All Chapters of Sembilan Tahun Lagi: Chapter 51 - Chapter 60
122 Chapters
51, Baby Sitter
BELAINYA… begitu lembut. Aku merasa dia tidak menyentuh kulitku. Jarinya hanya mengambang bergerak di atas punggung tanganku. Jika ada getar yang kurasa, mungkin itu dari medan magnet tubuhnya saja. Medan magnet yang mengalirkan listrik statis yang membuatku bergidik. Ingin melepaskan diri dari sengatan listrik itu tapi sekaligus terpaku pada sensasi rasa yang dia timbulkan. Sampai suara batuk lemah terdengar darinya dan aku tersadar dari gerak menghipnotis jarinya di area kecil kulitku. Perlahan kugerakkan tanganku. Mengerti kode gerakan itu, Vlad yang memang tidak menggenggam membuka lebih lebar tangannya. Melepaskan tanganku. “Kamu sering ke sini?” tanyaku ketika dia masih tetap tak bergerak dari posisi telentang dengan tangan terentang ke tengah ranjang. “Nggak juga. Sesekali aja.” “Kamu memang bagusnya ke tempat kayak gini. Kalau nggak ke pantai. Bagus buat paru-paru kamu.” “Ya tinggal ke villa Opa aja. Ada Pak Burhan, tapi aku lebih suka
Read more
52, Mengantar Bowo [2]
ANNA merasakan mobil bergerak agak kasar. Gerakan yang membuatnya tersadar dari tidur lelapnya. Kenapa ranjangnya bergerak-gerak? Gempa? Mengingat itu matanya yang tadi berat terbuka mendadak terbuka lebar. Musik yang lembut dan embusan penyejuk ruangan ditambah pemandangan gelap yang ternyata bergerak masih membutuhkan waktu beberapa detik untuknya sadar. Tidurnya memang sangat lelap. “Sudah bangun, Bu?” Bowo menoleh untuk memastikan. “Sudah mau sampai kok.” Anna duduk dan menggeliatkan tubuh berusaha menyadari posisi. “Astaga!” Dia sudah sadar. “Maaf ya, Vlad, saya beneran sibuk banget sebulan ini. Kurang tidur, jadi kalau ada kesempatan tidur pasti langsung pelor deh.” Sungguh, dia sangat tidak enak hati. “Nggak apa-apa.” Anna memang tidak bisa melihat senyum di bibir Vlad, tapi ya… Vlad tersenyum. “Ibu kamu sudah sampai mana, Wo?” tanya Anna. “Sudah di TKP, Bu,” jawabnya singkat. “Eh, pelan-pelan, Vlad.” Bowo tiba-tiba menu
Read more
53, Kencan [?]
“KITA mau ke mana ini, Vlad?” tanyaku ketika Vlad tidak mengarahkan kemudi ke arah rumahku. Vlad menjawab dengan kedikan bahu. “Kok gitu?” “Nanggung banget. Sudah jam segini. Mending sekalian pulang siang. Sore sekalian juga nggak apa-apa.” “Astaga, Vlad! Kebiasaan banget deh kamu tuh.” Vlad terkekeh. “Ke Pak Burhan yuk,” ajaknya tanpa merasa bersalah. “Nggak mau. Aku ngantuk ah.” “Aku siapin tempat tidur lagi di belakang oke?” “Nggak mau.” Aku langsung teringat tumpukan bed cover empuk dan boneka sapi. “Sh*t!” Dia memaki tanpa meminta maaf lagi seperti dulu. “Reseh memang tuh bonyok. Coba mereka nggak ada. Enakan di sana kan.” “Kamu kenapa sampai mereka seperti itu?” Aku kembali ke topik semula. “Nggak bakalan orangtua sampai pasang muka cemas seperti itu kalau kamu baik-baik aja. Sudahlah nggak sama baby sitter, nggak bawa HP pula. Beneran kabur itu sih namanya.” Dia menghela
Read more
54, Vlad yang Anna Kenal
DI awal hari, lepas shalat subuh—Anna lagi-lagi berhasil membuat Vlad ikut shalat—Vlad memilih menikmati mi instan cup di pinggir jalan. Anna memilih menikmati teh manis panas dan gorengan. Uap panas dari gelas menghangatkan wajahnya. Harum teh melati membuatnya sangat santai. Dia melihat Vlad memasukkan potongan bakwan ke dalam cup. “Ih, baunya menggoda amat tu mi,” ujar Anna ketika Vlad membuka penutup cup. Bau kuah mi menggoda Anna yang ketika ditawarkan menolak. Santai, Vlad mengaduk-aduk mi. Dia bahkan mendekatkan cup ke wajah Anna. Membuat Anna terkekeh sambil menghidu uap mi. Tapi suapan pertama Vlad berikan untuk Anna. Ketika Anna benar memakan isi garpunya, tersenyum, Vlad langsung memesankan yang baru untuk Anna. “Makanya kalau orang makan mi mending pesan aja juga. Cuma malaikat yang diciptakan nggak punya nafsu yang bisa tahan godaan mi.” Akhirnya mereka menganggap makan kali ini sebagai makan pagi. Mereka duduk di balai-balai membelakangi
Read more
55, Ada Apa Ini?
“WAKTU dia dapat kabar kamu nikah, dia kayak gini.” Satu kalimat yang membuatku terhenyak. “Anna, tolong maafkan kami. Kami meminta terlalu banyak.” Wanita cantik itu jelas menampakkan aura gelisah. Aku diam, tak tahu harus berkata apa. “Tolong temani Vlad dulu sementara kami menyiapkan mentalnya.” Aku tak bisa berkata-kata, bibirku bergerak membuka dan menutup tapi tak mengeluarkan suara. “Tapi Vlad yang saya kenal tidak selemah itu.” Akhirnya aku bisa bersuara. “Ini nggak melulu cuma soal kamu, Anna. Kamu nggak di sana waktu Vlad terpuruk. Dia merasa semua hal di hidupnya terjungkal. Semua yang dia yakini salah. Bukan cuma kamu yang dia sayang yang dia pikir mengkhianati dia. Dan semua terjadi bersamaan. Termasuk bersamaan dia juga harus menerima bahwa saya tidak seperti yang selama ini dia pikir.” “Saya nggak ngerti, Ibu….” Aku putus asa dengan masalah yang harus membelitku. “Maafkan saya, Anna. Ini semua salah saya.
Read more
56, Pembahasan yang Berat
“SEDEKAT apa kamu sama Mama?” Vlad tidak bisa langsung menjawab. Anna menunggu jawaban sambil memperhatikan ekspresi berpikir Vlad. Pertanyaan itu seharusnya dijawab tanpa berpikir kan? “Bisa nggak sih kita nggak bahas yang dulu-dulu?” “Loh, itu kan Mama kandung kamu. Kok dulu? Ya sekarang gimana kan bisa jadi jawabannya.” “Siapa bilang? Bisa aja dulu dekat sekarang jauh kan? Atau sebaliknya, dulu jauh sekarang dekat. Semua bisa berubah.” Anna mengedikkan bahu, membenarkan ucapan Vlad. “Iya sih, manusia bisa berubah. Bisa aja kamu dulu dekat sama mama kamu, tapi karena mereka bercerai kamu jadi nggak dekat. Apalagi secara fisik kalian memang tinggal berjauhan banget.” “Kedekatan itu nggak harus berasosiasi dengan fisik kan, Bu. Banyak orang tanpa sentuhan fisik bisa merasa dekat. Berjauhan tapi tetap merasa dekat. Istilahnya jauh di mata dekat di hati. Tapi ada juga yang tiap hari ketemu malah nggak merasa dekat. Nggak
Read more
57, Move On
“AKU mau tau siapa orang yang ambil kamu dari aku.” Aku mendesah. “Anna, aku nggak akan lupa ucapan kamu waktu kita habis antar Bowo ke Lido,” lanjut Vlad lagi. Aku makin pasrah. “Kamu nggak mau LDR-an.” “Kamu lupa bab compromising.” “Jadi kalian berpisah seperti ini artinya berkompromi?” “Iya.” “Lalu apa hasil kompromi kalian sekarang?” “Ya kami tetap LDR.” “Kompromi kalian harus diperbaharui karena kamu sekarang nggak mau LDR sementara Bhaga nggak mau pindah kerja dan kamu nggak mau ke sana.” “Sok tau.” “Loh, itu kan yang kamu minta yang Bhaga nggak bisa kasih? Kanu lupa dulu bilang apa di mal?” Bahuku melorot. Tentu saja Vlad ingat. Dan sejak dulu dia menghubungkan ceritaku tentang Bhaga dengan keinginanku dulu. “Dulu pilihannya banyak. Aku seleksi sampai sisa Singapura dan Australia. Akhirnya aku pilih Singapura karena itu paling dekat dan Singapura lebih enak untuk mu
Read more
58, Hadiah Spesial
TERNYATA Anna pun mengantuk. Ranjang empuk, hawa dingin khas pegunungan, selimut lembut, bantal harum pewangi, kamar nyaman, dan lain sebagainya membuatnya langsung lelap tak lama setelah merebahkan tubuh. Di kamar sebelah justru Vlad yang tadi menguap berkali-kali malah sekarang tidak bisa tidur. Terlentang dengan lengan bersilang di bawah kepala, matanya terbuka lebar menatap plafond kamar. Membayangan Anna di kamar sebelah membuatnya ingin menyusul ke sana lalu tidur di dekatnya. Sampai akhirnya dia keluar, meminta segelas minuman hangat, lalu mengendap mengintip ke kamar sebelah. Anna tidur lelap sekali. Tidur miring meringkuk memeluk guling tenggelam di selimut. Tanpa sadar, tak bisa menahan dirinya sendiri, perlahan Vlad melangkah masuk. Setelah memastikan jendela tertutup tapi masih ada udara masuk dari ventilasi, dia  menonton Anna. Kali ini dari jarak dekat dan bukan hanya mengintip. Berlutut dengan sebelah kaki sedepa di depan Anna, tanpa dia sadari di
Read more
59, Rindu Bhaga
VLAD DWangsa : Kamu sudah makan?   Aku mendesah. Matahari baru saja hilang. Mungkin dia belum sampai di rumahnya, tapi sudah menanyakan soal makan.   Savannah Gayatri : Kamu sudah sampai? Sudah makan?   Dia hanya membalas pesanku dengan emoticon senyum. Mengingat Vlad, aku pun teringat Bhaga juga. Sedang apa dia sekarang? Ini hari Minggu, seharusnya dia masih ada di rumah. Ini hari keempat dia tidak berkabar.   Savannah Gayatri : Bhaga, kamu di mana?   Kutunggu beberapa saat, tapi tanda ceklist hanya ada satu. Terkirim tapi tak sampai. Sampai selesai aku makan ransum dari Vlad, tanda itu tidak berubah. Artinya dia tidak pulang ke rumah akhir pekan ini. Kutelepon saja dia. Dering pertama dan langsung terangkat. “Ya, Na?” sapanya tapi diikuti suara musik dari speaker rumahan. Tidak berdentam, hanya keras saja. Suara musik ditingka
Read more
60, Fantasi
ANNA melambai sambil tersenyum lebar bahkan tertawa kecil pada Vlad ketika dia mengantar Vlad pulang. Vlad mengantar Anna pulang sampai ‘menyerahkannya’ kembali kepada ibu. Membiarkan ibu Anna memastikan anak gadisnya masih utuh dan baik-baik saja setelah hampir 24 jam pergi, baru dia berpamit pulang. Ketika mobil Vlad menghilang dari hadapannya, Anna berbalik masuk. Begitu melewati pintu, Anna seperti kembali ke dunia nyata. Setelah berlibur hampir sehari penuh dia harus kembali ke realita bahwa tugasnya belum selesai. Bahunya melorot ketika masuk rumah. Melirik jam, dia makin mendesah malas. Sudah jam sepuluh. Kali ini dia benar-benar bisa tidak tidur sampai pagi. Tidak ada tapi, tanpa bisa menawar lagi, dia harus menghadapi kenyataan ini. Dua belas jam ke depan dia harus berangkat ke kampus menyerahkan tugasnya. Malam itu Anna berakhir di meja dengan laptop menyala dan segelas besar kopi hitam.   ***   Sampai di rumah, Vla
Read more
PREV
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status