Semua Bab Ketika Istriku Minta Talak: Bab 41 - Bab 50
206 Bab
Bab 41. Ada Pengkhianat di kantor Embun
Bab 41. Ada Pengkhianat di kantor Embun POV Darry “Hallo Dea! Bapak mau ngobrol sebentar, boleh?” tanyaku  menghubungi Dea, mahasiswaku, teman kuliah Embun. “Oh, iya, Pak. Boleh. Maaf, saya ada salah kah, Pak. Saya minta maaf, ya!  Aduh, deg-deg an saya, Ada apa, ya, Pak?” Terdengar jelas gadis itu gemetaran dari suaranya yang menjawab teleponku. “Em, mengenai Embun, boleh?” tanyaku, mengatur nada dan tekanan suara, agar dia tak curiga. “Oh, iya, Pak. Maaf, pasti Bapak marah sama saya, kan? Bapak pasti curiga, tugas Mbak Embun itu, memang  betul saya yang mengerjakan, maaf, ya, Pak. Ya, Allah, kok bisa ketahuan, ya. Aduh! Gimana  ini. Ampun, Pak. Saya janji enggak lagi, deh. Kemarin itu saya nolongin Mbak Embun karena kasihan, Pak. Secara ya, dia itu punya  balita dua. Yang kecil masih Asi juga. Dia lagi sters mik
Baca selengkapnya
Bab 42. Ancaman Tante Siska
Bab 42.  Ancaman Tante Siska ***** “Tante memang jahat!” makiku geram. “Oh, iya. Tante sekedar mengingatkanmu, ganteng! Jangan pernah dekati lagi  anak tiri saya itu, karena bila sekali lagi saja kau dekatai dia, Ray akan menuntutmu! Paham!” “Menuntutku? Gila! Tante mengancamku dengan Om Rahmad sebagai senjata. Ray menuntutku dengan dalih apa pula! Kalian memang sakit jiwa!” teriakku putus asa. “Kau akan dituntut Ray, selingkuh dengan istrinya, foto kebersamaan kalian tadi pagi, sudah ada di tangannya. Untung kalian bertiga, dia akan menunggu, saat kau berduaan saja  dengan Embun. Kau paham, Tampan? Jangan pernah dekati Embun, ya! Tante cemburu, dan Ray sedang menunggu itu.  Tante enggak mau kamu kenapa-napa, Darry. Makanya Tante menghubungimu.  Bisa aja, kan, Tante diam-diam. Tapi, karena  Tante sayang padam
Baca selengkapnya
Bab 43. Embun Yang Sekarang Bukan Lagi Embun Yang Dulu
Bab 43. Embun Yang Sekarang Bukan Lagi Embun Yang Dulu POV Siska “Embun sekarang bukan Embun yang kemarin lalu, Tante! Dia udah berubah menjadi wonder woman. Aku gak sanggup, Tan. Tante aja, deh yang ngelawan dia, Tante kan, singa betina!” “Apa kau bilang?” “Iya, iya, Tan. Tante perempuan hebat, eh, tunggu, Tan, itu, kok ada Darry, Tan. Dia masuk ke dalam, mau ngapaian dia?” “Darry? Darry mantan pacar Embun?” “Iya,  awas aja kalau dia berduaan sama Embun! Ku tuntut dia dengan pasal perselingkuhan!” “Iya, coba kamu ikuti sana! Nanti Tante telpon lagi. Foto  kebersamaan mereka biar jadi bukti!” “Tapi, aku gak bisa masuk, Tante.   Ini  aja keluarnya tadi diseret paksa sama security sialan itu! Pecat mereka, dong, Tan!&n
Baca selengkapnya
Bab 44. Kenapa Dadaku Kembali Berdebar
Bab 44. Kenapa Dadaku Kembali Berdebar POV Embun Aku mengembalikan ponsel ke dalam tas kerja, lalu mengedarkan pandangan ke areal parkir. Mencari Surti yang sesaat tadi masih menatapku dari sudut sana.  Tetapi, netra ini tak lagi menemukan. Mungkin kebetulan saja dia hendak membuang sampah, karena tadi aku sempat menegurnya, dia masih merasa tak enak. Makanya sering-sering manetapku, begitu kesimpulanku. Masuk ke dalam mobil, lalu melaju pulang ke rumah. Jalan raya mulai macet, aktivitas masyarakat yang baru kelar tugas, memadati sarana publik ini. Seperti halnya aku, yang tak sabar ingin bertemu dengan anak-anak.  Sedikit kesal, lelah dan jenuh mulai mendera. Di persimpangan ini macet paling parah. Sialnya, aku tak sempat melewati lampu lalu lintas saat masih berwarna hijau.  Padahal beberapa detik saja aku lebih cepat,  tak akan terjebak  di sini. Suara
Baca selengkapnya
Bab 45. Mas Ray Pulang Bawa Perempuan
Bab 45.  Mas Ray Pulang Bawa Perempuan **** “Enggak, Sayang! Papa enggak jahat, kok. Dia Cuma sedang banyak pikiran, jadi jangan  ganggu, ya! Dan jangan pernah mau kalau diajak pergi! Paham!” “Paham, Ma. Laya bocan di taman, boyeh, keyuan, ya, Ma?” “Boleh, Sayang. Ayo, main di luar!” Bik Las langsung mengandeng tangan putriku, aku percaya, dia akan menemani dan mengawasinya dengan patuh. Radit terlihat gelisah dan mulai merengek. Mulutnya menempel liar di wilayah dadaku. Segera kupenuhi keinginannya.  Mulut kecilnya langsung lahap menghisap Asiku. “Terima kasih, Rika. Kamu memang hebat!” pujiku menatap gadis itu lembut,  begitu Radit mulai tenang. “Iya, Buk. Sudah tugas saya, menjaga keselamatan anak-anak,” jawabnya mengulas senyum.
Baca selengkapnya
Bab 46. Tiga Malaikat penolong di rumahku
Bab 46. Tiga Malaikat penolong di rumahku ***** “Pak Ray! Bapak bilang aman di rumah! Bapak bilang mau  ngasih pelajaran sama Ibuk! Tapi, kenapa Bapak gak berkutik!  Dia menamparku, Pak! Balas! Tampar dia sekarang! Atau aku yang akan membalasnya!” ancam Sandra masih memegangi pipinya. “Oh, ya? Kau mau membalasku? Bangun! Turun dari ranjangku!  Cepat! Balas aku kalau berani!” perintahku menatapnya tajam. “Kau keluar! Jangan ganggu kesenanganku!” Kali ini Mas Ray serius. Dengan mata memerah karena amarah, dia mencengkram tanganku, lalu sekali hentak, aku terjerembab di lantai, tercampak di luar kamar. “Pengecut! Beraninya sama perempuan! Sini hadapin aku!”  Entah kapan mereka datang. Bik Las  mendorong tubuh Mas Ray, terjerembab juga,  persis di sampingku. “Bangun, Buk! Ayo!&rdq
Baca selengkapnya
Bab 47. Para pezina Pun terusir
Bab 47. Para pezina Pun terusir**** “Stop! Jangan paksa majikan  kami!  Anda diminta keluar dari rumah ini, cepat keluar! Sebelum kami seret!” Rika melompat ke depanku. Bik Las langsung memasang kuda-kuda. Jujur, aku mau tersenyum, tapi cukup dalam hati tentu saja. “Embuuun! Aku tidak mau berakhir dengan cara seperti ini!” teriak Mas Ray mencoba menerobos perlindungan Rika. “Maaf, sudah kubilang jangan ganggu majikanku!” sebuah tendangan mendarat di pinggangnya. Rika melakukannnya. “Pergilah, Mas! Jangan sampai kau dan perempuan sundal mu itu, berubah jadi pergedel! Oh, iya, mobil ini aku ambil. Ini milik perusahaan,  kau membelinya dengan uang perusahaan, kan? Pak Robin sudah mengakuinya kepada Manager keuangan, ok?” ucapku mengayun-ayunkan kunci mobil yang sempat dihadiahkannya pada orang tuanya.&nbs
Baca selengkapnya
Bab 48. Rahasia Besar Kematian Mama
Bab 48. Rahasia Besar Kematian Mama****Astaga! Mama Siska berani  datang menemui Mamaku, untuk apa? Sengaja untuk menyakiti hati Mama? Bisa kubayangkan, bagaimana sakitnya hati Mamaku saat itu. Ya, Allah, kasihan Mama. [Yang lebih mengejutkan aku,  perempuan itu berkata, kalau mereka sudah lama menikah, Mas. Menikah di bawah tangan. Bayangkan, Mas! Adik sepupumu itu telah berkhianat. Kukira mereka hanya pacaran saja, ternyata malah membentuk keluarga baru di luar sana, tanpa sepengetahuanku. Apa yang harus kulakukan, Mas? Haruskah aku minta pisah dengan Mas Rahmad? Jika itu kulakukan, bagaimana dengan putri kita, Mas? Dia tengah kusiapkan menjadi penggantiku untuk mengurus perusahan  milikmu ini kelak. Embun sedang kuliah semester ke tiga, Mas. Aku tak mau dia frustasi, lalu berhenti kuliah. Siapa yang akan menjaga perusahaan kamu ini, kalau bukan dia, Mas? Biarlah, kutahan derita  batin ini, demi Embun putri kita. Demi amanat
Baca selengkapnya
Bab 49. Office Girl Diperintahkan Untuk Membunuh Embun
Bab 49. Office Girl Diperintahkan Untuk Membunuh Embun ****“Tunggu!” Aku tersentak. Aku kenal suara itu. Mas Darry. Gawat! Kenapa mesti dia, sih, yang aku tabrak? Cari masalah aja! Ok, aku harus pura-pura berani. Gak boleh takut. “Bukankah saya sudah minta maaf,” ucapku seraya membalikkan badan. Lelaki itu tak menyahut, matanya fokus ke sebuah buku tulis di tangannya. Hey, bukankah itu buku catatan Mama? Ya, Tuhan, bagaimana bisa ada di tangannya? Apakah terjatuh saat bertabrakan tadi? “Kembalikan!” sergahku mencoba merebut buku itu. Lelaki jangkung itu, meninggikan tangan, jelas aku tak dapat menjangkaunya. Tinggi tubuhku hanya sebahunya. Tangan ini menggapai-gapai, namun gagal. Tak sadar tangan kiriku menyentuh bahunya, menekan agar dia menunduk, sementara tangan kanan menggapai lagi. Terlalu
Baca selengkapnya
Bab 50. Anak-anak Diculik
Bab 50.  Anak-anak Diculik*****“Embun, Boleh aku masuk? Ada Mas Darry juga ini, katanya penting banget mau ketemu kamu?” Itu suara Dian.  Mas Darry ada di luar? Bagaimana bisa dia  menyusul ke sini? Oh, Dea. Pasti gadis itu yang melapor padanya.  Bukankah Mas Ray telah mengancamnya agar jangan mendekatiku? Ah, persetan semua ancamannya. “Masuk!” perintahku tanpa berpikir panjang. Mas Darry masuk diiringi Dian dan Om Ramlan. “Oh, jadi ini yang namanya Surty, OG kesayangan Mendiang Tante Ridha? Orang terakhir yang berinteraksi dengan  Mendiang. Dengan memberikan segelas air  teh manis hangat? ”Mas Darry langsung memberondong. Surty mendongah. Menatap Mas Darry  dengan wajah pucat. “Telpon polisi dan pengacara Embun,  sekarang juga!” perintah laki-laki itu&nbs
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
21
DMCA.com Protection Status