenyum mengejek.Cinta berjalan dengan santai, dia sama sekali tidak menatap Farel yang tengah duduk di kursi depan rumahnya. Seolah-olah wanita itu tak melihat siapapun di sana. Cinta melangkah sambil bersiul pelan.Farel yang melihatnya langsung berdiri, pria itu tersenyum lebar."Hai, kamu dari mana saja. Aku dari tadi menunggumu. Ayah bilang kalau kamu sedang pergi dengan bodyguardmu, jadinya aku menunggumu," sapa Farel.Cinta menoleh ke belakang, menatap Farel pura-pura terkejut."Kamu ada di sini? Sejak kapan? Kok aku nggak lihat ya."Farel tersenyum kecut, dia tahu
Baca selengkapnya
Teka-teki
Sabda kelimpungan karena melihat Cinta tengah merajuk. Dirinya selalu serba salah dibuatnya, pria itu ingin marah, tapi anehnya tidak bisa."Sabda! Yang benar dong. Ih, kan. Fotonya jadi jelek, bisa senyum nggak?" tanya Cinta dengan bibir mengerucut.Lagi-lagi pria itu menghela napas panjang, sudah kesekian kalinya mereka foto bersama, tetapi tidak ada yang bagus menurut Cinta."Oke, sekali lagi," jawab Sabda pasrah."Ingat! Senyum. Jangan pelit senyum, masa gitu-gitu aja diajarin sih," omel wanita itu."Iya, aku akan mencobanya."Gara-gara Cinta membakar foto masa kecil mereka, wanita itu meminta penggantinya dengan cara mereka kembali berfoto bersama. Cinta selalu mengatakan jika akan dibuat kenang-kenangan. Sabda menolaknya, bukan karena tidak mau. Dia hanya kurang percaya diri jika difoto seperti itu, apalagi foto bersama dengan seorang wanita."Satu ... dua ... tiga ... senyum, Sabda," kata Cinta memberi aba-aba.
Baca selengkapnya
Wanita Macam apa?
"Bagaimana? Apa sudah ada perubahan?" tanya Ricko pada Sabda. Sabda mengangguk sambil tersenyum tipis. "Sudah, Om. Ya, walaupun hanya sedikit, tapi aku yakin, pasti Cinta akan berubah," tutur pria itu. "Bagus, nggak sia-sia aku menyuruhmu," kata Ricko bangga. Sabda tak menjawab, dia hanya membalas dengan senyum. "Oh, iya. Dengar-dengar, katanya Cinta udah putus sama pria berandalan itu, apa benar?" "Untuk masalah itu aku kurang tahu, karena Cinta tidak pernah mengatakan jika hubungan mereka selesai. Tapi ... kalau dilihat-lihat, hubungan mereka sepertinya sedang tidak baik-baik saja. Kalau boleh tahu, Om tahu masalah itu darimana?" tanya Sabda sambil mengernyitkan dahinya. "Dari Kezia," jawab Ricko lirih. Sabda menghela napas berat. Entahlah, setiap kali mendengar nama wanita itu, dia sangat tidak menyukainya. Firasat Sabda mengatakan jika Kezia membawa pengaruh yang buruk. Pintu dibuka dari luar, membuat Sabda dan Rick
Baca selengkapnya
Licik
"Aku hamil," ujar Kezia dengan raut wajah tak terbaca. Saat ini Kezia sedang berdiri di hadapan Farel. Pikiran Kezia campur aduk. Dia bingung harus bagaimana, dan juga bagaimana reaksi mama dan papanya jika mengetahui dirinya tengah berbadan dua. Farel menatap Kezia dengan tajam. Setelah itu dia tertawa keras, tak percaya dengan ucapan Kezia. Yang Farel pikirkan Kezia memang pandai bersandiwara. Wanita itu pintar bersilat lidah, hingga dirinya pun akhirnya terjebak dengan rayuannya. "Bohong! tandas Farel. Kezia tersenyum sinis. "Apa kamu masih ingat dengan kata-katamu, sebelum kita melakukannya, kamu sudah berjanji jika terjadi sesuatu padaku, kamu akan bertanggung jawab, tapi sekarang apa? Kamu menyangkalnya, kan?" tanya Kezia seraya melipatkan kedua tangannya di dada. "Gue tau itu bukan anak gue," papar pria itu dengan rahang mengeras.
Baca selengkapnya
Anak yang tak Dianggap
Kezia mendengkus keras ketika melihat pemandangan yang menurutnya sangat menyakiti mata.Dia melihat Cinta sedang tertawa keras bersama Sabda. Kezia tidak suka melihatnya, dia lebih suka melihat wajah Cinta yang menderita ketika sedang bersitegang dengan ayahnya. Namun, setelah kehadiran Sabda, Kezia tak pernah lagi melihat kesedihan diwajah Cinta.Kezia kembali teringat dengan kata-kata Farel, lalu menatap mereka berdua dengan serius. Lebih tepatnya Kezia sedang memerhatikan gerak-gerik Sabda. Apakah yang Farel benar adanya, atau malah sebaliknya.Kezia melihat Sabda tersenyum lebar, sesekali pria itu tertawa. Tapi tetap saja Kezia menyangkalnya, dia yakin Sabda seperti itu karena untuk memperlancar misinya untuk merubah sifat Cinta.Padahal Kezia tidak tahu kalau sebenarnya mereka berdua memang pernah dekat ketika waktu kecil.Karena tidak tahan melihat keasyikan mereka berdua, akhirnya Kezia memberanikan diri untuk mendekat."Ehemm-ehem.
Baca selengkapnya
I Love You
"Tumben banget datang ke sini, lagi ada masalah ya?"Cinta tak membalas pertanyaan Vera. Untuk sesaat, wanita itu termenung. Cinta tertawa pelan karena lagi dan lagi dia mengingat ucapan Kezia.Dia sudah mencoba mengalihkan bayangan itu, sudah memperingati pada dirinya sendiri bahwa dia bukan siapa-siapa Sabda, tapi tetap saja wanita itu tidak rela.Cinta memajukan tubuhnya untuk mendekati meja. Matanya menelisik sekitar meja itu dengan sorot mata tajam.Rokok! Ya, itulah yang Cinta cari. Dia mengambil benda itu dengan secepat kilat bersama dengan lighter yang berdampingan dengan rokok itu.Diambilnya sebatang, kemudian menatap rokok itu cukup lama. Perlahan, dirinya menyulutkan rokok itu, lalu menyelipkan ke sela bibir.Vera dan Cika hanya bisa menatap Cinta dengan pandangan sedih. Kalau Cinta sudah seperti ini, mereka yakin jika saat ini kondisi Cinta sedang tidak baik-baik saja.Cinta sangat anti rokok. Dia hanya akan merokok jika
Baca selengkapnya
Permainan dimulai
"I love you today, tomorrow, and forever. Yang artinya aku mencintaimu hari ini, esok, dan selamanya."Cinta tercengang dengan kalimat itu. Teka-teki Sabda kini akhirnya sudah terjawab. Wanita itu menggerutu sebal, kenapa tidak mencari tahu lewat google terlebih dahulu."Masa sih Sabda suka sama aku. Kok rasanya ada yang aneh ya," gumam Cinta sambil melihat ponsel itu. Dia kembali membuka pesan yang pernah Sabda kirim padanya."Habis dari mana?"Wanita itu tersentak kaget karena mendengar suara berat dari seseorang. Sampai-sampai ponselnya jatuh ke lantai. Cinta buru-buru mengambil ponselnya, tak lama kemudian keluar umpatan kecil dari bibirnya."Pecah, ah elah. Gimana nih," katanya kesal.Cinta langsung menatap ke arah sumber suara. Dia menatap Sabda dengan nyalang."Kamu kenapa sih, datang-datang suka mendadak. Nggak bisa apa permisi dulu," omelnya pada Sabda.Wanita itu langsung turun dari motornya, berjalan menjauhi Sabda.
Baca selengkapnya
Panik
"Ini orangnya," ujar Kezia sambil menyodorkan sebuah foto pada temannya yang bernama Dika.Dika menatap foto itu cukup lama."Ada apa dengan orang ini, kalau dilihat dari wajahnya, sepertinya dia orang baik," ucap pria itu tanpa mengalihkan pandangannya."Tidak usah kepo, tugasmu adalah membawa pria itu ke hadapanku. Setelah itu, urusan beres. Toh, kamu juga akan aku bayar, nggak usah bawel," dengkus Kezia.Dika manggut-manggut mendengarnya, tak lama kemudian pria itu kembali menatap Kezia cukup lama."Aku curiga, jangan-jangan kamu mau membunuhnya, ya?" tanya Dika dengan pandangan menelisik.Kezia menoyor kepala Dika dengan sedikit keras. "Jangan sembarangan kalau ngomong, pikiran itu sangat jauh untuk aku gapai. Meskipun aku wanita jahat, tapi untuk masalah membunuh, sorry, itu bukan levelku," jawab wanita itu datar."Atau jangan-jangan, kamu menyukai dia, tapi sayangnya kamu di tolak?" terka Dika.Kezia tak menjawab, membuat
Baca selengkapnya
Rival
Sabda menyipitkan mata karena silaunya matahari. Pria itu mendesis lirih akibat merasakan sakit yang luar biasa di area lehernya, serta pria itu merasa kedinginan. Sabda meraba dadanya sendiri, pria itu tersentak kaget karena dirinya tidak memakai pakaian.Sabda mengingat kembali apa yang terjadi tadi malam. Yang dia ingat, dirinya akan menjemput Cinta, tapi tiba-tiba saja kesadarannya hilang.Sabda mengedarkan pandangan, mengernyit bingung karena saat ini dia berada di ruangan yang tampak asing baginya.Sekali lagi dia memandangi tubuhnya yang tidak memakai pakaian. Batinnya bertanya-tanya, apa yang terjadi tadi malam, kenapa dia bangun tidak memakai baju seperti ini?Cinta, nama itu kembali teringat di kepala Sabda. Membuat pria itu langsung melompat dari ranjang itu. Dia mencari-cari bajunya yang entah ada di mana.Pintu dibuka dari luar dengan keras. Spontan Sabda menoleh. Mata pria itu membelalak ketika melihat ada Cinta, Ricko, Kezia, dan jug
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status