All Chapters of KEJUTAN UNTUK SUAMIKU: Chapter 71 - Chapter 80
111 Chapters
71. Part 71
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 71"Ini Sutinah, bukan Bella," ucap Ulfa."Benar Pak, saya Sutinah, pembantu di rumah Bu Ulfa ini. Memasak, menyapu, mencuci pakaian meski dengan mesin cuci, mengepel lantai, sudah menjadi pekerjaan saya sehari-hari." Wanita yang kukira Bella itu nyengir."Aku yakin kamu itu Bella, bukan Sutinah." Aku melihat dengan seksama wanita di hadapanku."Maaf, Bella itu siapa, ya, Pak? Apa mungkin wajahnya mirip dengan saya sehingga menganggap saya ini Bella?" Aku menggaruk kepala yang tidak gatal. Meskipun penampilannya berbeda seratus delapan puluh derajat, tetapi aku yakin wanita yang mengenakan celana kulot dan kaus oblong itu adalah pacar Gibran yang dibawa pulang waktu itu."Pak?" Wanita itu mengibaskan tangan di depan wajahku."I--iya? Kamu yakin kalau bukan Bella?" "Bapak percaya kalau di dunia ini kita punya kembaran tujuh? Saya yakin, Bella yang Bapak maksud itu adalah salah satu kembaran saya
Read more
72. Part 72
"KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 72"Tunggu, Ul. Aku ke sini mau bertemu kamu, masa malah ditinggal?" Aku meraih tangan Ulfa, namun dengan cepat wanita itu mengibaskannya."Kita sudah bertemu, jadi tidak ada alasan  bagiku untuk di sini." Ulfa melengos."Ul, aku mau bilang kalau mobil itu sudah kujual." Aku mulai bercerita."Aku sudah tahu, Mas. Bukankah waktu itu kamu minta surat mobil itu agar bisa dijual?" "Ya, tetapi uangnya sudah nggak ada." Aku menunduk."Mungkin kalau aku masih jadi istrimu pasti akan bertanya uang sebanyak itu kamu gunakan untuk apa sehingga sudah habis, tetapi berhubung kamu bukan siapa-siapaku lagi, maka aku tidak peduli, mau itu sudah habis atau masih ada," jawab Ulfa."Dengarkan aku, Ul. Uang itu sudah habis karena diambil Anisa dan  sekarang aku sudah tidak punya uang sama sekali." "Itu deritamu, Mas. Jangan ceritakan padaku." Ulfa melengos dan hendak pergi meninggalkanku, tetapi
Read more
73. Part 73
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 73"Sudah ada Mbak Tinah yang masak." "Enggak apa-apa, si Tinah juga enak, kan masakannya. Ayo, Rey." Mama menyeret tanganku menuju meja makan. Aku merasa canggung makan di sini meski ini tempat dudukku beberapa waktu yang lalu.***"Gibran, coba kamu lihat ini foto siapa?" Aku mengangsurkan ponselku padanya dan menunjukkan foto Tinah yang kuduga Bella yang berhasil kuambil gambarnya saat di rumah Ulfa tadi."Enggak tahu, Mas. Enggak penting!" Gibran cuek dan hanya melirik sekilas foto yang kutunjukkan."Lihat dulu baik-baik. Ini Bella, kan?" "Mana? Eh, iya, ini memang Bella. Tetapi dari mana Mas Mendapatkan foto ini dan kenapa ia memakai baju seperti ini? Seperti seorang pembantu?" Gibran mengamati dengan seksama foto yang ada di ponselku."Memang dia pembantu. Aku dapat foto ini karena sekarang ia menjadi babu di rumah Ulfa.""Enggak, Mas. Bella bukan seorang pembantu. Ia
Read more
74. Part 74
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 74"Sudahlah, Mas. Aku tahu kalau kamu tidak suka dengan Bella, tetapi tidak begini caranya.  Oh, ya, Sayang, aku mau datang ke rumahmu sekarang juga." Gibran merangkul pundak Bella dan mengecup pucuk kepalanya."Ke--ke rumahku? Buat apa?" Bella melepaskan tangan Gibran dan wajahnya mendadak pucat pasi."Ya, aku ingin melamar kamu agar kita bisa meresmikan hubungan kita. Aku sudah tidak sabar menjadi suami kamu, Sayang." Gibran menoel hidung wanita berbaju seksi itu."Kenapa kamu mendadak pucat begitu? Jangan-jangan dugaan kami benar kalau kamu adalah pembantu di rumah Ulfa yang aslinya bernama Sutinah itu," ucap Mama dengan nada tinggi."Enggak, Ma. Aku Bella bukan Sutinah. Aku lagi enggak enak badan aja." Bella meringis."Kalau begitu tunjukkan KTP-mu, aku mau lihat!" Mama mengulurkan tangan pada Bella."KTP?" "Iya, sini!" Mama melambaikan jari telunjuknya."Enggak ada, Ma. Aku nggak pe
Read more
75. Part 75
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 75Bella mengajak kami pada suatu tempat dengan rumah yang berjejer-jejer, mirip sekali dengan kost-kostan."Aku memang kost karena rumahku jauh," ucap Bella nyengir."Lalu rumah yang pernah kamu tunjukkan ke aku waktu itu milik siapa?" Gibran terperangah."Maafkan aku, Mas. Itu rumah orang. Aku tidak tahu siapa pemiliknya." Bella nyengir."Jadi, selama iani kamu sudah membohongiku, Bel?" tanya Gibran dengan nada tinggi. "Maafkan aku, Mas. Aku terpaksa melakukan ini karena takut kehilangan kamu jika harus jujur." Bella menunduk."Kamu tidak usah khawatir, Bel. Apapun keadaannmu aku tetap mencintaimu." Gibran merengkuh pundak Bella."Benarkah?" Bella mendongak dan wajahnya berkaca-kaca."Iya, aku tidak peduli rumah kamu seperti apa? Setelah kita nikah, kan tinggal di rumahku?" Gibran tersenyum."Apa? Kamu tetap mau melanjutkan hubungan dengan orang yang sudah membohongimu mentah-mentah?"
Read more
76. Part 76
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 76"Iya, enggak apa-apa." Gibran tersenyum."Kamu nggak mau punya istri seorang pembantu?" "Buat apa harus malu? Justru aku senang punya istri yang mau membantu suami mencari uang daripada punya istri cantik dan kaya, tetapi menyusahkan," ucap Gibran sambil melirik ke arahku."Kamu menyindirku, Gi?" Aku cemberut."Aku tidak menyindir siapa-siapa, tetapi syukurlah kalau Mas merasa tersindir karena memang kenyataannya seperti itu, kan? Mas punya istri cantik dan kaya, tetapi tidak bahagia? Mbak Anisa itu sudah wajahnya enggak cantik-cantik amat alias standar, manjanya enggak ketulungan, dan satu lagi yang menbuatku tidak suka dengannya yaitu egois!" "Sudahlah, Ma. Ayo kita pulang!" Aku menarik tangan Mama dengan bersungut-sungut."Aku juga harus pergi, nanti aku hanya pamit pergi sebentar pada Bu Ulfa," ujar Bella melepaskan rangkulan Gibran."Bagaimana ini, Rey? Masa iya, calon menantu Mama seor
Read more
77. Part 77
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 77PoV UlfaAku lega bisa lepas dari Mas Rey yang sudah berkhianat. Mana ada wanita yang rela dimadu meski katanya dapat banyak pahala. Kalaupun ada mungkin seribu banding satu dan itu bukan aku.Kini, aku harus melanjutkan usaha tokoku ini. Ya, toko yang dibangun dari modal menjual sawah orang tuaku itu sudah berkembang pesat. Bahkan, beberapa waktu yang lalu, aku dan Mas Rey berencana membuka toko cabang di daerah lain.Kini rencana tinggal rencana. Pembukaan toko cabang belum terlaksana karena kami harus pisah. Aku bertekad, meski sudah tidak bersuami lagi, aku pasti bisa melanjutkan rencana itu.Hari sudah mulai sore, meski toko buka hingga jam delapan malam, aku tetap harus pulang. Aku sudah mempunyai orang kepercayaan yang mengurus dan mengawasi para karyawan. Kulajukan mobil dengan kecepatan sedang. Aku memperlambat  laju kendaraan saat melihat dua orang yang seharusnya tidak ingin kutemui sudah berada
Read more
78. Part 78
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 78"Yah, mau bagaimana lagi? Rumah kalau tidak ada yang menempati akan cepat rusak karena tidak ada yang merawat, kan? Seandainya ibu masih ada juga pasti setuju kalau rumah itu dijual karena uangnya mau kubuat nambah modal toko. Do'akan aku, ya, Mbak, semoga toko cabang itu sukses." "Amiin, semoga toko ibu semakin sukses dan maju." Seukir senyum terbit di bibir Tinah.Aku bersiap-siap untuk berangkat ke kampung.Kuusap perutku yang sudah mulai terlihat membuncit. Ah, seandainya ibu masih ada pasti sangat bahagia melihat kehamilanku. Sayang, beliau meninggal sebelum sempat punya cucu."Ayo, Mbak. Kita berang ...," Ucapanku terhenti ketika melihat penampilan wanita yang berstatus sebagai pembantu di rumahku itu.Wanita yang menurutku cantik itu memakai gaun selutut yang dipadukan dengan sepatu hak tinggi dengan warna senada plus tas samping berwarna hitam. Tidak lupa ia juga memoles wajahnya dengan riasan yang cuku
Read more
79. Part 79
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 79"Permisi, maaf, ini makam orangtua saya." Aku menunjuk batu nisan yang bertuliskan nama ibu dan bapak."Iya, saya tahu, ini memang makam orang tua Mbak Ulfa." Lelaki  itu tersenyum. Mataku hampir tidak berkedip melihatnya. Aku melongo saat melihat wajahnya yang ganteng, untunglah aku cepat sadar diri dan segera menunduk. Malu, benar-benar malu."Maaf, anda kok tahu nama saya? Apakah kita saling kenal?" "Saya Amar Alif yang biasa merawat makam ini?" Ia kembali tersenyum. Duh, andai lidahku tidak kelu, pasti sudah memintanya untuk berhenti tersenyum di hadapanku, bisa copot jantungku nanti."Maaf Amar eh, Alif siapa, ya?" Aku menggaruk kepala yang tidak gatal."Saya orang yang dulu mau dijodohkan dengan Mbak Ulfa oleh Tante Salma--ibunya Mbak Ulfa, tetapi Mbak sudah punya pilihan sendiri." Amar menunduk. "Aku harus panggil siapa?" tanyaku lirih. "Amar boleh, Alif juga boleh."
Read more
80. Part 80
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 80"Ma-maaf, lupakan saja." Aku tersipu, pipiku menghangat, Amar pasti sudah melihat pipiku yang berubah merah seperti tomat masak. "Iya,""Kalau begitu aku ziarah dulu, ya." Aku maju dan semakin mendekat ke pusara ibu dan bapak.Bu, apa yang dibilang ibu memang benar. Aku bahagia menikah dengan lelaki pilihanku, tetapi ia malah berkhianat dan kami sudah bercerai. Sekarang aku percaya, ucapan adalah do'a dan do'a seorang ibu itu akan terkabul.Aku tahu seorang ibu tidak mungkin akan menjerumuskan anaknya sendiri. Jika almarhumah menginginkan aku menikah dengan Amar waktu itu pasti ia tahu lelaki pilihannya adalah orang yang baik dan bisa membahagiakanku. Acara do'a sudah usai dan aku pun berniat untuk pulang ke rumah ibu untuk melihat kondisi rumah itu seperti apa sekarang. Aku merogoh tas dan mengeluarkan uang dari dalam dompet kemudian mengulurkan pada Amar yang ternyata masih ber
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status