Semua Bab Cewek Agresif VS Cowok Polos: Bab 81 - Bab 90
96 Bab
81. Ada yang Salah
Dara kelelahan mencari Frel. Udah beberapa tempat ia datangi tetap aja sahabatnya satu itu nggak bisa ia temukan. Mulai dari perpustakaan sampai ke pinggir lapangan yang dipadati oleh para cewek yang sedang bersorak melihat aksi Tomi memasukkan bola basket ke ring.Yeah ..., selain tampangnya yang lumayan keren, sejak SMP Tomi emang paling jago dalam hal main basket, jadi Dara nggak heran mereka bakal seheboh itu melihat permainan tuh cowok. Dalam pertandingan antar sekolah pun tak jarang Tomi selalu membawa kemenangan dalam timnya.Tapi intinya, ke mana lagi ia harus mencari Frel?Hingga dalam beberapa detik kemudian, Dara baru sadar ada tempat yang belum ia datangi. Taman yang berada di belakang gedung guru. Bahkan taman itu merupakan tempat favorit mereka. Ia dan Frel sering ke sana sebelum dirinya jadian sama Ari. Meskipun lebih sepi dari taman yang ada di pojok sebelahnya kantin sekolah, namun taman itu sangat indah, memiliki danau buatan kecil yang cantik dan asri.Duh, bagaiman
Baca selengkapnya
82. Makin Agresif
Akhir-akhir ini mamanya sering keluar. Ia tidak tahu mamanya pergi ke mana dan apa yang tengah ia lakukan di luar sana. Tiap ia tanya, beliau selalu menjawab ada perlu penting. Alhasil ia hanya bisa menyimpulkan kemungkinan sang mama berpergian bersama teman-temannya.Dan hari ini pun sama. Bahkan Reyhan diajak ikut bersamanya.Di hari liburnya ini Inez malas jalan-jalan, akhirnya ia membuat acara memasak bersama Rian, hitung-hitung dalam rangka menepati janji yang dulu pernah ia sepakati atas permintaan kekasihnya itu."Hmmm ... dari baunya kayaknya enak banget," ujar Rian yang tiba-tiba datang dan merengkuhnya dari belakang.Inez merasakan punggungnya memanas tatkala Rian menempelkan tubuhnya dan meletakkan kedua tangannya di atas perutnya. Ia merasakan gugup yang luar biasa, meski begitu ia berusaha sesantai mungkin."Gue harap lo suka masakan gue," timpalnya sembari memindahkan udang asam manis yang baru selesai dimasak ke atas piring saji. "Nggak boleh nyesel, ya, kalo masakan gu
Baca selengkapnya
83. Membawanya ke Rumah
"Menurut gue lebih cepat lebih baik. Gue mau serius sama lo, dan ini salah satu bukti keseriusan gue, Nez.""Tap-tapi, Yan, gue takut—""Nggak perlu ada yang ditakutin. Bokap nyokap gue nggak sepicik itu menilai seseorang.""Yan, lo tau kan masa lalu gue?""Iya, terus?""Selama ini masa lalu gue yang bikin mereka semua mundur, bahkan calon mertua gue dulu langsung menghujat gue tanpa ampun. G-gue masih trauma, Yan," ucap Inez mencoba menjelaskan di mana sisi ketakutannya dengan suara gemetar.Melihat itu, Rian segera menggenggam kedua tangan Inez. "Gue jamin nggak akan terjadi apa-apa. Kalaupun ada, gue yang akan jelasin ke mereka bahwa semua yang mereka pikirkan tentang lo nggak seburuk pikiran mereka. Seumpama bokap nyokap tetap menolak hubungan kita, gue bisa ngelakuin hal lebih gila lagi agar mereka bisa restuin kita saat itu juga.""Hal lebih gi-gila? Maksudnya?""Pokoknya ada deh," jawab Rian sembari mengerlingkan sebelah matanya, menggoda Inez.Cewek itu terdiam kaku. Hal-hal b
Baca selengkapnya
84. Kenapa Memilihnya Jadi Pacar?
Angin mulai berembus siang itu. Namun, semilirnya tak mampu membuat wajah yang ditekuk sedari tadi berubah menjadi ceria ataupun senang.Malah sebaliknya, bibir merah mungil dengan gaya khasnya seoarang anak tengah menggerutu dari rumah sampai datang ke tempat tujuan yang diinginkan kakaknya.Ia bahkan kini terlihat sangat kesal."Kenapa, sih, Kak Ari milih dia jadi pacar?" tanyanya sambil cemberut.Mendengar Dito tiba-tiba bertanya seperti itu, ia hanya melirik dengan malas."Emangnya kenapa?""Ya, kan, dia gitu, Kak. Tingkahnya absurd, sama rambutnya kayak medusa," jawab Dito yang tengah duduk di samping Ari sambil memainkan kakinya.Lagi-lagi kata "medusa" yang disebut adiknya."Walaupun begitu dia baik." Ari menoleh ke arah Dito. "Pernah nggak dia balas saat lo berulah? Pernah nggak dia dendam saat lo ngerjain dia, ngolok dia, ngejek dia, jahatin dia?"Dito terdiam, lalu menggeleng polos. "Tapi, kan, nggak tahu hatinya, Kak.""Kalo di hatinya dendam, lo sendiri pernah nggak liat s
Baca selengkapnya
85. Luka dan Isi Hati
Dara melangkah riang setelah bertemu sebentar dengan Ari di perpustakaan tadi. Ya, bisa ditebak, Dara-lah yang berkunjung ke kelas Ari, namun saat Kevan memberitahukannya bahwa sang pacar ada di perpustakaan, ia langsung berbalik arah menyusulnya.Kali ini ia akan ke kantin sejenak dan membeli beberapa cokelat atau camilan, apa pun asal ukurannya agak kecil yang bisa ia sembunyikan saat ia kembali ke perpustakaan dan diam-diam bisa menyuapi pujaan hatinya. Ah, rencananya emang brilian!Doakan aja semoga pikiran absurd Dara itu nggak akan diketahui oleh penjaga perpustakaan yang dikenal galaknya minta ampun.Tampak Dara mempercepat langkahnya dan senyum lebar tak henti-hentinya terpahat dari bibirnya. Tapi, kesialan tidak bisa dicegah ketika tiba-tiba ada seseorang yang menabraknya.Bruk!Cewek itu bukannya minta maaf, tetapi menunduk seakan menyembunyikan wajahnya. Sontak aja Dara makin berang."Lo bego, ya? Kalo lari hati-hati, dong! Nggak punya mata, ya?" labrak Dara. "Eh, malah di
Baca selengkapnya
86. Sesuatu Terjadi
Jam pulang sekolah kurang sepuluh menit lagi, tetapi tampak beberapa siswa-siswi udah keluar kelas lebih dulu dari jam yang seharusnya. Dara mengintip dari jendela kelas yang berdekatan dengan kursi yang ia duduki. Terlihat mereka berlarian dan berteriak bersahut-sahutan. "Oyyy ... ada yang lagi berantem!" "Di mana?" "Taman." "Ayo, kita ke sana!" Dara mengerutkan alisnya begitu mendengar teriakan mereka. Berkali-kali Dara melihat bangku di sebelahnya yang kosong. Frel nggak ada di sana. Lalu kepalanya beralih ke belakang tepat di bangku Kenn yang terlihat sama. Apa ini ada hubungannya dengan Kenn dan Frel? Udah beberapa hari ini ia melihat Frel dan Kenn memang cukup dekat. Mereka berdua bahkan pernah ke panti asuhan bareng, menemui Abel dan Reno yang selalu lengket sejak acara berkunjung di hari terakhir MOS. Ia bahkan pernah mendengar Frel dan Kenn sempat jalan-jalan bersama dengan Abel juga Reno. Hingga ada sebuah insiden antara keduanya yang menurut Dara sangatlah romantis
Baca selengkapnya
87. Jealous
Hari ini terasa sangat melelahkan. Siang begitu terik dan tugas sekolah seperti tiada habisnya. Dara nggak tahan lagi jika harus berjibaku soal tugas matematika. Lagi dan lagi ia memilih seperti biasa, besok ia harus menyontek Frel. Tentu aja itu adalah jalan satu-satunya bagi Dara. Sebenarnya bisa aja ia meminta bantuan kepada sang pacar yang berada di jurusan IPA. Tapi ... ah, daripada harus melihat Ari berkonsentrasi mengajarinya soal matematika, kan lebih baik waktu mereka digunakan untuk berkencan. Iya, nggak, sih?! Sialnya, boro-boro kencan, yang ada malah bikin hati dongkol. Pulang sekolah, Dara tadi emang sengaja minta semobil sama Ari, sementara Pak Komar ia suruh mengikuti dari belakang. Di tengah perjalanan Dara meminta mampir di kafe sekadar melepas dahaga. Eh, nggak tahunya kesialan dia ada di sana. Ketika memesan menu, ternyata waitress-nya mengenal Ari dan ia langsung jengkel setengah mampus saat mendapati cewek tersebut sok akrab terhadap sang pacar. Dara masih ing
Baca selengkapnya
88. Antara Akal dan Gairah
"Gue cinta sama lo, Yan."Ucapan cinta yang dikatakan kekasihnya membuat Rian terkejut, tetapi beberapa detik kemudian ia tersenyum geli."Jadi lo udah tau apa itu cinta?" tanya Rian sembari mencolek hidung Inez yang duduk di pangkuannya.Inez mengangguk malu. Ia mengangkat tangan Rian dan meletakkan ke bagian kiri dadanya."Jantung gue selalu berdetak lebih kencang dan itu hanya tiap ada lo di dekat gue, Yan."Rian tersenyum sekaligus senang luar biasa. Jika harus jujur, ia pun sama merasakan detakan jantung yang menggila jika berdekatan dengan Inez, bahkan mungkin ia lebih gila lagi darinya apabila gugup ikut menyerang.Tiba-tiba sikap tengilnya muncul dan tangan itu turun dengan nakalnya. "Lo taruh tangan gue di sini apa lo nggak takut tangan gue bisa turun ke sini?"Bukannya protes Inez malah terhanyut akan sentuhan tak terduga dari Rian yang makin ke bawah. Mata Inez seketika terpejam dan menikmatinya."Gue suka, Yan. Gue baru tau kayak gini rasanya jika cinta dan nafsu berbaur s
Baca selengkapnya
89. Melancarkan Aksi
Besoknya Dara membawa semangat membara, memanfaatkan seluruh kemampuannya dalam merayu Ari. Mulai dari nebeng mobilnya Ari saat pulang sekolah dengan alasan Pak Komar sedang sakit gigi. Padahal beliau saat ini lagi makan singkong rebus sambil menikmati kopi bikinan Tukiyem.Dara ingin totalitas, jadi tanpa sepengetahuan Ari, ia sengaja meminta Pak Komar tidak perlu menjemputnya. Bahkan ia udah wanti-wanti ketika sampai di rumah nanti seumpama beliau berpapasan dengan sang pacar, Pak Komar harus berpura-pura sakit gigi beneran.Sedangkan dia sekarang posisi lagi jadi cewek baik-baik. Duduk anteng dengan wajah polos tanpa teriak-teriak layaknya orang kesurupan."Ra, kok tumben diam?" tanya Ari. Baru juga dibahas, tetapi si Ari emang peka urusan beginian. "Ada apa?" lanjutnya.Dara menoleh sekilas ke arah Ari lalu tersenyum. "Nggak ada apa-apa, kok. Nggak mau ganggu Kak Ari, kan Kak Ari lagi nyetir."Ari mengangguk dan tersenyum kecil.Sambil fokus menyetir, dahi Ari berkerut samar. Sepe
Baca selengkapnya
90. Menyerbu Ciuman ke Kamar
Bruak!Terdengar hempasan pintu kamar dalam sekali dorongan.Ari terlonjak kaget. Matanya melotot mendapati Dara masuk ke kamarnya."Kak Ariiiiii, gue dataaaang! Yuhuuuu...." Dara berteriak sambil merentangkan kedua tangan.Ari mengumpat dalam hati. Bodohnya dia hingga lupa mengunci pintu. Baru juga sampai rumah, kenapa ini cewek tiba-tiba bisa ada di kamarnya?Ari akhirnya menyadari satu hal. Ternyata setelah dia memutuskan pulang, Dara diam-diam mengikutinya dari belakang."Ra, lo ngapain ke sini?" Ari bertanya dengan wajah bingung."Ya, gue mau main aja. Kan Kak Ari pacar gue." Dara memelintir anak rambutnya seraya menatap Ari dengan genit. "Emangnya nggak boleh ke rumah pacar sendiri?""Bu-bukan gitu," jawabnya seketika tergagap. "Maksud g-gue, ngapain lo masuk ke kamar gue? Siapa yang bolehin lo masuk?" "Dito. Dia yang bolehin gue masuk sini."Shit!Lagi, Ari mengumpat dalam hati. Kini adiknya memang terlihat lebih menerima Dara dan nggak mempersulit seperti sebelum-sebelumnya.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status