Semua Bab Salahkah Aku Mencintaimu: Bab 21 - Bab 30
86 Bab
21. Ulang Tahun Arjun
Aku sampai di stasiun pukul 00.30, Eko setia menungguku. "Maaf, Pak Eko!" ucapku menyesal. "Tidak apa-apa, Nyonya. Kalau Bos Reza marah akhirnya memecat saya, saya rela," jawab Eko sedih. "Jangan khawatir, aku yang akan bilang pada Bos Reza, ini semua salahku," sahut Arjun. Itu salah satu kepribadian yang aku suka dari Arjun, dia selalu berdiri di depan untuk pasang badan melindungi orang lemah. "Tidak perlu Mas Reza," sahut Eko. "Kalian suami istri hanya untuk bertemu seperti ini perjuangannya saya salut. Bahkan saya yang baik-baik saja tidak bisa mencintai pasangan sebesar cinta kalian," lanjutnya menggumam sedih. "Ayo keburu pagi!" ajak Arjun, kemudian membukakan pintu mobil untuk aku masuk. Tidak butuh waktu lama, mobil sudah masuk halaman. Reza sedang duduk di teras depan rumah sambil ngopi dan merokok. "Kita tidak perlu sembunyi-sembunyi, berlatih bicara jujur apa adanya," kata Arjun sebelum turun dari mobil begitu melihat Reza di teras. "Selamat malam, Bos!" sapa Arjun.
Baca selengkapnya
22. Hamilkah Aku?
Aku terkejut begitu mendengar pernikahan Arjun dimajukan. Besuk status Diana resmi menjadi istri Arjun, bahkan menurut agama maupun tercatat di negara. (Zhee, aku menunggumu di depan stasiun! Ada banyak hal yang harus aku bicarakan kepadamu) begitu isi chat Arjun, saat keluar kamar mandi aku membacanya. (Iya, Arjun, aku pasti datang!) jawabku. Setelah berdandan aku menghampiri Reza di meja makan. Aku melirik Reza yang tersenyum sendiri fokus di layar ponselnya tanpa memperdulikan kedatanganku. "Asik sekali, kayak lagi kasmaran aja!" olokku. "Kalau aku sedang kasmaran, kamu pasti senang dong karena aku tidak lagi mengekangmu," kata Reza asal nyeplos. "Apa hubungannya? Emang benar kamu tidak akan mengekangku? Yakin?" kataku menggodanya. "Tidak bisa, Zhee. Kamu adalah nafasku, aku tidak bisa membayangkan hidupku tanpa kamu," ujarnya sedih. "Sudah, duduklah! Kita sarapan dulu," ajaknya. Kita makan bersama. Sebentar-sebentar mataku melirik ke arah Reza, lelaki yang tampan dan gaga
Baca selengkapnya
23. Pernikahan Arjun dan Diana
"Zhee, aku jadi ragu menikahi Diana, tapi aku juga tidak bisa harus sembunyi-sembunyi terus menutupi pernikahan kita. Cintaku kepadamu begitu besar, Zhee," katanya mempererat pelukannya. "Kenapa aku semakin takut, bagaimana kalau Mas Reza tahu tentang cinta kita, apakah dia bisa menerimanya?" gumamku lirih. "Aku menghormati dia seperti kakakku, hidupku sebatang kara, Zhee. Dialah yang kupunya satu-satunya di dunia ini. Mamaku lari dengan lelaki selingkuhannya entah kemana? Papaku meninggal dunia saat mengejar mama. Saat itu hujan deras papa tertabrak mobil, Zhee. Darah yang mengalir terbawa air hujan bagai lautan merah, ngeri," ujarnya sambil menangis. "Andai saja mobil itu mau membawa papaku ke rumah sakit, tentu aku akan memaafkannya sekalipun papaku meninggal. Tapi dia tidak mau menolongnya justru pergi dan melarikan mobilnya dengan kencang. Aku benci dengan pembunuh papaku, aku harus menemukannya! Aku akan hancurkan juga anak gadisnya, aku akan renggut kebahagiaannya sebagaimana
Baca selengkapnya
24. Ternyata Hamil
Reza membopongku sambil berlari, aku setengah sadar dan di belakang Reza ada Arjun. Sesampai di rumah sakit dua orang perawat menyambutku dengan membawa brankar. Reza merebahkan tubuhku yang tersiksa sesak dan semakin lemah. Aku samar-samar melihat Arjun berlarian membantu Reza dan perawat mendorong brankar. Dalam hatiku berpikir, apakah ini artinya pernikahan tadi batal? Dokter datang memeriksaku dengan seksama, aku hanya melihat ada dokter dan perawat.  "Nyonya harus banyak istirahat, tensi darah Nyonya naik, ini bahaya buat kandungan nyonya," ujar dokter. "Dokter apakah saya hamil?" tanyaku ragu. "Iya, apa nyonya belum tahu?" tanya dokter balik. "Saya tahu kalau sedang terlambat haid, tapi belum sempat tespack, Dok," kataku. "Nyonya jangan stres dan jaga emosinya, Nyonya!" pesan dokter. Tak lama dokter keluar meninggalkan aku di kamar. "Bagaimana keadaannya, Dok?" tanya Reza. "Sudah sadar, yang mana suam
Baca selengkapnya
25. Salahkah Aku Mencintaimu?
"Pa, maafkan saya!" kata Arjun pelan. "Maksudmu?" tanya Samsul terkejut. "Saya tetap akan menikahi Diana, kita cari lagi hari yang baik," usul Arjun. "Apa besuk bukan hari baik? Apa kamu sekarang menjadi paranormal?" desak Samsul kecewa. "Mas Arjun, ada apa denganmu? Kita sudah menyiapkan pesta sedemikian mewahnya dan kamu tega menghancurkannya?" kata Diana dengan isak tangis. "Tolong Pak Reza dan Nyonya Zhee, beri pengertian kepada Arjun! Ini menghancurkan kehormatan keluargaku," pinta Samsul. "Arjun, coba kamu pikirkan lagi!" usul Reza. "Ayo Zhee, beri pengertian kepada Arjun, dia hanya mendengarkanmu!" pinta Reza kepadaku kemudian. Arjun mematapku, dia ingin mendengar apa yang akan aku katakan. Aku dilema, aku tidak tahu harus mengatakan apa. "Mas Reza, biarkan Arjun memutuskannya sendiri, kita jangan ikut campur!" ujarku berat. "Mas Reza, tolong ajak mereka semua keluar, bicarakan saja diluar aku ingin tidur," pinta
Baca selengkapnya
26. Diana Mengancam
Dret ... dret  ... dret! Ponselku berdering, aku tidak mengenal nomer itu, tapi profilnya foto Diana berpelukan dengan Arjun. Aku yakin ini pasti Diana. "Assalamualaikum?" sapaku. "Nyonya, saya Diana," ujarnya disela isak tangisnya. "Iya Diana, ada apa? Kenapa menangis?" tanyaku penasaran. Dalam hatiku aku sudah bisa menebak kalau dia pasti akan mencurahkan kesedihannya kepadaku dan meminta aku mempengaruhi Arjun.  "Nyonya, tolong bantu saya meyakinkan Arjun! Kita sudah menurut sekalipun pernikahan itu diundur sampai bulan depan. Tapi jangan sampai gagal lagi, tolong bantu saya, Nyonya!" pinta Diana memohon. "Apa yang bisa aku lakukan, Diana? Apa mungkin aku harus memaksanya? Kalian bukan anak-anak lagi, aku tidak berani mencampuri urusan kalian," kataku menghindar. Aku tidak mungkin memaksa Arjun melakukan itu, jelas saja ini akan membuatku sakit hati. Membayangkan Arjun mencintai orang selain aku sangat menyiksa apa
Baca selengkapnya
27. Diam-diam Reza Sudah Sembuh
Aku berlari tanpa ingat kalau aku sedang hamil. Tiba-tiba timbul pikiranku lewat pintu belakang yang otomatis langsung ke dapur. "Zhee ...!" teriak Reza dari lantai atas. Aku melihat Erna di dapur,  segera aku memberi kode kepadanya agar bilang Mas Reza kalau aku sedang di kamar mandi. "Erna!" panggil Reza. "Iya Tuan," jawab Erna. "Mana nyonya?" tanyanya sambil clingukan. "Dia sedang di kamar mandi bawah, Tuan," jawab Erna. "Emangnya kenapa dengan kamar mandi atas?" tanya Reza seolah curiga. Aku segera keluar kamar mandi takut Erna salah bicara. Aku melihat mata Reza keluar jendela tertuju pada mobil Arjun yang terparkir di depan asrama. Pasti dia sedang berpikir aku ada di sana. "Kamu sudah pulang, Mas Reza?" tanyaku pura-pura. "Iya baru saja," jawabnya nyeplos. "Kenapa kamu pakai kamar mandi pembantu, Zhee?" tanya Reza balik. "Aku baru saja turun, pingin buang air kecil malas naik lagi, ak
Baca selengkapnya
28. Reza Meminta Aku Kembali
"Zhee, coba berikan ponselmu!" pinta Reza mengulangi. "Tidak, ini bukan ponselmu!" jawabku asal nyeplos. Aku tidak sadar dengan apa yang aku ucapkan. Bagaimana aku berani mengucapkan kalimat setegas itu? "Kamu takut kalau aku marah? Aku janji tidak akan memarahimu, Zhee!" ujarnya. Sambil menindih tubuhku dan tangannya meraba bawah pantatku. Wajah kami sangat berdekatan, aku bisa merasakan hangatnya hembusan napasnya. Matanya tajam menatap bibirku,  Reza menelan dengan kasar salivanya.  Dia mulai mendekatkan wajahnya dengan debar jantung yang terdengar jelas. Sontak aku teringat bahwa dia sudah sembuh dari sakit, bagaimana kalau dia mau melakukannya kepadaku? Bukankah sekarang aku bukan istrinya lagi? Aku mencengkal tubuh Reza, ada keberanian yang tiba-tiba datang begitu saja.  Akhirnya Reza tersadar, dengan sigap dia menyambar ponselku yang dibelikan Arjun untukku. "Sidik jarinya dong!" pintanya untuk membuka kunci layar
Baca selengkapnya
29. Tertangkap Basah
Aku berpura-pura ke belakang menyiapkan serabi padahal aku ingin mengecek ponselku. Pasti Arjun yang sedang meneleponku karena ini ponsel khusus kita. Aku bergegas masuk kamar mandi dan memeriksa layar ponselku. Benar Arjun yang sedang meneleponku, saat kembali bergetar aku segera mengangkatnya. "Arjun, aku takut ternyata mas Reza sudah sembuh, dia menginginkan aku kembali dalam hidupnya," gumamku berbisik. "Arjun bawa aku pergi jauh, aku tidak bisa lagi jauh dari kamu," lanjutku. Aku terdiam sesaat, aku teringat bahwa Diana pernah membawa ponsel Arjun. Jangan-jangan kali ini demikian lagi, aku segera membisu. "Kenapa diam?" hardik Diana. "Dasar wanita murahan, gatel ya? Kamu yang sudah menggagalkan pernikahan kami!" katanya emosi. "Diana?" panggilku terkejut. "Terkejut? Tertangkap basah kan? Kamu mau mengajak calon suamiku lari? Otak kamu dimana, apa kamu tidak malu? Arjun masih sangat muda belia, sedang kamu sudah berumur kan? Tahu diri sedikitlah!" hina Diana menyakitkan. "Dia
Baca selengkapnya
30. Ujian Cinta
Belum sampai Arjun pergi, kedua orang tua Reza sudah datang. "Bagaimana keadaan cucuku, Reza?" tanya papanya. "Papa jangan khawatir keadaan cucu papa baik-baik saja," jawab Reza menenangkan papanya. Papa punya penyakit jantung akut, Reza dan aku harus berhati-hati menghadapinya. Tidak boleh mendengar berita yang mengagetkan.  "Kamu kenapa, Zhee? Di rumah kan banyak pembantu kamu tidak perlu capek-capek melakukan apapun," sahut mama Arum. "Baik, Ma." Aku melihat Arjun sejenak tertegun melihat kekhawatiran kedua orang tua Reza.  "Saya permisi dulu!" pamitnya kemudian. "Kamu mau menemui tunanganmu kan, Arjun?" tanya Reza seolah mengingatkan agar Arjun segera menyelesaikan masalahnya dengan Diana. "Iya, Bos! Jawabnya kemudian pergi, sebelumnya sempat menatap tajam ke arahku. Aku hanya mengangguk sambil tersenyum. Mereka bertiga tampak lega dan bahagia. Aku selalu merasa bersalah kepada kedua orang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status