All Chapters of Ketika Istriku Minta Talak: Chapter 181 - Chapter 190
206 Chapters
Bab 181. Perasaan Dr. Danu Bukan Untukku
Bab 181. Perasaan Dr. Danu Bukan Untukku “Kak Layla? Kakak baik-baik saja, kan?” Embun menyentuh punggung tanganku. Tak ada jawaban dari mulutku. Lidahku masih sangat kelu. “Bu Layla, minum dulu, ya!” Dokter Danu menghampiri kami, menyodorkan sebuah botol minuman  mineral kepadaku. Aku hanya mematung. Aku dengar,  aku melihat, tapi otakku membeku. Tak bisa memerintahkan anggota tubuh ini untuk melakukan apapun, meski sekedar menerima botol minuman pemberian Dokter Danu. “Saya bantu, ya!” Pemuda itu memutar tutup botol, lalu menempelkannya di bibirku. “Telan Bu Layla, meski  beberapa teguk! Ayo!” bujuk Dokter Danu menyentuh punggungku. Embun bergeser menjauh, memberi ruang kepada Dokter Danu untuk membantu memulihkan kesadaranku. “Bu Layla tenang, ya! Semua akan baik- bai
Read more
Bab 182. Kejutan Pengakuan Dian
Bab 182. Kejutan Pengakuan Dian  === Pak Satpam melebarkan pintu gerbang buat mobil Dokter Danu. Dengan hati hati mobil ini berhenti, persis di samping sebuah mobil asing yang belum kukenal  sebelumnya. Ini bukan mobil Embun, juga bukan mobil Darry. Mereka sepertinya belum tiba, mungkin masih mengurus beberapa urusan setelah kami tinggal tadi. Dokter Danu kulihat gelisah. Wajahnya yang tadi begitu tenang, kini tampak tegang. Keringat dingin merembes di keningnya. Kenapa? “Dokter baik-baik saja?” tanyaku penasaran, “Baik, Bu Layla.  Ada yang mau saya sampaikan,” jawabnya semakin gelisah. “Boleh, silahkan, katakanlah!” kataku  menatapnya serius. “Begini, mengenai pemilik mobil itu, dia adalah –“ “Dokter! Udah sampai, ya! Dari tadi sa
Read more
Bab 183. Ternyata Bukan Layla, Bukan Pula Embun
Bab 183. Ternyata  Bukan Layla, Bukan Pula Embun Nomor Dian?” “Ya, aku bertemu dia sore tadi. Dan aku sudah melihat   apa yang sebenarnya  yang ada di hati Dokter Danu.” “Apa maksud Kakak?” “Embun, ketahuilah. Kita berdua hanyalah obsesi Dokter Danu, namun cinta sejatinya adalah Dian.” “Begitukah?” “Dian cemburu melihat aku berada di sisi Dokter Danu. Kembali dia berbuat yang sama, saat dia tahu pria impiannya telah memilih wanita lain.  Dia memilih mundur. Dengan bersandiwara, telah menemukan tambatan hati. Gadis yang baik, begitu mulia hatinya. Dan kau tahu apa yang terjadi dengan Doketr Danu, demi mendengar hal itu?” “Gimana reaksinya?” “Dokter Danu  terluka, dalam sekali.” &l
Read more
Bab 184. Kejutan Dari Layla
Bab 184. POV Dian  [Dokter Danu, aku minta maaf. Rasa ini terlalu sakit kurasakan. Aku tak sanggup lagi menahan. Rasa ini menyiksaku, Dok! Maafkan aku.  Aku tahu aku salah. Tidak seharusnya seorang perempuan menyatakan lebih dahulu.  Tapi, sungguh aku sudah tidak sanggup. Aku harus mengatakan yang sebenarnya. Tentang perasaanku, tentang rasa yang sangat menyiksa ini. Aku mencintai kamu! Dok, aku sayang sama Dokter! Aku sudah coba  hindari perasaan ini. Aku sudah coba bunuh mati rasa  ini. Tapi … maaf, aku tidak bisa, Dok! Aku enggak bisa menghentikan ini! Aku paham, Dok. Aku akan sabar menunggu sampai  Dokter bisa menerimaku,  kapanpun itu.]  Kalimat itu pernah diungkapkan. Ungkapan cinta langsung pada Dokter Danu. Ungkapan yang diakhiri dengan ciuman.  Setelah kejadian malam itu, setelah  ciuman panas yang kami lakukan
Read more
Bab 185. Kejutan Di Rumah Orang Tua Mas Andar
Bab 185.  Kejutan Di Rumah Orang Tua Mas Andar POV Layla ====Segera kumatikan ponsel di tanganku. Pembicaraan kedua gadis itu sudah tersimpan rapi di dalam memori benda pipih itu.  Benda ini masih seminggu kumiliki. Sebelumnya aku tak pernah memiliki handphone. Dulu Bang Doni punya, tetapi yang model kuno. Hanya bisa untuk memanggil, menerima dan kirim SMS. Terpaksa kami jual, untuk membeli beras, karena kesulitan yang kami alami waktu itu. Kini, Embun yang memberikan jenis yang lebih canggih. Dengan sabar dia mengajariku cara menggunakan semua aplikasi di dalamnya. Salah satunya adalah yang baru saja kulakukan. Merekam pembicaraan kedua gadis itu. “Kak Layla? Kakak udah datang?” Dian tampak gugup. Pasti karena pembicaraan mereka berhasil kudengar. “Ya, adikku Sayang. Kakak udah datang, dan maaf, ya, kakak juga udah dengar semuanya.”
Read more
Bab 186. Saya Pinjam Kamu, Layla!
Bab 186. Saya Pinjam Kamu, Layla! “Lho, aku berusaha semaksimal mungkin agar kamu ikut denganku menemui Ibuk. Sesampai  di sini, kamu malah minta turun. Jangan, dong,  La! Kumohon , ikut, ya, ke rumah Ibuk!” Aku tercekat. Apa katanya barusan? Dia sudah berusaha semaksimal mungkin agar aku ikut dengannya ke rumah ibunya? Maksudnya apa? Kenapa aku jadi curiga ada sesuatu di balik ini? Aku teringat sikap Embun tadi malam, setelah dia menerima telpon dari Mas Andar. Ya, Mas Andar tadi malam nelpon Embun,  dia meminta nomornya padaku. Alasannya ingin meminta izin langsung. Saat Mas Andar datang berkunjung, mereka mengobrol lama di teras depan. Entah apa yang mereka obrolkan. Yang kutahu, Embun seperti berusaha membujukku agar ikut saja dengan mobil Mas Andar ke desa. Kukira, karena Embun dan  Darry tak punya waktu untuk mengantarku, sedang  bila aku naik Bus mereka tak tega. Itu sebab aku
Read more
Bab 187. Potongan Foto Layla Di Kamar Andar
Bab 187. Potongan Foto Layla Di Kamar Andar Bu Haji menatapku takjub. Matanya berbinar, entah karena suka, atau karena tak menyangka saja. Ya, dulu, hanya dia dan suaminya yang masih mau membelaku, saat semua warga menudingku. Warga memandang jijik padaku, karena hasutan Kak Ambar. Kak Ambar telah bersumpah, bahwa dia melihat sendiri aku yang memancing Hendro datang ke rumahku malam itu. Warga percaya, terutama para istri, yang sering cemburu karena suami mereka suka melirikku. Kak Ambar menatapku tajam. Mata  penuh kebencian itu menyapu seluruh tubuhku, memindai dress yang membalut, perhiasan yang melekat, lalu sepatu anggun  di kakiku. Tak ada lagi sandal jepit yang selalu melengkapi, kadang sendalnya berbeda warna antara keduanya, karena bila sandal sebelah kanan putus, tetap kupakai yang bagian kirinya. Kulengkapi dengan bagian sandal yang belum putus bulan lalu. Aku tak pernah malu, meski sering di sindir. Tak apa, yang pentin
Read more
Bab 188. Dia Perempuan Penggoda, Andar!
Bab 188. Dia Perempuan Penggoda, Andar!  Bu Haji menarik tanganku lembut, kembali menuju ruang depan. “Andar sudah tiga puluh tahun lebih, masa belum nikah juga. Pacar saja dia tak punya. Gimana mau nikah? Makanya kami jodohkan dengan Fika.  Ayah kandung Fika itu dulunya  sempat berpesan juga secara samar, dia kan dulu sering  main ke sini juga. Akrab dengan ayahnya Andar.” Bu Haji bertutur sambil berjalan. Aku hanya mengangguk  tersenyum samar. Acara pengajian sudah usai, dilanjutkan dengan acara inti. Ucapan syukur karena  Bu Haji hari ini sudah genap berusia enam puluh tahun. Semoga tetap di beri kesehatan, dan segera mendapat cucu dari putra lelakinya.  Begitu ucapan sang pemandu acara. “Untuk itu, kami akan memperkenalkan calon pasangan  yang telah dipilihkan oleh Bu Haji dan Pak Haji, buat Ananda Andar.  Mohon doa dari kita
Read more
Bab 189. Kesaksian Palsu Kak Ambar
Bab 189.  Kesaksian Palsu Kak Ambar  “Sabar, Mas!” Bu Haji mengingatkan suaminya. “Kau harus melpaskan perempuan ini! Jangan mentang-mentang dia cantik, sekarang sudah berubah menjadi orang terkaya di desa ini, lalu kau tergila-gila padanya, Andar!” Lelaki itu tak peduli ucapan istrinya. Mulutnya masih penuh dengan kalimat kotor yang menyakitkan. “Kau lihat penampilannya saat pertama akli datang tadi. Perempuan apa yang berani tampil menggunakan pakaian seperti tadi ke sebuah pengajian syukuran, ha! Kalau bukan perempuan tak benar! Perempuan penggoda! Untung ibumu segera sigap, membungkus tubuh haramnya, agar tak  menjadi ladang dosa bagi orang lain yang memandangnya!” Aku tersenyum.  Kalimat lelaki  ini sudah sangat sempurna untuk kudengar. Saatnya aku bertindak sekarang. Tetapi, niat hati  terhenti, Mas Andar mencengkram erat
Read more
Bab 190. Ketika Bos Bodyguard Jatuh Cinta
Bab 191. Ketika Bos Bodyguard Jatuh Cinta “Saya izin cuti seminggu, Bos!” lapor Bram, ketua anak buah Mas Darry sore itu. Mas Darry terkejut, tidak biasanya Bram meminta cuti bekerja. Pasti ada sesuatu yang sangat mendesak. Begitu pikirku. Tetapi, aku hanya diam, biarlah itu urusan Mas Darry. Tetapi mendengar alasannya cuti, sungguh mengejutkanku. “Saya sedang enggak mood, Bos. Hilang semua semangat hidup saya,” keluhnya menundukkan kepala. Lelaki sangar itu ternyata bisa juga lunglai, bahkan terlihat begitu sedih dan putus asa. Ada apa  sebenarnya? “Kalau kamu gak kerja, yang ngurus semuanya siapa? Siapa yang mantau anak-anak  Kak Layla? Peternakan di kampung? Bu Embun, rumah ini?” tukas Mas Darry. “Mereka sudah bisa dilepas semua, Bos. Masing-masing sudah di posisinya. Tanpa saya pandu lagi, semua bisa dia
Read more
PREV
1
...
161718192021
DMCA.com Protection Status