All Chapters of Ketika Istriku Minta Talak: Chapter 191 - Chapter 200
206 Chapters
Bab 191 Kukira Dian Dikhianti Dokter Indra
Bab 191. Kukira Dian Dikhianti Dokter Indra POV Dr. Danu Flasback Berkali kali sudah kutelpon Layla, tetapi panggilanku tak dia angkat juga. Entah apa maksud wanita itu mengacuhkanku.  Setelah sehari kemarin dia menolakku menemani ke sekolah baru buat anak-anaknya,  sejak itu dia  seperti  semakin menghindar. Telpon tidak diangkat, chat tidak dibalas. Padahal jelas ponselnya sedang aktif,  pesan yang kukirim juga sudah centang dua dan berubah warna. Jelas dia sudah membacanya, tapi tak juga  hendak membalasnya. Dia   kenapa, coba? Tidakkah dia tahu kalau aku begitu gelisah, resah dan tak bergairah seperti ini? Bila tanpa ada tegur sapa dengannya sehari saja? Meski itu hanya lewat chat, meski tak tak bertemu, meski aku tak mendengar suaranya. Obrolan singkat di chat saja sudah sangat melegakanku. Aku tidak bisa begini, aku sudah tak sanggup
Read more
Bab 192. Penolakan Layla
Bab 192. Penolakan Layla Liza Sayang? Apa  maksudnya ini?  Dokter Indra memanggil wanitanya dengan nama Liza Sayang. Jadi, yang di dalam itu Liza?  Dian ke mana? Tunggu tunggu! Dokter berengsek itu ternyata selingkuh! Tega dia mempermainakn hati dua wanita sekaligus!  Dian, pacar kamu berkhianat! Ok, akan kuberi dia pelajaran berharga. Tenang Dian,  aku kupaksa dia merangkak memohon maaf darimu! “Ini tempat umum, lho, Mas!” “Iya, ngerti, Sayang.” “Kalau ngerti, kenapa di teruskan?” “Ok,  aku nurut!” “Nurut, tapi ini apa?” Kalimat kalimat menjijikkan itu membuatku serasa mau muntah. Setengah berlari  kuhampiri mobil mewah itu. Suasana terasa sunyi , tak terdengar lagi suara apa-apa.  Entah apa yag mereka  lakukan di dalam sana!&
Read more
Bab 193. Pengakuan Dokter Danu
Bab 193. Pengakuan Dokter Danu Selama ini, aku lebih tertantang pada sosok Embun pun Layla, karena mereka begitu sulit untuk kudapatkan. Semakin sulit kuraih, semakin ku merasa tertantang. Nyatanya, mereka tak kudapat juga. Dan di saat yang sama, Dianpun  memilih  menyerah. Suasana hatiku mulai kacau saat dia bilang telah punya kekasih. Aku mulai ketakutan. Aku takut kehilangannya. Meski kini kutahu dia bersandiwara, rasa takut itu tetap mendera. Rasa takut  ini, membuatku sesak napas.  “Dian gak ada, Nak. Baru saja keluar.” “Tapi, mobilnya ada di garasi.” “Dian dijemput oleh temannya, Nak.  Kenapa  tidak coba ditelpon saja?” “Iya, Tante.  Seharusnya saya telepon dulu baru kemari.  Maksud saya mau memberi kejutan buat Dian. Rupanya, malah saya yang terkejut, hehehe ….&rdq
Read more
Bab 194. Tante Siska Kena Penyakit kelamin
Bab 194. Tante Siska kena Penyakit kelamin   POV Embun   ====   Sudah dua hari sejak Bram memohon izin untuk cuti, tetapi ditolak oleh Mas Darry. Dengan berjanji akan mengurus masalah asmara ketua bodyguard itu, Mas Darry mampu meyakinkannya. Tetapi, ini hari ke tiga, kami belum juga mengurusnya.  Bukan apa-apa, penyebabnya  karena gadis itu adalah Diva.   “Temui Diva hari ini, Sayang! Janji kita seminggu pada Bram, kan?” Mas Darry kembali mengingatkan, sambil mengenakan sepatu. Dia harus ke kampus hari ini.    “Iya, Mas. Rencananya hari ini aku akan menemuinya,” jawabku memastikan.   “Telpon dulu! Jangan sampai Diva gak di rumah, yang ada malah Dokter Danu.”   “Iya.”   “Jangan iya-iya aja, telpon sekarang! Kalau enggak, aku gak jadi ke kampus, nih!” Mas Darry meninggikan suaranya.   
Read more
Bab 195. Ray Menderita Depresi di Penjara
Bab 195. Ray Menderita Depresi di Penjara “Trus kenapa dia gak lapor ke sipir di sana! Banyak pegawai lain juga, kan?” “Dia enggan, Mbak.” “Enggan?” “Ya, karena sakitnya itu, penyakit yang memalukan.” Aku tercekat, begitu juga Liza. Kami saling bertatapan lama, mencoba berbicara dari isyarat mata. “Penyakit yang memalukan itu maksudnya apa?” tanyaku meneyelidik. “Penyakit kelamin, Mbak? Maaf, jenisnya saya belum tahu apa, sebab belum pernah diperiksa.” Jujur aku terkejut. Tante Siska menderita sakit yang memalukan sekaligus mematikan. Meski  belum jelas jenisnya apa, tetapi aku yakin itu sanagt berbahaya. Berdasarkan keterangan Sarah, bahwa daya tahan tubuhnya kian turun drastis. “Trus, kenapa kamu lapor ke saya?&rd
Read more
Bab 196. Kamu Janda, Wajar Dong Gak Perawan
Bab 196. Kamu Janda, Wajar Dong Gak Perawan “Maaf, Deo! Kamu ikut Liza saja, karena ada yang mau saya bicarakan dengan  Diva,” perintahku dengan sopan. “Baik, Bu. Saya permisi.” Deo langsung bangkit dan bergerak pergi. “Oh, iya, sebentar!” panggilku sekali lagi. Lelaki itu berbalik. “Tolong sampaikan pada Renata, tentang Abangnya, Mas Ray. Saya tidak bisa memenuhi keinginannya. Saya juga tidak bisa membawa anak-anak menemuinya di penjara.” “Baik, Bu. Akan saya sampaikan.” “Hem. Pergilah!” Kini hanya tinggal aku berdua Diva. Kuminta dia menutup pintu ruangaku terlebih dahulu. Wanita yang pernah menjadi seteruku itu terlihat agak gugup sekarang. Di hadapanku dia mengekerut. Entah apa sebabnya. Mungkin saat ini, dia baru sadar di manakah sebenarnya posisinya berada.
Read more
Bab 197. Lamaran Dokter Danu
Bab 197. Lamaran Dokter DanuPOV Dian ===== “Mas, udah di mana?” tanyaku melalui panggilan telepon. Sudah lima belas menit dia telat dari waktu yang kami sepakati.  Aku memintanya menemaniku  ke rumah Embun. Kata Liza, Embun sempat marah karena aku telat masuk kantor tadi pagi.  Embun bahkan sempat menungguku lama. Tetapi, usai memesan cincin, Mas Danu bukannya langsung  mengantarku ke kantor, tetapi malah memintaku menemaninya sarapan dulu di sebuah restoran Padang  kesukaannya. Itu membuatku telat makin lama. Dan Embun pulang karena tak sabar menungguku.  “Ini udah di jalan, Sayang. Agak macet, sabar, ya!” jawabnya dari sana. “Ya, hati-hati, ya, Mas!” ucapku mengakhiri panggilan. “Iya, Sayang.” Mama dan Papa melirikku dengan ekor mata mereka. Sebenarnya
Read more
Bab 198. Asmara Di Dalam Mobil
Bab 198. Asmara  Di Dalam Mobil Wajah Mas Danu semringah, senyumnya terlihat samar di bawah penerangan lampu mobil yang temaram. Aku bahagia melihat senyum  kebahagiannya.  Inilah cinta  sejati. Kita akan sangat bahagia, saat melihat pasangan kita bahagia. “Kenapa menatapku begitu?” “Oh,” gumamku menunduk. Pasti wajah ini merona, kurasakan ada getaran  hangat  yang menjalar di kedua pipi. “Sekarang kamu jawab permintaanku tadi! Diva menunggu jawabanmu!” Mas Danu bertanya lagi. Dan aku  berdebar lagi. Bahkan kian hebat kini. Momen ini terasa sangat istimewa. Kini aku memahami, mengapa banyak  perempuan bilang  bahwa  saat yang paling mendebarkan itu adalah saat sang kekasih meminta kita menjadi pendampingnya.  Bukan hanya sebagai pacar semata. Artinya dia telah benar-benar mantap dengan pili
Read more
Bab 199. Embun Hamil?
Bab 199. Embun Hamil? “Raya, Sayang! Om Dokter mau ngobrol sebentar ya! Raya main sana sama Kak Diyah!” bujukku kemudian. “Ya, Mammma. Oom danan puyang duyu, ya! Nanti tita main tuda-tudaan!” pintanya  memohon pada Dokter Danu. “Iya, Sayang. Nanti kita main.” Dokter Danu mengelus kepalanya. “Dadah Om Dokten!” Raya  beringsut turun dari pangkuan Dokter Danu, lalu berlari kecil menuju ruang tengah, di mana Diyah dan yang lain sedang berkumpul.  “Ada apa ini, tumben datang berdua ke sini, ini udah hampir malam, lho?” tanyaku berbasa basi. “Anu,  aku …  mau minta maaf, kejadian tadi pagi,” jawab Dian terbata-bata. “Oh, gak perlu minta maaf,  apalagi pakai acara datang ke sini segala! Tadi aku memang a
Read more
Bab 200. Rencana Lamaran Papa
Bab 200. Rencana Lamaran Papa   “Saya disuruh nanya Bapak dan Emak, kata Bapak, mau datang.”   “Papa mau datang ke rumah Bik Las?”   Wanita itu mengangguk. Menunduk malu-malu.   “Papa mau ngelamar Bik Las?” cecarku lagi.   “Maaf, Buk.”   “Kok minta maaf? Saya malah bangga. Saya lega benar, akhirnya kalian sepakat juga.”   “Makasih, Buk. Jadi, Buk Embun setuju?”   “Sangat setuju.”   “ Makasih,  kalian memang anak-anak yang baik.”   “Kalian? Maksudnya?” tanyaku  terperangah.   “Anu, Buk Embun dan Buk Layla. Kalian anak-anak yang sangat baik,” jawabnya tersipu.   “Kak Layla juga setuju?”   “Ho-oh, kemarin ditelpon Bapak.”   “Apa kata Kak Layla?”   “Kata Buk Layla, di
Read more
PREV
1
...
161718192021
DMCA.com Protection Status