Semua Bab Kontrak Eksklusif untuk KANAYA: Bab 11 - Bab 20
106 Bab
Pernikahan yang sah
DegKedua bola mata Naya terbelalak kaget saat melihat keponakannya ibu Ana tersebut."Kamu di sini!" "Mas alen," kata Naya menegak salivanya dengan paksa.Ia tak menyangka jika keponakannya ibu Ana adalah Alen, orang yang menjadi masalah dalam kehidupannya."Ya Tuhan, kenapa aku berlari di tempat yang sama!" gumam batin Naya melipat bibir mungilnya. Naya terdiam. Ia tak tau harus lari kemana lagi. Selalu berlari mengitari kehidupan  keluarga orang yang telah menolongnya dan yang akan menghancurkan masa depannya. Inikah takdir yang harus aku jalani? gumam batin Naya menghela nafas panjang. Alen menatap Naya yang tak mampu mendongakkan kepala.Ibu Ana tak berhenti menatap mereka secara bergantian. Tubuhnya meremang melihat dua orang ia sayang sudah mengenal satu sama lain."Kalian sudah saling mengenal?" tanya Ibu Ana memastikan."Dia calon istriku, Tante!" jawab Alen mengejutkan ibu Ana.
Baca selengkapnya
Di balik sifat kasarnya
"Pakaikan untukku!" perintah Alen menyodorkan cincin itu.Hari ini, Naya pasrah dengan apa yang terjadi pada dirinya. Bibir mungilnya  bergetar. Jari jemari tangan yang putih mulus mulai mengambil cincin pernikahannya. Memang ini sudah jalan hidupku, menikah dengan orang yang tidak aku cinta! batin Naya berkata seraya memakaikan cincin untuk Alen.Alen tersenyum sinis. Perlahan, ia mulai mendongakkan dagu Naya agar mau menatap dirinya. Wajahnya yang cantik terlihat begitu muram dan sama sekali tak ada kebahagiaan terpancar di diri Naya.Lentik indah bulu mata Naya tak berhenti mengerjap. Tatapan tajam yang mengarah kepadanya, membuat ketakutan kini menghampiri dirinya."Kamu akan baik-baik saja, jika kamu tidak melanggar kesepakatan yang telah kita sepakati!" ucap Alen mengingatkan Naya akan isi dari perjanjian kontrak tersebut."Aku tidak akan merubahnya, meskipun kamu berlutut sekalipun padaku, Kanaya."Naya menghela nafas panjan
Baca selengkapnya
Hipotermia
Tangan Arga terhenti. Kedua matanya berputar menatap   Alen menghentikan tangannya."Aku tak akan biarkan, tangan kotormu ini menyentuh ataupun melukai tubuh istriku!" ucap Alen yang mengejutkan Arga. Begitupun juga Naya.Perlahan, Naya membuka matanya dan menyeringai saat Alen menolong dirinya untuk kesekian kalinya."Sayang, tunggu aku di kamar!" perintah Alen yang membuat Arga tersenyum sinis mendengarnya."Iya, Mas!" gegas Naya pergi meninggalkan mereka.Arga melepas tangannya dari genggaman tangan Alen. Ia seakan tak percaya dengan apa yang terlontar dari mulut sepupunya itu."Sebucin itukah kamu padanya? Sampai kamu berhalusinasi menjadikan dia sebagai istri kamu?" Arga menatap sinis."Apa aku terlihat bercanda? Apa bicaraku juga kurang jelas?"  tanya Alen balik. Arga menghela nafas panjang. Perlahan, kedua tangannya memegang pundak sepupunya yang jauh lebih lebar dari dirinya. "Alen-alen, apa ka
Baca selengkapnya
Bulan madu
DegLamunan Alen buyar. Kedua matanya tak berhenti mengerjap. Pandangannya tertuju ke arah bibir mungil istrinya yang terus bergetar tiada henti."Haruskah aku mencium bibirnya?"Hela nafas berhembus dari diri Alen. Kedua matanya berputar melihat  hujan yang semakin deras mengguyur kota itu.Genggaman tangannya ikut bergetar saat Naya memegang tangan kirinya begitu erat. Dengan penuh perhatian, Alen membenarkan jas hitam yang menyelimuti tubuh istrinya itu.Diego memasang handfree sembari berbicara dengan salah satu pengawal yang berjaga di rumah sakit."Akses jalan menuju ke rumah sakit lumpuh total, jadi Mas Alen dan istrinya tidak bisa datang ke sana. Segera kamu beritahu ibu presdir!" kata Diego seraya menutup telponnya.Ia tersenyum akan pekerjaannya terlaksana begitu cepat, tanpa menunggu dirinya untuk sampai rumah seperti apa yang diperintahkan oleh Alen.Hem, pasti mas Alen akan senang melihatku yang selalu cepat d
Baca selengkapnya
Satu Koper
"Tak seharusnya kamu menutupi apa yang sudah menjadi milikku!" Perkataan Alen membuat Naya terperangah mendengarnya. Ia tak menyangka jika Alen ingat akan apa yang menjadi haknya.Naya terdiam. Bibirnya melipat seraya berjalan mundur saat Alen berjalan menghampiri dirinya."Kamu tenang saja! Aku tak akan menyentuh tubuh yang tak menarik ini," tunjuk Alen memicing dengan tatapan penuh kebencian.Lentik indah bulu mata Naya tak berhenti mengerjap. Sesekali ia memperhatikan kesalahan yang ada pada tubuh idealnya."Kita akan tinggal di sini selama tiga hari. Kamu bisa melakukan apapun sesuka hatimu dan jangan pernah mengganggu waktu istirahatku! Mengerti!" ketus Alen."Mengerti, Mas!" jawab Naya seraya menganggukkan kepala."Bagus!" kata Alen melangkah pergi.Naya menghela nafas seraya menoleh ke arah Alen yang mulai merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.Sabar Naya sabar. Bagaimanapun juga, saat ini dia adalah suami kamu! kata
Baca selengkapnya
Sakit hati berjamaah
Sesaat, kedua matanya tertuju ke arah koper yang ia bawa."Satu koper? Apa ini tidak akan jadi masalah jika mas Alen tau?" tanya Naya menghela nafas dan mulai memasuki kamar yang seharusnya menjadi saksi bisu malam pertama  buat dirinya.Langkah Naya terhenti. Dua bola mata indahnya tak berhenti mengerjap melihat betapa kekar dan sexinya tubuh Alen yang terlihat setengah badan. Dadanya yang bidang, rambut pirangnya yang basah, cara khasnya dalam minum minuman yang begitu perfect membuat Naya tak mampu menegak salivanya sendiri.Alen menoleh dan berjalan menghampiri sang istri yang terdiam seperti patung menatap dirinya. Jentikan tangan yang berbunyi membuat lamunan Naya buyar sudah."Apa yang kamu lihat?" tanya Alen yang mengejutkan Kanaya."Ti-dak, Mas. A-ku ...," kata Naya terhenti saat koper yang ia pegang beralih ke tangan suaminya."Aku mau ganti baju dan kamu tunggu di luar!" perintah Alen yang mendorong tubuh Naya hingga keluar d
Baca selengkapnya
Tak semudah yang dibayangkan
"Haruskah aku memakai pakaian seperti ini?" tanyanya seorang diri. Ia menghela nafas panjang dan mengambil t-shirt berwarna putih yang sama dengan Alen."Hanya satu t-shirt dan satu hotpan? Bagaimana mungkin aku memakainya selama tiga hari?" tanya Naya melipat bibir mungilnya.BrakNaya mendongak dan menoleh ke arah suara yang mengejutkan dirinya. Kedua kakinya yang putih mulus tanpa noda itu, mulai melangkah menuju keluar. Dengan mengenakan kimono di badan seraya melilitkan handuk di kepalanya, membuat Naya terlihat begitu mungil dan menggemaskan.CeklekHembusan angin di pagi hari membuat wajah cantiknya menjadi dingin menyejukkan. Sudut matanya mengernyip menahan similir angin yang menerpa dirinya."Ya Tuhan!" gegas Naya berlari menghampiri sepedanya yang jatuh tanpa sebab yang jelas. Naya membenarkan posisi sepeda itu seperti semula.Rasa tak sabar ingin mengendarai sepeda tersebut mulai menghampiri di dirinya."Kamu baik-b
Baca selengkapnya
Gugup berkepanjangan
Naya mulai membuka kedua matanya. Perlahan, ia melihat kakinya yang sudah bersih dari lumuran darah."Ya Tuhan, apa mas Alen akan mempermasalahkan tentang kejadian ini?" tanya Naya berbicara seorang diri.***PlakTamparan keras mengenai pipi Roy. Pak Lukman marah saat mengetahui kalo Roy salah sasaran. "Begitu saja tidak becus! Apa kamu tidak berpikir dulu sebelum bertindak? Untung saja kanaya baik-baik saja!" bentak pak Lukman. Kedua tangannya tak berhenti memegang pinggang dan mondar-mandir kesana kemari. Memperlihatkan betapa kecewa dirinya saat ini."Maaf, Pak! Saya tidak tau, kalo ada dua sepeda di villa itu!" ucap Roy menjelaskan sambil menundukkan kepala."Pergilah! Dan jangan berharap kamu mendapatkan imbalan yang saya janjikan padamu," ujar Pak Lukman mengingatkan Roy."Saya mengerti, Pak!" kata Roy pergi saat tangan Pak Lukman mengkodenya untuk keluar."Sial! Kenapa dari dulu aku tak pernah
Baca selengkapnya
Makan malam spesial
"Laura, kamu itu adalah harta mama satu-satunya. Kamu cantik, pintar, berbakat dan tak seharusnya kamu mengemis cinta sama pembalap yang tak jelas masa depannya itu," tutur ibu Dina menjelaskan."Mama ...," kata Laura terhenti."Sudah, cukup! Mulai sekarang, mama tak mau denger kamu membicarakan pembalap itu lagi. Dan alangkah baiknya, jika kamu mendekati pak Lukman!" pinta ibu Dina mengejutkan Laura."Ma ...," keluh Laura memprotes. Ia tak habis pikir jika mamanya menyuruh dirinya untuk mendekati pak Lukman yang bukan merupakan tipenya sama sekali."Laura, sampai sekarang kita tidak tau Naya ada di mana. Bagaimana nasib kita selanjutnya kalo kita tak menemukan kanaya?" tanya ibu Dina bingung. "Trus, apa hubungannya sama Laura, Ma? Mama aneh banget, deh! Dan ngapain juga, mama menyuruh Laura untuk deketin pak Lukman?" gerutu Laura seraya menopangkan kedua tangan di dada. Wajahnya mulai kesal dengan penuturan mamanya."Sayang, emang kam
Baca selengkapnya
Malam pertama
Mas Alen." Ucapan lembut Naya selalu terngiang di telinga Alen. Alen menoleh ke arah Naya yang sudah tertidur lebih dulu. Wajah cantik, manis, tubuhnya yang putih mulus membuat Alen mulai terpesona.Alen tak berhenti menggelengkan kepalanya. Tubuhnya seakan gerah dan tak mampu menahan keringat yang mengalir di tubuhnya.Entah apa yang terjadi pada dirinya. Senyum manisnya tertoreh melihat istrinya yang terlihat begitu sempurna.Sepuluh menit kemudian, Naya menggeliat ketika ada sesuatu yang bermain di lehernya. Sejenak, sudut matanya mengerut dan terbelalak kaget saat Alen mencumbu dirinya begitu agresif."Mas ...," keluh Naya yang tak digubris oleh suaminya. Ia menggeliat dan mencoba untuk menghindar dari serangan suaminya. Tapi, tenaganya lemah untuk melawan kekuatan yang di miliki Alen. Dengan leluasa, jari jemari tangan Alen mulai membuka baju milik istrinya.Kedua bola mata saling memandang. Naya tersenyum tipis melihat Alen yang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status