All Chapters of Cinta Dan Kutukan Tanda Lahir: Chapter 21 - Chapter 30
60 Chapters
Bab 21. Sementara itu
Sementara itu di kantor, Wuri tengah menghadiri pertemuan yang membahas penjadwalan sukarelawan yang bertugas menghibur dan menjaga anak-anak penderita kanker di rumah sakit besar di berbagai kota. Para penderita kanker yang melakukan perawatan selama berhari-hari bahkan berbulan-bulan di rumah sakit, biasanya mendapatkan pelayanan istimewa seperti itu. Mereka membutuhkan perhatian dan penghiburan yang membangkitkan semangat untuk tetap hidup.“Wuri, sesuai jadwal kau akan bertugas selama tiga hari ke depan,” kata seorang pria yang menjadi atasannya. “Baiklah, jadi aku berangkat sekarang kalau begitu.” Wuri menjawab dengan antusias.“Kau semangat sekali. Tugasmu di sana, setelah makan siang,” jawab salah satu rekannya. Wuri hanya tersenyum menanggapinya, dia tergolong pegawai yang rajin. Setiap kali mengajar ekstrakurikuler sekolah, dia selalu datang satu jam sebelum pelajaran dimulai.Wuri pergi ke rumah sakit besar di pusat kota seorang diri. Saat memasu
Read more
Bab 22. Seorang Anak Hilang
Wuri mendongak melihat siapa yang memanggil Kemi dan bicara ketus padanya. Jelas dia melihat anak kecil itu ketakutan dan stress karena sesuatu yang dia hadapi sangat menakutkan. “Apa yang anda katakan, Nona? Apa maksud Anda Kemi harus menghadiri acara bersama dengan artisi?” tanya Wuri sambil berdiri dan Kemi berada dalam gendongannya.“Ya,” jawab wanita bertubuh gemuk itu, sambil memandang Wuri dengan tatapan merendahkan.Wuri memandang Kemi sekali lagi, dia merasa bahwa tidak seharusnya anak itu menghadiri sebuah acara bila dalam keadaan terpaksa. Apalagi kondisinya yang masih lemah, atau mungkin kondisi yang lemah pada tubuh Kemi tidak lebih lemah dari mental orang-orang yang membawanya untuk datang.“Apa kalian tidak bisa mencari anak lainnya?” kata Wuri sambil melangkah pergi.“Tapi ....” belum selesai wanita gemuk itu bicara, dua orang kembali mendekat, dialah Syakela dan seorang asisitant pribadinya. Hari itu ada acara penggalangan dana, dalam acara
Read more
Bab 23. Sebuah Kebohongan
Mendengar ucapan Syakela, Zemi yang semula tidak memperhatikan semua orang pun menoleh dan mendapati Wuri, sebagai orang yang telah ditunjuk oleh Syakela telah berusaha mencelakai dirinya.“Kau?” kata Zemi hampir tak percaya.Sementara Wuri hanya tersenyum menyeringai seperti mengejek dirinya sendiri, dia memalingkan muka, menutupi rasa kesal.Wuri telah banyak mengalami masa sulit, hidup tanpa orang tua, pekerjaannya menghadapi pergumulan antara hidup dan kematian, serta rasa sakit, lalu apalah artinya sebuah kebohongan yang dikali ini buat oleh seseorang ditujukan padanya. Dia sadar kalau dirinya telah dijebak, dengan jebakan konyol tanpa malu sedikitpun. Ahk ... dia mengabaikannya. Memberi kesenangan dan meluangkan waktu pada anak-anak yang berjuaang mempertahankan hidup, lebih berharga dari pada harus meladeni kebohngan keji yang dibuat nyata untuk memanipulasi seseorang, tanpa tujuan yang jelas. Wuri heran, dengan sikap Syakela sebab mereka tidak memiliki h
Read more
Bab 24. Tunggu
“Ayo! Periksakan dirimu,” kata Zemi perlahan, sambil menggamit tangan Syakela yang tersenyum penuh kemenangan. Pandangan Zemi kosong ke arah di mana Wuri pergi dan menghilang.Syakela mendengus kesal melihat hal ini, bagaimana pun caranya Zemiharus dia dapatkan, pria itu adalah sahabat dan juga kekasih, tidak ada orang lain yang boleh memilikinya.Mereka pergi memeriksakan kondisi Syakela, seoarng artis harus selalu tampil prima dan sempurna di hdapan publik, tidak boleh terlihat lemah kecuali dalam berakting. Dia tidak bisa mengabaikan tubuhnya, tapi setelah dokter menyatakan bila gadis itu baik-baik saja, Zemu pun merasa lega.Setelah selesai memeriksakan diri, Syakela kembali mengukuti acara amal sampai selesai, tentu diiringi permintaan berjuta maaf yang meluncur dari bibirnya. Sedangkan seornag anak yang menjadi contoh dan bukti sebagai penderita kanker sudah di ganti oleh anak lainnya.Kini Wuri sedang melakukan tugasnya dalam memberi materi untuk anak-anak yan
Read more
Bab 25. Tidak Pantas
Semula Zemi hendak mengabaikan Wuri karena semua yang telah dia lihat tadi membuatnya kecewa, tapi dia teringat akan maksud kedatangannya ke rumah sakit itu hanya untuk mencari gadis ini. Dia akan membuat semua orang percaya bahwa firasatnya benar, Wuri adalah orang yang berhak menerima gelang wasiat pemberian kakaeknya yang sudah meninggal setahun yang lalu. “Untuk apa saya harus ke rumah Anda, Tuan Zemi ...?” Wuri berkata sambil menyimpan tali tas slempang di pundaknya. Semua anak sudah kembali ke kamar perawatan mereka masing-masing. Kini mereka bicara saling berhadapan. “Ayolah, jangan panggil aku Tuan, panggil saja Zemi seperti kemarin.” “Ya, bailah, Zemi. Sepertinya aku tidak bisa. Aku harus kembali ke kantor sekarang.” “Kalau begitu, aku akan menunggumu nanti sore di kantormu, oke?” “Apa kau pikir aku pantas datang ke rumahmu setelah apa yag aku lakukan pada kekasihmu?” Zemi termenung mendengar pertanyaan Wuri, Zemi termenung, apa yang dia lihat ta
Read more
Bab 26. Kediaman Keluarga
“Ke rumahku,’ jelas Zemi dengan pandangan yang tetap fokus pada jalanan di depannya.“Sebenarnya untuk apa? Kita tidak dekat.”Mendengar Wuri bicara seperti itu, Zemi menoleh sebentar dan kembali melihat jalan, ada kilatan samar penuh arti lewat sorot matanya dan membawa wajah gadis itu dalam benaknya. Mereka memang tidak dekat, tetapi perasaan yang halus menelusup lewat celah sanubari lalu, mengusiknya, membuat jiwa lelakinya ingin selalu mendekat padanya.“Aku ingin kamu melihat sesuatu, aku pikir benda itu milikmu.”Wuri memandang Zemi sekilas lalu, membuang pandangan ke luar jendela dengan malas. Dia sama sekali tidak tertarik dengan apa pun yang menurutnya tidak penting. Apalagi dengan pria i yang tidak memiliki hubungan apa pun ini.Beberapa hari yang lalu entah bagaimana pria itu bisa memiliki foto ayahnya yang sudah meninggal, padahal mereka tidak saling mengenal, sedangkan Zemi bisa mengenali bahwa dia adalah anaknya, hanya dari gelang batu yang di
Read more
Bab 27. Tuduhan
“Tuduhan Anda tidak berdasar, siapa yang mau mengambil kekasih Anda?”Wuri merasa keberadaannya mengundang perdebatan, hingga dia berniat pergi karena tidak ada gunanya berada di tempat yang membuat emosinya tidak bagus. Namun, sebelum dia melangkah, Zemi datang bersama dengan Renata—neneknya. Mereka membawa selembar Foto dan gelang yang sama persis dengan miliknya.“Jadi, ini wanita itu?” kata Renata ketus sambil menatap Wuri dari ujung rambut sampai ujung kaki. Menurut Renata, Wuri wanita yang biasa saja, penampilannya sangat jauh berbeda dengan Syakela. Dia berkulit eksotis, tidak seperti Syakela yang berkulit putih halus. Rambutnya juga pendek sebahu tidak seperti Syakela yang panjang indah bergelombang. Apalagi wajahnya, tidak secantik Syakela yang memiliki wajah sempurna bak bidadari surga.Zemi mengangguk, melihat Wuri yang berdiri dan berkata dengan lembut, “Kamu mau kemana? Duduklah ....” Kemudian pria itu menghennyakkan tubuhnya di sofa bersebelahan de
Read more
Bab 28. Tamparan
Wuri menatap wanita tua yang bertanya padanya, dengan serius. Ia tidak tahu pertolongan yang mana yang di maksud oleh Renata. Apalagi wanita tua itu hanya ingin memastikan kebenaran pengakuan Zemi. Pria itu mengaku pada neneknya jika Wuri yang sudah menyelamatkan nyawanya.Apabila semua pengakuan gadis itu tidak sesuai dengan keinginannya maka kemungkinan Renata akan mengabaikannya.Sementara Wuri merasa tidak perlu berbohong atau mengelabuinya. Dia tidak suka terlibat dengan sebuah hubungan yang rumit dan apalagi jika hubungan itu justru tidak bisa membuatnya melakukan tugas dengan baik, maka dia pun akan mengabaikannya.“Maaf, Nyonya, saya sering menolong banyak orang dalam keadaan darurat, bisa jadi, Tuan Zemi adalah salah satunya, ” jawab Wuri dengan datar, dia sudah terbiasa melakukan interview atau laporan data baik lisan maupun tulisan, maka, pertanyaan Renata adalah hal biasa baginya.“Sombong sekali kamu! Apa kamu tidak tahu siapa, aku?”“Oh, iya. Saya juga ingin bertanya, apa
Read more
Bab 29. Tidak Percaya
Zemi memegang pergelangan tangan Wuri, mencegah agar wanita itu tidak pergi, sambil berkata, “Nenek, aku mencintainya! Tolong testui hubungan kami!”“Apa?” tanya Syakela, Felia dan Renata secara bersamaan.Wuri menoleh ke arah Zemi sambil mengerutkan alis, dia tidak suka pria yang memaksakan kehendak kepadanya. Sebeb, selama ini jika dia ditugaskan ke berbagai tempat pun, sang atasan selalu memberi penjelasan dan persetujuan setelah itu baru ditanyakan kesanggupannya. Akan tetapi pria ini tidak melakukan hal itu, padahal di antara mereka tidak memiliki hubungan apa pun.Namun, Wuri masih menahan gejolak perasaan di hatinya, dia menunggu sikap apa lagi yang akan dilakukan oleh Zemi selanjutnya. Biar bagaimanapun juga, dia wanita beretika yang tidak akan menjatuhkan harga diri orang lain di depan orang banyak. Dia tahu bagaimana rasanya dipermalukan di depan umum seperti yang perna dilakukan Syakela padanya, dan dia tidak akan melakukan hal yang sama.Wuri merasakan adanya cinta bertepuk
Read more
Bab 30 Gempa Bumi
Gempa BumiSesampainya di depan apartemen Biru Laut, di mana Wuri dan Natiya selama ini tinggal, mobil berhenti secara mendadak, seolah Zemi sengaja melakukannya untuk memancing reaksi gadis itu padanya. Dia hanya mencari gara-gara asalkan bisa lebih lama tinggal bersamanya.Wuri menoleh kesal, sambil berkata, “Apa Anda tidak bisa menyetir, Tuan Zemi?”“Jangan panggil aku Tuan, kalau kamu tidak mau aku cium lagi.”Wuri terlihat cuek, dia keluar sambil mengucapkan terima kasih. Zemi menyusulnya turun dengan cepat.“Tunggu!” katanya.“Apa lagi? Dean?” tanya Wuri membuat Zemi tertegun sebab, tidak ada orang yang memanggil dengan nama itu.Kini mereka berdiri saling berhadapan dan melanjutkan percakapan.“Kenapa?” tanya Wuri lagi, aku boleh, kan memanggilmu dengan nama itu.”“Kenapa?”“Namamu membuatku ingat dengan sepupuku yang sudah meninggal, namanya juga Zemi, dan aku memanggilnya dengan Zemzem.”“Kamu boleh memanggilku begitu juga.”“Tidak. Kamu bukan dia! Apa yang ingin kamu tanyaka
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status