Syahlana mengalami rasa sakit yang luar biasa ketika harus mengeluarkan bayinya. Ia berteriak. Tubuhnya basah berkeringat. Adrian memegangi tangannya. Membiarkan sang istri meremas kuat-kuat. Dokter Susan dan timnya membantu proses tersebut.
"Dorong lagi, Lana!" komando Dokter Susan.
Syahlana berteriak, sembari mengejan, mau mengeluarkan bayinya.
"Ayo, Sayang, lagi..." Adrian menyemangatinya.
Di luar ruangan, Akasma, ditemani Zivara, juga Rosana, menunggu hasil persalinan. Tidak lama, Aisha juga datang menyusul. Ia tahu kabar ini dari Eliza di rumah. Semuanya berharap dengan cemas.
Sampai, terdengar suara tangis bayi memecah kecemasan mereka, mengganti dengan kebahagiaan.
Dokter Susan menggendong bayi yang tali pusatnya belum dipotong, ke hadapan Syahlana. "Bayinya laki-laki, Lana," katanya. "Biar dibersihin dulu yah." Ia menyerahkannya kepada suster.
Tiba-tiba, Syahlana kembali mengalami kon
Kehidupan seorang Syahlana berubah. Ia membawa bayi Hassan pergi ke Perancis. Di mana, di sana tidak akan ada orang yang bertanya, ke mana ayah si bayi.Di Paris, Perancis ini, Syahlana menempuh pendidikan kuliner. Ia mendalami pembuatan pasta dari berbagai negara di Eropa. Bahkan, selama beberapa tahun, ia menjalani kehidupan sebagai hijab traveller, keliling Eropa untuk mendalami ilmu kulinernya. Sambil membawa Hassan bayi. Menggendongnya di punggung sambil belajar membuat pasta. Jika memang ada yang bertanya, biasanya mereka sesama orang Asia. Syahlana hanya menjawab, jika ayah Hassan sibuk bekerja dan si kecil lebih baik ikut ibunya.Sampai Hassan berusia empat tahun, Syahlana membawanya pulang ke tanah air, karena sang anak akan segera bersekolah. Sesuai janjinya, ia tidak akan muncul lagi dalam kehidupan keluarga Sudiro, ia menitipkan Hassan kecil pada Zivara, yang sudah selesai kuliah, dan kini menempuh dunia kerja.Selain sibuk menjaga dan menge
David itu memang keren, kadang-kadang. Tapi tidak jarang juga bertindak ceroboh. Seperti hari ini, demi bisa menonton acara memasak koki seleb kesukaannya, ia membawa smartphone-nya ke kamar mandi. Sambil berendam di bathup gitu. Sialnya apa? Suara dering panggilan masuk mengejutkannya. Apalagi dari Zizi. Saking kagetnya, smartphone-nya samapai jatuh ke air, dan... matilah.Zizi tertawa, saat David menceritakan kesialannya pagi itu, ketika mereka berbicara lewat sambungan telepon."Disekolahin dulu deh, hp aku," keluh David."Lagian, kenapa gak sekalian pasang tv di kamar mandi kamu, hah?" sindir Zizi."Boleh juga tuh, usulnya. Bisa nonton Naruto sambil mandi." David tidak lagi mengeluh. "By the way, hari ini jadi daftarin sekolah San?""Jadi, dong," jawab Zizi. "Ya udah, aku siapin San dulu."Sebenarnya, ini bukan tahun ajaran baru. Tetapi karena San baru datang dari Paris saat ta
Kehidupan Syahlana di Eropa berjalan dengan baik. Meski harus menahan rindu bertemu dengan Hassan, tetapi dirinya lebih merasa lega. Bukan berarti ia telah melupakan apa yang ditinggalkannya. Seorang suami dan madunya. Terkadang merasa bersalah akan banyak hal. Penyesalan-penyesalan yang tidak dapat ditebus. Hanya perasaan sedih tertinggal di dalam hati.Saat ini, Syahlana bekerja di sebuah toko pastri Paris. Namanya Patisserie House. Lokasinya di sekitar La Defense. Tiga kilometer dari pusat kota Paris. Toko pastri itu hasil kerja sama dengan teman kuliahnya dahulu, bernama Ilham Bellamy. Seorang pria keturunan Indo-Perancis. Ibunya orang Medan, dan ayahnya asli Perancis sini. Yah, namanya juga blasteran. Bisa ditebak dong bagaimana tampangnya. Gantengnya gak ketulungan, deh. Belum lagi dengan sifat dan sikap baiknya.Empat tahun lalu.Ketika Syahlana tiba di Paris dengan menggendong bayi Hassan. Wajah cantiknya tidak dapat menutupi
Aurora sangat senang mengetahui bahwa San kini satu sekolah dengannya. Ia menceritakan hal ini kepada mama, papa, dan neneknya."Anaknya ganteng dan bersih," kata Rosana. "Nenek juga suka sama anak itu.""Dia seumuran Rara, kan?" tanya Adrian. "Kok baru sekolah sekarang?"Aisha menjelaskan. "Kata Rara, San itu murid pindahan. Ibunya di luar negeri. Di sini hanya tinggal dengan om dan tantenya.""Ibunya? Ke mana ayahnya?" Adrian menjadi penasaran."Entahlah. Aku hanya dengar cerita seperti itu dari Rara," jelas Aisha lagi."Ra, sering-sering ajak San main ke sini ya," kata Rosana."Iya, Nek. Kalau dibolehin sama tantenya," jawab Aurora.Meski tidak bersekolah di satu kelas, namun Aurora dan San sering main bersama ketika jam istirahat. Bahkan saat pulang sekolah, mereka menunggu jemputan bersama. Jika salah satu belum dijemput, yang lain akan menemani sampai penjemputnya datang.Seperti siang ini, keduanya m
Sekitar empat tahun yang lalu, barang kali lebih beberapa bulan. Ketika sosok Syahlana menghilang dari kehidupan Adrian dan keluarga Sudiro. Seperti ada sesuatu yang hilang, ada yang kurang. Hanyalah Aurora yang menjadi penyemangat hidup bagi Adrian, juga Rosana. Sementara Aisha dirundung rasa bersalah yang tidak pernah usai. Namun wanita itu tidak akan menyesali apa yang telah dilakukannya.Sikap Rosana pada Aisha yang sejak awal pernikahan sudah jutek, semakin judes dan membenci sang menantu. Semua yang Aisha lakukan tidak ada benar. Salah terus. Tidak pernah diajak bicara, kalau bukan Aisha dulu yang memulai. Masakannya tidak pernah dimakan. Rosana lebih suka masak sendiri untuk dirinya dan Adrian.Adrian tidak jauh berbeda. Cintanya kepada Aisha seolah lenyap dalam sehari itu, ketika tahu, sang istri tua adalah penyebab perginya sang istri muda. Semua kebaikan Aisha seolah hilang dalam ingatan Adrian.Semua ini, diterima Aisha sebagai konsekuensi yang harus
Pukul sembilan pagi, jam istirahat sekolah. San berinisiatif ingin pergi ke toilet. Setelah selesai buang air kecil, rupanya, San dihadang oleh dua temannya. Azhka dan Jawdan."Eh, sekarang San temenannya sama anak kelas lain. Udah lupa sama kita!" tuduh Jawdan."Aku berteman dengan kalian semua, kok," jawab San dengan bijak, seperti biasa."Tapi kami lihat sendiri. Kamu lebih akrab sama si Rara itu. Kenapa? Kamu lebih suka main boneka, ya?" Azhka mengejek, lalu tertawa.San tidak ingin menjawab mereka. Ia memilih menghindar. Tetapi kedua anak itu kembali menghadang."Sini dulu, kamu!" perintah Azhka yang sok jadi bos buat Jawdan."Ada apa lagi? Aku mau kembali ke kelas," kata San."Kamu harus nurut sama aku!" perintah Azhka lagi. "Awas kalau kamu berteman sama si Rara itu lagi.""Memangnya kamu siapa sih, melarang aku berteman dengan Rara?" Lama-lama San marah juga kepada Azhka yang sok melarang."Kamu harus ngerasain d
Siang itu, Syahlana menghubungi Zivara melalui panggilan video. Terlihat, sang adik sudah di rumah. Di Jakarta sudah malam. "Gak lama lagi ulang tahun San.""Iya, Kak. Sekitar dua minggu lagi sih, ini," kata Zizi, sambil melihat kalender. "Mau dirayain gak, Kak? David bilang, banyak temennya San yang ngerayain ulang tahun di sekolah.""Ya, gitu juga boleh. Biar anaknya juga seneng, Zi." Syahlana menyetujuinya. "Soalnya di sini, Kakak cuma sekali ngerayain ulang tahunnya pas usia setahun.""Ya udah. Nanti aku dan David yang atur, Kak."Di rumah keluarga Sudiro, keesokan harinya.Rosana bicara kepada Adrian. "Ian, ini hampir ulang tahun Aurora yang kelima loh. Mau dirayain, gak?""Waktu begitu cepat berlalu. Dalam sekejap mata, tahu-tahu sudah lima tahun berlalu. Lima tahun, Lana dan Hassan ninggalin kita." Tampak raut sedih di wajah Adrian.Rosana menepuk-nepuk pelan pundak putranya. "Mama tahu, Ian... Mama ngerti perasaa
Hassan sangat bahagia bertemu ibunya di hari yang begitu spesial, yaitu ulang tahunnya yang kelima tahun. Sepanjang perjalanan pulang, pelukannya tidak dilepaskannya sekali pun."Maman, kali ini sampai kapan di Jakarta?" tanya San."Maman bisa agak lama di sini, karena Oncle Amy membantu jaga toko kita," jawab Syahlana. Ia membuat sang putra tersenyum bahagia. "Baiklah. Sekarang, San tidur." Ia mencium kening San. "Sekali lagi, Maman ucapkan selamat ulang tahun."Setelah menidurkan San, barulah Syahlana keluar dari kamar.Zivara dan David sudah menunggu."Gimana bisa, San begitu akrab dengan keluarga itu?" tanya Syahlana."Memangnya kenapa, Kak Lana?" David balik bertanya. "Mereka keluarga yang baik. Kedua anak berteman sangat baik. Mereka sangat akrab."Zivara ikut emosi. "Emangnya kamu gak tahu siapa mereka?""Emang siapa?" David benar-benar tidak tahu."Mereka itu..." Zivara ingin menjelaskan.Sya